Chereads / Love Is Universal / Chapter 23 - LIU | 22

Chapter 23 - LIU | 22

Melihat Gray yang sulit bernapas dalam dekapan adiknya Yervant, membuat Gavin geram. Ia marah. Selain ia dibuat panik akan keselamatan adiknya, ia juga geram melihat Gray mengalami sesak napas lagi. Gavin tidak tahu ada apa dengan dirinya, tapi inilah Gavin. Ia sangat menyayangi keluarganya. Gavin sudah menerapkan pada dirinya untuk melindungi keluarganya dari apapun itu sekalipun nyawanya jadi taruhan.

Gavin mengalihkan pandangannya pada orang yang ada di depan sana. Pelaku yang membuat keributan sekaligus pelaku yang mengancam keselamatan keluarganya. Ia dapat melihat dari sorot mata pelaku penembakan yang ingin menghilangkan nyawa salah satu anggota keluarganya. Ya, walaupun ia belum yakin dengan status Gray dalam silsilah keluarga Fritz.

Gavin dapat melihat si pelaku hendak kabur, terlihat dari si pelaku yang mulai membalikkan badannya. Namun, sebelum si pelaku itu kabur, Gavin mengangkat kembali pistolnya dan mengarahkannya tepat pada dada si pelaku.

DOR!

Gavin menembaknya, menembak tepat pada dada sebelah kiri.

DOR!

Sebelum si pelaku benar-benar tumbang, ia kembali menembak tepat di kepala si pelaku yang dimana membuat si pelaku mati saat itu juga. Gavin tidak peduli dengan hal itu, ia juga tidak takut di penjara.

Bicara soal keadilan? Gavin sangat tahu itu. Iya tahu si pelaku hanya orang suruhan yang sebenarnya tidak pantas untuk di tembak mati seperti itu. Tapi, kembali lagi pada kejadian sebelumnya. Si pelaku itu hendak menghilangkan nyawa dari salah satu anggota keluarganya, jadi ia tidak peduli soal keadilan. Gavin mengatakan kalau orang itu pantas mati mengingat ia sebagai salah satu ancaman dalam keamanan keluarganya. Si pelaku itu tidak pantas mendapatkan keadilan darinya.

Setelah Gavin memastikan orang itu telah kehilangan nyawanya, ia menelpon orang suruhannya atau bisa dibilang anak buahnya untuk mengurus kekacauan yang baru saja ia lakukan. Gavin menyuruh anak buahnya untuk membersihkan mayat yang ada di depan sana.

Setelahnya, ia langsung menghampiri Yervant dan adiknya. Ia mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna yang sepertinya itu sebuah pil obat. Tidak, itu memang obat.

Gavin langsung menyerahkan obat tersebut kepada Gray, menyuruhnya untuk menelan obat tersebut. Gray yang pada saat itu masih dengan keterkejutannya hanya bisa diam, ia tidak menanggapi perintah dari Gavin.

Gavin yang melihat tidak ada pergerakan atau respon dari Gray hanya bisa bertindak sendiri yang tentu saja ada unsur paksaan di sana. Dapat dilihat dari Gavin yang memaksa obat itu masuk ke dalam mulut Gray dan memberinya minum secara paksa agar Gray menelan obat tersebut. Terbukti dari Gray yang mulai menelan obat itu akibat adanya dorongan air yang diberikan oleh Gavin.

Yervant hanya diam tanpa melakukan apapun. Ia hanya melihat bagaimana cara kakaknya itu menangani hal tersebut. Ia bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan anak pamannya itu. Yervant tahu betul, pasti ada yang salah dengan anak pamannya itu. Kalau anak pamannya itu baik-baik saja, tidak mungkin kan Gavin memberikan obat tersebut kepadanya?

Yervant ingin bertanya, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya apa yang terjadi pada anak pamannya itu.

Gavin sendiri jelas tahu apa yang terjadi dengan anak pamannya itu secara Gavin lah yang membawa Gray ke rumah sakit tadi ketika acara mereka bertemu dan Gray mengalami sesak napas.

Gray yang sudah menerima obat tersebut, perlahan ia dapat mengatur napasnya secara teratur. Ia mulai bisa bernapas kembali setelah beberapa menit ia sempat berhenti bernapas.

Setelah ia tersadar, Gray dapat melihat dengan jelas bagaimana orang-orang yang berbaju hitam itu mengurus mayat dari pelaku kekacauan yang telah terjadi. Gavin melihat kemana arah pandang mata Gray.

Dia paham sekarang, "Itu orang-orang ku, kau tidak perlu takut lagi."

Gray mendengar itu langsung menghadap ke arah Gavin. Sebenarnya bukan itu yang ada dalam benaknya.

°LIU°

Saat ini Gavin, Yervant, dan Gray sedang berada di Magic Cafe, tempat yang menjadi tujuan utama Gavin sebenarnya.

Saat mereka masuk ke dalam Cafe tersebut, Gavin dapat melihat dengan jelas teman-temannya yang sudah berkumpul di salah satu meja yang ada di cafe ini.

Salah satu dari temannya itu melambaikan tangannya ke arah Gavin saat ia melihat Gavin berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. Temannya itu bermaksud memberitahu Gavin bahwa mereka berada di sana yang pada dasarnya Gavin sudah mengetahui keberadaan mereka dan menyuruh Gavin untuk segera menghampiri mereka. Teman-teman Gavin langsung menoleh saat salah satu dari mereka melambaikan tangan ke arah Gavin yang dimana mereka juga melakukan hal yang sama dan mendapatkan jawaban yang sama pula.

Gavin tidak membalas lambaian tangan dari temannya itu. Tidak tersenyum juga. Ia lebih memilih diam dan menghampiri mereka yang sedang duduk di sana sambil bercanda gurau yang diikuti oleh Yervant serta Gray di belakang.

"Lama sekali! Kau tahu, kami sudah lumutan hanya menunggu tuan muda Lais datang." Cibir salah satu dari mereka saat Gavin sudah berdiri di hadapan mereka.

Bagaimana tidak lama? Mereka bahkan sempat-sempat mampir ke mall hanya untuk belanja beberapa hal yang memang harus di beli, dimana sebenarnya barang-barang tersebut bisa di beli sepulang dari pertemuan mereka.

"Maaf, tadi ada sedikit kejadian yang tidak mengenakkan." Kata Gavin tanpa beban, tanpa ada rasa bersalah terhadap teman-temannya karena terlambat datang dari jam yang sudah di tentukan.

"Tidak heran lagi. Biar ku tebak, di kejar fans? Di hadang wartawan? Bercinta dengan semua berkas yang tidak bisa ditinggalkan padahal bisa ditinggalkan?"

"Tidak semuanya."

"Lalu?"

"Tidak semuanya harus kalian tahu tentang masalah pribadi orang lain."

"Orang lain? Jadi selama ini kau anggap kami apa? Ck! Jangan membuatku tertawa tuan muda."

"Berhentilah memanggilku tuan muda, tuan muda Damarius!

"Hei, sudahlah! Jangan membuat suasana jadi tidak mengenakkan. Intinya Gavin sudah datang dan memenuhi undangan saja itu lebih dari cukup."

"Ya, tapi--

"Daf!"

"Huft! Baiklah, aku mengerti."

"Kau duduklah." Perintahnya pada Gavin.

Gavin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ia menarik kursi kosong yang ada di sana dan duduk bergabung bersama temannya yang lain.

Sementara Gray dan Yervant juga ikut duduk, namum mereka berada di meja yang berbeda mengingat meja yang di tempati Gavin serta teman-temannya sudah penuh.

Yervant dan Gray duduk tepat di samping meja Gavin serta teman-temannya.

"Yo! Bagaimana kabarmu?" Kata salah satu teman Gavin yang menghampiri Yervant di mejanya dan memang ia mengenal siapa itu Yervant.

Mereka pernah membaca artikel dimana ada Gavin, di situ pasti ada Yervant. Namun, tidaklah mungkin teman Gavin tidak mengenal Yervant walaupun artikel tersebut tidak ada. Mereka akan tetap mengenal Yervant mengingat mereka sering berkunjung ke rumah Gavin dulu semasa sekolah di negara yang sama. Tempat tinggal Gavin saat itu sampai saat ini ia masih tinggal di negara tersebut.