Kini, ada yang lebih penting dari pada menanggapi perlakuan Rasya. Abel tentu masih memiliki trauma akan hal yang menjurus ke dalam percintaan. Meskipun laki-laki itu bilang ingin memiliki pasangan hidup seperti dirinya. Namun, tetap saja masih Dani yang berada di dalam lubuk hati terdalam.
Dia masih melamun di tempat tidurnya setelah tersadar dari mimpi. Jam di dinding baru saja menunjuk pukul setengah enam, membuat Abel memiliki waktu untuk bersantai sejenak sebelum bersiap mengadu nasib.
Tok! Tok!
"Abel, lo udah bangun belum?" seru seorang cewek.
Siapa lagi kalau bukan Erika? Abel lantas beranjak dari tempat ternyamannya. Melangkah malas untuk membukakan pintu daripada nanti Erika merusaknya karena tidak sabaran.
"Astaga … lo semalem ke mana?" tanyanya, begitu pintu terbuka.
Sudut bibir Abel tertarik simpul, lalu menjawab, "Sorry, tadi malam gue pulang telat karena nemenin temen makan."