Aini menatap bingung menu-menu di buku itu. Dia sungkan, tentu saja. Kedua gurunya ini memberinya tantangan yang tidak masuk akal sekali. Bagaimana bisa?
''Bagaimana, Aini? Apa yang kamu pilih?'' Dengan santai Rasyid bertanya, hingga Aini mendelik kearahnya yang langsung tertawa lepas.
''Bapak saja yang pilih deh. Tidak mungkin saya. Saya tidak tahu apa makanan kesukaan Bapak berdua,'' ujarnya sambil menyerahkan buku menu.
''Baiklah.'' Rasyid berkata sambil menahan tawa. ''Bagaimana kalau kita pesan masing-masing? Saya juga tidak tahu apa kesukaan kamu.''
Aini sudah akan mengangguk saat Mursal menyela. ''Sebaiknya kamu pesankan saja untuknya langsung, Rasyid. Kamu tahu, Ain, bukan? Dia nanti memesan yang paling murah.''
Aini mendelik kesal, tapi Pak Mursal hanya mengerutkan wajahnya seolah mengejek. Jengah juga bersama guru-guru ini. Sangat berbeda jika di bandingkan dengan saat dulu.