"Kalaupun Rindu berminat juga boleh. Lumayan buat ngebiayain adiknya sekolah." Mama Rosa kembali mengucapkan kata-kata yang menyayat hati.
"Jadi, gimana, siapa yang bersedia pergi dari rumah ini?" tanya beliau lagi.
"Maaf, Ma, Rindu nggak bisa. Rindu mencintai mas Dani dengan tulus. Maka tidak akan ada hal yang bisa memisahkan perasaan ini, apalagi hanya harta yang tidak seberapa pentingnya," jawab Rindu dengan lugas.
Jawaban itu tentu saja membuat mama Rosa memberengut kesal. Seperti yang ia tahu, Rindu memang tidak mudah goyah ketika dulu dirinya sering menghina dan merendahkannya. Namun, justru membuat Rindu terobsesi untuk membuktikan bahwa dirinya tidaklah serendah itu. Dia bisa berkuliah dan mampu bekerja dengan baik di perusahaan Dani.
"Kalau begitu, Abel pasti mau?" tanya mama Rosa sembari melempar tatapan sinis padanya.
Bersambung …
Namun, Abel menggeleng cepat karena benar-benar tidak mau kehilangan Dani. "Aku nggak mau, Ma," jawabnya dengan suara lirih.