"Aku pulang, ya?" gumam Rasyid pamit, hingga Mursal hanya mampu mengangguk.
"Hati-hati, salam pada orang yang ada di rumahmu."
Rasyid menatapnya. "Siapa? Adik perempuanku?"
Mursal terkekeh kecil. "Ya, 'kan dia yang ada di rumahmu."
"Akan kukatakan pada Aini kalau kamu masih melirik wanita lain," ujarnya hingga Mursal tertawa.
"Sepertinya itu bagus," gumamnya tanpa takut. "Aku ingin tahu apa reaksinya, cemburu atau tidak."
Rasyid berdecak, menatapnya malas dan akhirnya menghela napas.
"Dia menyukaimu, aku melihatnya," ujarnya pelan, hingga Mursal menaikkan alisnya. "Saat kamu bilang Aini pernah salah paham dan mengira kalau Madinah adalah istrimu dan dia berusaha menjauh. Itu adalah tanda kalau ada perasaan di dalam hatinya untukmu. Kamu yang tidak menyadari itu."
"Hmm? Oh ya? Aku tidak sadar?" Mursal menatapnya dengan tatapan penuh. "Aku sadar kok, bahkan sangat sadar. Tadi juga begitu, dia cemburu padaku karena tahu ada dosen wanita yang menyukaiku."