Selesai menyeduh kopi, Abel langsung pergi dari dapur. Pak Yuli yang sedari tadi mengamatinya tersenyum-senyum sendiri. Dia memang seorang duda, pantas saja kalau senang sekali melihat cewek muda dan sebening Abel. Mengira jika Abel adalah pembantu baru, makanya mulai jelalatan.
Rangkulan tangan Dani pada bahu Rindu menjadi pemandangan yang sangat menyakitkan bagi wanita hamil itu. Ia berhenti sejenak dengan segelas kopi di tangan, memperhatikan mereka berdua di sofa sana.
Seperti yang sudah ia duga, masuk ke dalam rumah tangga mereka adalah sebuah jalan kesengsaraan. Hidung Abel mulai merah dengan pandangan yang berkaca-kaca. Ia ingin melangkah, tapi hatinya menahan. Seakan tidak mau melihat lebih jelas kemesraan mereka.
"Eh, kenapa nggak dianterin ke pak Dani?" tanya pak Yuli mengejutkan Abel.
"Aaawh …," pekiknya saat terkejut dan gelas kopi itu bergerak sehingga tumpah sebagian ke tangannya.
Rindu dan Dani sontak menoleh. "Bel?" Dan langsung menghampirinya.