Mendengar canda tawa dari ruang tamu, Abel tiba-tiba terisak lirih sambil terus mengunyah makanan dalam mulutnya. Dani yang melihat itu lantas menatap. Ia mendekati istri mudanya dan merangkul bahu ringkih itu.
"Kenapa nangis?" tanya Dani lirih.
Namun, dengan kasar Abel menarik tangan Dani. Dia menatap tajam penuh benci. "Puas kamu, hah?" lirihnya.
"Bel, kenapa?" Dani terlihat bingung. Mencoba menyentuh tubuh istri mudanya, tapi ditolak mentah-mentah.
Air mata masih terus mengalir deras, seiring rintihan hati yang terluka sangat dalam. Abel menaruh sendoknya dan memilih pergi ke kamar mandi untuk melepas semua sesak dalam dada. Sementara Dani hanya memperhatikannya berlalu.
Dia juga beranjak dari meja makan. Melangkah lemah menuju ruang tamu, lalu melempar senyum palsu kepada istri pertamanya.