"Lalu? Kok bisa minta tanggung jawab sama lo?" Abel mengernyitkan keningnya.
"Gue 'nggak ngerti, Bel. Gue harus gimana?" Diki terlihat sangat kacau.
"Bel, apa yang lo rasain waktu dulu lo hamil?" Tiba-tiba Diki bertanya seperti itu.
Membuat Abel menelan kasar saliva karena tanpa sengaja, Diki sudah membuka luka lamanya. Dia bergeming sejenak, mempersiapkan diri untuk mengatakan apa yang dia rasakan ketika itu.
"Sakit, hati gue sakit banget. Gue bingung, Ki." Abel mulai membuka suara.
Diki menatapnya dalam-dalam. Membiarkan Abel mengungkapkan semua yang pernah dia rasakan saat itu. Sementara Abel, mengatakan yang sejujurnya. Berharap Diki berpikir lebih panjang untuk menangani masalah seperti ini.
"Gue masih sekolah dan … gue hamil. Di pikiran gue cuma sebatas membunuh bayi itu, tapi gue juga 'nggak tega. Akhirnya, gue nikah sama Dani. Gue lebih syok lagi waktu tahu kalau cowok gue itu udah punya istri. Berasa dunia gue runtuh gitu aja 'nggak sih? Gue … hiks …."