Aini menahan napasnya mendengar ucapan itu. Dia hening beberapa saat, lalu akhirnya membuang napas.
"Nanti kita bicarakan lagi, ya, Pak? Kita lihat bagaimana keadaan selanjutnya."
Mursal tersenyum, mengangguk pelan. Setidaknya dia lega karena Aini tak menolak serta merta keinginannya. Walaupun dia juga tidak yakin kalau dia akan langsung membuat Aini susah dalam kehamilannya.
Tetapi, bohong besar kalau dia tak menginginkannya. Itu bohong besar. Tentunya, dia sadar sudah mencintai gadis ini dan dia ingin Aini menjadi istri sesungguhnya.
Aini sendiri juga tenggelam dalam pikirannya. Sedikit banyak dia tahu resiko menikah adalah melayani suami dan menyenangkan hatinya. Mursal sudah dua puluh sembilan tahun, sudah sangat siap menjadi orang tua. Dan Aini, entah mengapa malah senang mendengar ucapannya.
Itu artinya dia di percaya, juga di cintai. Setiap pasangan pengantin atau calon suami istri tentunya sangat menginginkan keturunan dan dia tak bisa menutup mata untuk kenyataan itu.