Andrea memeluk Evans dan mengecup pipinya. "Ayolah, jangan seperti itu. Aku malu. Mereka pikir aku mendapatkan pekerjaan itu karenamu. Aku tadi ke cafe sebentar."
Evans menatap ke arah Andrea. Ia mengerutkan keningnya. "Untuk apa ke Cafe? Kau bertemu seseorang?" tanya Evans.
"Tidak." Andrea berbohong kepada Evans. Bukan tanpa alasan ia tak mau bicara bahwa I bertemu dengan Henry. Ia tahu akhir-akhir ini Evans sangat khawatir padanya. Ia tak mau Evans memiliki beban pikiran lagi.
"Ayo masuk. Aku lapar," ucap Andrea.
Evans sedikit menangkap ada yang aneh dengan sikap istrinya. Namun, ia tak mau bertanya. Mungkin saja efek kehamilannya.
"Ayo!" Evans merangkul Andrea dan mereka berjalan bersama.
"Kalau anak kita lahir, itu berarti umurmu empat puluh tujuh? Kau baru punya bayi," keluh Andrea sambil berjalan masuk.
"Kenapa tiba-tiba mempermasalahkan umur? Bukankah aku sudah membicarakan masalah ini, dan kau mau menerima perbedaan umur kita?"