Baru saja keluar dari bandara dan akan menemui pacarnya, wanita bernama Salma Almira sudah dibuat marah oleh kekasihnya. Ia mengamati sekali lagi foto yang baru saja dikirim oleh sahabatnya.
Yudistira Anugrah, salah satu idola di kantor penerbitan dengan gaya kerennya mampu membuat siapapun melabuhkan pelukan ke arahnya. Namun sayangnya, karena nafsunya yang tinggi, ia tak peduli lagi soal kesetiaan.
Langkah kaki Salma seakan surut. Tak ingin berlama-lama berdiri di ruang di mana ada pasangan yang sedang bercintã sepanas-panasnya.
Matanya terus melotot tak percaya. Apa-apaan ini? Kenapa pula ia harus mempercayakan hatinya pada pria yang tak lebih dari sampah.
"Kamu memang sampah!" umpatnya dalam hati.
Ia berbalik badan dan berjalan sambil menyeret koper. Sungguh, bisa-bisanya pacarnya menyelingkuhinya dengan atasannya sendiri. Ya, Salma dengan jelas melihat wanita yang berada di atas pangkuan Yudis, kekasihnya. Ah, ralat! Mulai detik ini juga baginya pria gila itu adalan bekas pacar.
Tak lain dan tak bukan adalah Vanya Tarigan. Salah satu sekretaris di mana tempat Yudis bekerja. Awas saja, Salma akan membuat mereka dipermalukan.
Ia berusaha mengendalikan diri, berjalan dan mengamuk pada semesta. Bahkan banyak orang yang menyebutnya gila karena tertawa sendiri di jalanan.
Baru saja akan masuk ke sebuah restoran, tubuhnya terhuyung dan tidak sengaja menabrak seseorang.
"Kalau punya mata tuh dipakai dong!" matanya melotot kesal pada pria yang menghalangi jalannya.
Pria dengan tubuh yang lebih keren dari Yudis menatapnya enggan, seakan tak peduli dan melanjutkan langkah.
Salma mengejar pria itu, menarik tangan dan berusaha mencegahnya masuk ke mobil. "Apa kau budeg, Pak! Anda baru saja menabrakku dan membuat koperku terpental!"
Lagi-lagi napasnya tak bisa diatur, ia ingin melempari apa saja di sekitarnya asal perasaannya membaik.
"Maaf, saya sedang sibuk dan tak ada urusan denganmu!" hardik pria itu masuk dan membanting pintu.
Karena diabaikan, terpaksa Salma melanjutkan lagi kemauannya untuk makan di restoran yang sempat ia masuki tadi. Sakih hati butuh tenaga dong!
Ia merasa nyaman kembali saat meneguk lemon tea. Tenggorokannya yang kehausan akhirnya basah juga.
Sambil menunggu pesanannya datang, ia mengambil ponsel di dalam slingbagnya. Penasaran apakah Yudis mengiriminya chat.
Kosong. Ponselnya seakan berdebu, tak ada siapapun yang mengiriminya pesan. Ia bahkan lupa kapan Yudis mengucapkan selamat pagi atau ungkapan kangen.
Mendadak air matanya jatuh, pernikahannya sudah hampir di depan mata. Rencana-rencana indah, gaun yang memukau dan langit yang mendoakan. Undangannya pun ada sebagian yang sudah tersebar. Ah, mantan sialân!
Salma bersumpah akan membuat mereka menikmati balasan dari rasa sakitnya. Ia kembali fokus saat pesanannya datang, mencoba untuk menetralkan diri.
Salma pulang setelah menuntaskan urusan perutnya. Bahkan ia tak menyangka masih bisa makan padahal tunangannya baru saja berselingkuh. Benar-benar ajaib!
Dengan elegan, ia memesan taksi. Menunggu sambil mendongak langit, seakan tertulis banyak kenangan bersama Yudistira Anugrah.
Pesanan taksinya datang, ia langsung duduk dan menatap jalan dengan pandangan nanar. Selama perjalanan, pikirannya selalu tertuju pada Yudis.
Sebenarnya apa yang tidak dimiliki Salma dan dimiliki Vanya? Kenapa tega-teganya mereka melakukan hal itu padanya? Sial! Menjengkelkan!
Wanita patah hati itu hanya bisa pasrah, tak tahu harus bagaimana dengan hubungannya. Orang tuanya di kampung pasti akan murka setelah tau putrinya diselingkuhi.
Baru saja sampai di depan apartemennya, ia kaget melihat Yudis sudah berdiri sempurna sambil menenteng bunga di tangan. Tersenyum seakan tak melakukan kesalahan. Cih, emang dia keren!
Sebagai wanita yang baru saja patah hati, Salma tetap menyembunyikan kebenciannya. Mendekat ke arah Yudis dan memeluk pria itu mesra.
"Sayang, maaf tak menjemputmu di bandara. Kantor banyak kerjaan, dan aku bahkan lembur malam ini." ungkap Yudis beralasan.
Salma mencoba tersenyum lagi, mengajak pria itu masuk dan menawarinya untuk minum. Padahal tadi saat memergoki pacarnya, ia tak segan-segan ingin melemparkan tendangan bertubi-tubi sampai mampus. Biar sekalian aja ke jahannam!
"Kamu pasti capek karena berjalan-jalan. Apakah bosmu itu sangat tak tahu waktu? Sampai-sampai akhir tahun begini masih saja melakukan dinas." tutur Yudis seakan menyayangkan pacarnya yang harus bolak-balik keluar negeri hanya demi memenangkan tender kliennya.
Salma sudah kembali dengan kopi dingin di tangannya, menyerahkan cangkir satunya pada Yudis. "Makanya, kamu harus segera mempercepat pernikahan kita supaya aku gak banyak pergi, Yud. Rasanya aku ingin resign dari kantorku dan hidup sebagai ibu rumah tangga biasa saja,"
Yudis memandang khawatir pacarnya, merangkul bahu Salma dan menjadikan tubuhnya sandaran. "Tunggu sampai aku memiliki jabatan yang tinggi, Sal. Aku janji tak akan membuatmu kesusahan. Oke?"
Kalau sedang berdua begini, Salma mendadak luluh. Ia sempat ragu untuk memperpanjang rencananya, padahal tadi ia sudah ingin mematahkan tulang ekor belakang mantan pacarnya.
"Ah, rasanya aku capek banget. Mendingan kamu pulang, bagaimana?"
Yudis merasa ada yang aneh, padahal biasanya Salma sangat suka ditemani setelah bepergian. Sekedar menonton film bersama, menghabiskan banyak makanan pesan antar ataupun berkeliling sekitar apartemen untuk menghabiskan waktu lebih lama.
"Kamu gak mau ya kutemani malam ini?" tanyanya dengan tatapan jail.
Salma langsung menggeleng mantap. Ia sudah jijik untuk bersentuhan dengan mantan pacarnya.
Mendapat penolakan secara halus, Yudis menyerah. Ia akhirnya bangkit dan langsung berpamitan. Salma selalu saja seperti itu saat ingin disentuh, padahal hubungannya sudah terbilang cukup lama. Kenapa pacarnya sok jual mahal banget sih?
Dengan kesal, Yudis langsung meninggalkan apartemen pacarnya. Menyalakan motor dan menuju suatu tempat yang akan membuat kemarahannya hilang. Club malam.
Menuntaskan hasratnya dengan wanita liar, menggoyang-goyangkan badan dan berpesta semalam. Ah, benar-benar syurga dunia.
Salma lega terbebas dari mantan pacar gilanya. Ia harus segera membongkar kebusukan Yudis dengan cara apa pun. Perlahan tapi pasti, ia akan menghengkangkan pria itu dari perusahaan. Lihat saja!
Betapa menyesalnya Salma menghadapi kenyataan. Ia berjalan lemas menuju kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan pasrah.
Karena tak ada kegiatan lain, matanya pun sulit untuk memejam ia memilih kepo akan sosok Vanya Tarigan.
Tangannya gatal memencet akun instagram. Menscroll sampai ke bawah, tapi sepertinya akun wanita itu sudah lama tak update. Bahkan postingan terakhirnya diperbarui 7 bulan yang lalu.
"Apakah ini sudah gak aktif?"
Ia membuka satu persatu foto-foto Vanya. Mengamati dengan seksama, wanita itu sangat cantik dan elegan.
Ada yang mengganjal, yakni foto sekretaris itu dengan seorang pria. Sepertinya Salma pernah bertemu, tapi di mana?
Buntu. Salma tak bisa menebak siapa pria itu, bahkan mengenalnya saja tidak. Tapi mengapa ia tak asing, apakah ia pacar Vanya? Atau hanya saudaranya saja?
Karena otaknya tak kuat untuk melanjutkan aksi pengintainya, Salma memilih tidur. Ia lelah hari ini, di tambah luka yang ia dapatkan membuat harga dirinya benar-benar memar.