Aini terdiam, menatap arah depan dengan nanar. Dua pelukan tiba-tiba dia rasakan, membuatnya menarik napas dalam.
"Semuanya tidak seburuk yang kamu kira, Ain. Tidak seburuk itu."
Aini diam, tapi isakannya mulai keluar. Dia terisak-isak, menyalurkan rasa sakit hatinya dengan dekapan dua orang gadis sebayanya itu.
***
Berhari-hari usai pembicaraannya dengan Atikah dan Aminah, anak Hamid yang dia ketahui adalah pamannya. Keadaan Aini makin membaik. Dia sudah mau bicara walau tak mau membahas tentang apa yang sudah menimpanya kemarin itu.
Tidak, bukan tidak tahu apa-apa. Semua orang tahu kalau dia sakit hati. Namun, Aini yang enggan membicarakannya, itu adalah suatu pantangan bagi mereka.
Zulkar melarang siapapun dari mereka membahasnya, tak ingin Aini akan kembali menangis dan terpuruk. Baginya, dia saja tidak mampu untuk mendengarnya apalagi Aini yang harus menceritakannya.
