Mursal tersenyum mendengar ucapannya. "Okee."
Aini menatapnya, bersandar di punggung kursi dan menguap pelan.
"Kamu mengantuk?"
Aini tersenyum kecil. "Entah kenapa, bawaannya saya malas terus kalau ada Bapak."
Mursal menaikkan alisnya. "Padahal aku tidak pemalas lho."
Aini terkekeh. "Tidak ada yang bilang."
"Lalu? Kenapa kamu malas didekatku? Apakah senyaman itu auraku sampai kamu mau tidur terus?"
Aini terkekeh lagi. "Mungkin," ucapnya lalu menguap lagi. "Bilang kalau sudah sampai rumah, ya?"
Mursal balas terkekeh mendengar ucapannya.
"Tidurlah, kalau kamu memang belum sekuat itu kita pergi ke ternak besok saja. Ada kelas besok?"
Aini diam sejenak. "Ada, tiga hari lagi baru tidak ada. Adanya hanya kelas tambahan, bisa libur dan bisa masuk."
"Hmm, okay. Tidurlah kalau begitu, kita berangkat besok saja ke ternak."
Aini menatapnya yang tampak sangat santai. "Bapak mau kemana lagi?"