Yudis menikmati dentuman musik DJ. Ia sudah mendapatkan mangsa yang akan memperbaiki moodnya malam ini. Bersama barisan wanita malam, ia akan bahagia dan melupakan kekesalannya pada Salma.
Berkali-kali ponselnya bergetar. Berkali-kali juga pria itu membatalkan panggilan, siapa lagi kalau bukan Vanya Tarigan. Pasti wanita itu ingin ditemani, cih! Dasar murahan! Sekali disentuh aja ketagihan.
Merasa tubuhnya tak mampu seimbang, bahkan kepalanya seakan melayang. Yudis terpaksa berjalan gontai menuju salah satu kamar. Beruntung ia sudah check in.
"Sayang, temani aku malam ini sampai puas, oke?" ucapnya sambil melepas kancing teratas wanita yang menindihnya. Ia bahkan tak segan-segan menarik dress tipis hingga sobek. Hasratnya sudah melambung sampai ke ubun-ubun!
***
Pagi ini, Salma sudah rapi dengan rok di atas lutut dan balutan blazer. Ia bahkan mencatok rambut dan menambahkan lipstik nude di bibirnya.
Ditatapnya pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Menambahkan kesan wanita karier yang hendak berangkat kerja. Dengan modal skill yang mumpuni dan tampang yang di atas rata-rata, Salma mampu memikat banyak model dan beberapa aktor ternama ikut bekerja sama dengan perusahaan majalahnya.
Salma Almira, berusia 25 tahun. Cantik, anggun, pemberani, dan cerdik. Ia bekerja sebagai penata busana model majalah perusahaannya. Ia sudah memesan taksi untuk menuju kantornya.
Setelah taksi datang, Salma masuk dan melayangkan pandangannya ke arah jalanan. Kejadian kemarin benar-benar menyita otaknya, berkali-kali memejam pun percuma. Seakan nama Yudistira Anugrah terus terngiang jelas di ingatan.
Setibanya di kantor, Salma dengan kasar membanting pintu. Tak kuasa menahan rasa sakit hati yang semakin melebar. Apa itu cinta? Apa itu kesetiaan? Bulshit!
Ia meraih ponselnya, kembali menelusuri ig milik Vanya. Tak ada bukti apa-apa di sana, mungkin wanita itu sudah tak mengaktifkan instagramnya.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, dengan cepat Salma berusaha mengubah sikap arogannya menjadi biasa-biasa saja.
"Masuk!"
Pria berseragam orange-merah membuka pintu, terdapat buket bunga yang membuat Salma bertanya-tanya. Ia rasa dirinya tak membeli buket, apakah OB itu salah alamat?
"Bu Salma, ada titipan bunga untuk anda," tutur OB itu yang masih berdiri menunggu.
Karena tak ingin merepotkan, Salma asal menerima saja. Ia bisa menanyakan nanti ke satpam. "Kamu boleh pergi."
Wanita itu mengamati bunga mawar di hadapannya. Ada nama Yudis terselip di atasnya. 'Oh, tuh anak ingat jalan pulang juga ternyata!'
Karena dirayu begini tak akan memberi pengaruh apa pun, Salma segera membuang bunga itu ke tong sampah. Ia tak ingin lagi menyimpan rasa percaya terhadap pria itu, RUGI!
Tapi, sekelibat ide muncul di otaknya. Siapa tahu Salma bisa mengumpulkan bukti untuk mencemarkan nama baik mereka. Dengan segera, wanita itu menyambar tasnya. Terburu-buru ke suatu tempat.
Setengah jam kemudian, ia sudah berada di gedung pencakar langit. Apartemen Yudis berada di salah satu gedung ini. Ia akan menjebak mereka dengan caranya sendiri.
Salma memasuki lift, menekan tanda panah dan menunggu. Pilihannya hanya satu, maju atau merelakan perselingkuhan Yudis begitu saja. Dan Salma memilih maju, karena ia memang tak sebaik itu.
Setelah sampai di depan apartemen Yudis, Salma masuk dengan mengendap-endap menggunakan masker hitam. Di jam-jam seperti ini, mantan pacarnya pasti sudah berangkat ke kantor. Beruntung ia hafal kode sandi apartemen pria itu.
Dengan sengaja, wanita itu menaruh alat perekam di pojokan kamar, di bawah meja, di dekat ranjang. Sempurna! Salma menghembuskan napas lega, akhirnya misi pertamanya berhasil. Ia akan membuat mereka nangis darah. Siap-siap nangis bombay ya kalian.
***
Sorotan matahari mengenai wajah pria yang masih terkulai lemas di ranjang ukuran king. Ia mengerjap-ngerjap matanya. Berusaha menyadarkan diri dari pengaruh wine semalam.
"Jam berapa ini?" tanya pada diri sendiri.
Suaranya membuat wanita yang di tidurinya terganggu. Yudis tak peduli dan segera mengenakan pakaiannya.
Untuk mempersingkat waktu, ia tak sempat mengucapkan terima kasih karena sudah menemaninya goyang semalaman. Lagian yang penting bayar, masalah beres!
Ia sudah mengemudikan motor menuju apartemennya. Tak mungkin berangkat ke kantor dengan pakaian yang sama dengan bau alkohol di kemejanya. Itu akan membuat rekan kerjanya curiga.
Baru saja keluar dari lift dan melangkah ke apartemennya, pandangannya langsung jeli menangkap sosok wanita mainannya. 'Vanya, sedang apa dia di sini?'
"Sayang, kamu pagi-pagi kok udah sampai sini? Belum ke kantor? Nanti di cariin bos lho," goda Yudis sambil merangkul bahu wanita itu.
Vanya mengerucutkan bibir, merasa tak suka selingkuhannya membahas pacarnya yang super sibuk melebihi presiden.
"Jangan bahas dia, Yud. Hari ini aku hanya ingin ada aku dan kamu saja, titik!" serunya.
Tak ada kucing yang menolak diberi pindang secara cuma-cuma! Yudis segera membawa masuk wanita itu ke dalam apartemennya.
"Aku harus mandi, sayang. Kita harus bekerja," sela Yudis. Ia tahu wanita ingin melakukan pemanasan pagi di ranjang.
"Bagaimana kalau aku menemani kamu mandi? Sudah lama bukan kita gak mandi bareng?"
Menurut, pria itu membawa Vanya menuju bathup. Berendam bersama dengan lautan busa.
Dari kejauhan, Salma sudah sibuk mendengarkan percakapan mereka. Satu jam yang lalu, ia menaruh 3 alat perekam gambar untuk mengumpulkan barang bukti. Salma tahu kalau tempat mantan pacarnya bekerja tak akan menerima pegawai yang terlibat skandal, apalagi jika mereka tahu Vanya dan Yudis sudah lebih dari sekedar cipika-cipiki semata.
Yudis dan Vanya sudah selesai dari ritual mansi bersama. Wanita itu merasa puas dengan perhatian Yudis. Hubungan gelap ini sedikit mengusir kesepiaannya karena Hans jarang sekali memanjakannya.
"Kita berangkatnya sendiri-sendiri, ya?" bujuk Yudis. Lagipula ini demi keamanan bersama. Pria itu tak mau ada yang melihat mereka seatap, terlebih Salma sudah pulang ke Indonesia.
"Baiklah, tapi besok kita jadi liburan kan? Hans lagi-lagi sibuk dan lebih memilih bisnisnya ketimbang menemaniku jalan-jalan."
Melihat kesedihan di wajah Vanya, Yudis berusaha peka. "Aku selalu on time untukmu, Honey! Nanti kabari aku lagi, oke?"
Vanya langsung kegirangan. Ia mengecup bibir Yudis sebagai tanda perpisahan. Wanita itu segera keluar dari apartemen selingkuhannya.
Baru saja di tinggal Vanya, Yudis mengeluarkan ponsel dan menghubungi Salma. Rencananya pria itu akan mengajak pacarnya makan siang.
"Sayang, kita bertemu di depan kantormu ya!" send. Tinggal menunggu Salma online dan membacanya.
Bagi Yudis, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Wanita bisa ia dapatkan dengan mudah. Pria itu seakan lupa daratan. Ia bahkan melupakan jasa Salma yang sudah membiayai hidupnya saat susah di Jakarta.
'Oke, sampai ketemu nanti, Beb.'
Yudis tersenyum bangga, rayuannya tak pernah luntur. Sekali kibas langsung siap tempur. Pria itu bersiap-siap untuk pergi ke kantor, menyambar kunci motor dan keluar dari apartemennya.
Padahal, Salma ingin sekali menertawakan kelakuan sang mantan yang tak tahu malu itu. Dasar kanibal! Apa saja diterkam!