Suara lengkingan Zein terdengar membuat Thohir menatap bawah. Cucunya yang sudah besar itu tampak merentangkan tangan. Meminta di gendong dengan wajah manja, yang membuat Thohir tersenyum dan meraihnya.
"Lama sekali aku tidak melihat Kakek. Sibuk sekali, ya?" tanyanya dengan wajah tertekuk.
"Ah, iyakah? Kakek sibuk? Sepertinya Zein yang sibuk?" ujarnya sambil melangkah dan menghampiri istri dan menantunya di dekat meja dapur.
"Zein tidak sibuk." Bibir cucunya itu mencebik, membuat Thohir tersenyum dan mengecup pipinya sayang.
"Jadi Zein mau apa sekarang? Karena ada kakek disini," tanyanya dengan perhatian penuh.
"Emm, seingat Zein disini ada mainan Zein yang ketinggalan. Kakek tahu dimana?" tanyanya sambil menatap lantai atas.
"Hmm? Bentuknya apa?" tanya Thohir sambil berjalan meninggalkan ruangan dapur.
"Mobil yang besar sekali. Warnanya hijau. Kalau tidak ada, belikan yang baru ya, Kakek?"
"Okay. Ayo kita cari dulu!"