Tidak tega sekali melihat senyuman lebar Rasya. Dia sudah setulus itu padanya, sampai Abel merasa tidak pantas dicintai laki-laki lagi. Apalagi seseorang sebaik Rasya.
"Ayo masuk," ajaknya lagi.
Abel lantas tersenyum kecil, lalu menggeleng seraya menatap dalam-dalam lelaki di sampingnya. "Nanti saja, ya. Kalau sekiranya masalahku benar-benar sudah selesai. Aku nggak mau Mas Rasya kecewa," ucap cewek itu.
Rasya langsung mengernyitkan keningnya. Kemudian menghela napas panjang, lalu terpaksa tersenyum. "Baiklah," jawabnya.
Mereka akhirnya kembali ke kafe. Ketika Rasya tidak sengaja menyentuh tangan Abel di dalam mobil, dia merasakan kulit cewek itu cukup panas. Wajahnya juga pucat, dan lagi--Abel terus menerus melamun.
"Kamu sakit?" tanya Rasya pelan.
"Nggak, kok." Dia menoleh sambil melempar senyum kecut.
"Ada masalah?" Rasya sungguh ingin tahu.
"Nggak, Mas," jawab Abel singkat.