Rasyid akhirnya mengalihkan pandangan, menatap Mursal yang sedang diam dengan istri kecilnya itu.
"Em, soal itu, Sal. Yakin kita bicarakan disini?"
Mursal terdiam, menatap istrinya yang diam juga tak mau ikut campur pembicaraannya. Pun adiknya yang diam saja, memainkan ponselnya yang mungkin lebih menarik.
"Sebenarnya soal itu, aku sudah setuju akan datang," ujar Mursal sambil melipat tangannya di atas meja. "Jam sembilan kita sudah akan kesana, 'kan? Aku akan langsung kesana setelah mengantarkan Aini ke Universitas. Jadi, kita bisa pergi bersama."
Rasyid diam. "Kamu tidak takut?"
Mursal menghela napas, lalu menggeleng tegas. "Aku tidak bersalah sama sekali, buat apa aku takut? Aku 'kan hanya akan ditanyai, dan aku akan menyiapkan pengacaraku."
Aini menatap suaminya yang menyebutkan kata 'pengacara'. Ada apa? Apakah ada masalah hingga melibatkan pengacara?
Tatapan Aini yang terarah padanya membuat Mursal tersenyum dan mengambil tangan istrinya untuk digenggam.
