"Lo harusnya senang dicintai banyak orang, tapi tanpa disadari lo udah nyakitin gue hanya demi laki-laki brengsek kayak Dani itu. Lo juga dekat 'kan sama manager di kafe tempat lo kerja? Gue tahu, itu cuma buat pelampiasan. Udah lah, Bel … mending lo sama gue. Gue suka lo sejak masuk SMA. Gue bucin ke elo sampai __"
"Cukup!" tukas Abel.
"Lo nggak pantes bicara kayak gitu. Lo itu nggak cinta, tapi lo terobsesi buat milikin gue. Cinta itu nggak nyakitin, tapi ngebahagiain. Sedangkan lo udah nyakitin gue sejak tahu kalau gue hamil. Lo jahat, Ga," seloroh Abel yang sudah pucat sekali.
"Karena lo nggak pernah ngasih kesempatan sama gue!" gertak Dirga sembari berjalan cepat ke arah Abel.
Bug!
Prang!
Dirga bergeming …
Perlahan lututnya menekuk, ia pun berjongkok di samping Abel yang telah pingsan. Tidak ada kata-kata darinya. Seketika Dirga bernapas cepat dan langsung membawa Abel pada pangkuan.