Rasyid meremas kuat stir kemudinya, memantapkan hatinya dan menekan klakson rumah sahabatnya hingga seorang satpam membukanya.
Dia tersenyum dengan canggung dan menginjak pedal gas usai mengucap terima kasih. Dibawanya mobil melaju hingga tiba di depan rumah sahabatnya yang tampak terang.
Ini sudah selesai isya dan dia datang sengaja agak malam. Dengan harapan ada pria yang akan di ajaknya bicara yaitu Thohir untuk mengatakan keputusannya.
Dan benar saja, Thohir terlihat berjalan dari arah dalam dan tersenyum bahkan saat dia masih ada di dalam mobil. Rasyid bergegas keluar, lalu melangkah ke arah kursi sebelah untuk meraih keranjang buah yang dibawanya untuk Fahira. Langkahnya terayun agak canggung, menaiki tangga teras menuju Thohir yang sudah menunggunya.
"Assalamu'alaikum, Paman?"
Thohir tersenyum. "Waalaikumsalam Warahmatullah, buah titipan Tantemu?"
Rasyid mengangguk, lalu mengangsurkan buah itu pada Thohir. "Tante dimana, Paman?"
"Di dalam, dengan Madin."
Deg!