Elise mengangguk tersenyum senang. Dia melirik jam dinding sekilas. Masih ada waktu kurang lebih lima menit sebelum Arsen datang menjemputnya. Itu artinya dia harus segera bersiap-siap jangan sampai membuat laki-laki itu menunggunya terlalu lama.
****
Elise mendorong troli di sepanjang koridor rak bahan makanan, matanya melirik ke arah kanan kiri mencari-cari bahan makanan yang mau di belinya.
Arsen, aku bingung harus memberli apa?" katanya pad sosok jangkung yang berjalan di sampingnya sambil menenteng keranjang yang di penuhi bahan-bahan makanan. "Kepalaku pusing melihat semua tumpukan makanan ini.."
Arsen menoleh ke arahnya "Kita sudah membeli semua bahan untuk membuat sushi. Jadi lebih baik sekarang kita membeli beberapa minuman kaleng, snack, dan.." dia tampak berpikir.
"Kalau itu aku tahu, tadi aku ingin membeli sesuatu, tapi aku sudah tidak ingat. Tumpukan bahan makanan ini benar-benar membuatku lupa dengan apa yang ingin ku beli sebelumnya."
Arsen tersenyum geli "Kau ini aneh, Elise. Kalau begitu, begini saja. Kau beli apa pun yang kau suka, dengan begitu kau akan ingat nanti, apa yang ingin kau beli sebelumnya.. bagaimana?"
Elise menghentikan langkahnya. Dia berdidi menghadap rak bahan makanan sambil mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya "Ah, aku ingat sekarang. Aku ingin mencoba membuat makanan ini dengan tanganku sendiri." Elise mengulurkan tangannya mengambil beberapa bahan untuk membuat spageti "Ini tadi yang ingin aku beli.." tambahnya lega.
"Sekarang apa lagi?" tanya Arsen yang mengikuti langkah Elise yang masih melihat-lihat.
"Kita beli minuman kaleng dan beberapa makanan ringan.." jawabnya melangkah ke rak lain.
Arsen menggerutu dalam hati. Dasar perempuan tidak pernah lelah dalam hal berbelanja.. Gumamnya kesal.
"Selesai?" tanya Arsen lagi setelah Elise mengambil beberapa kaleng minuman dan beberapa bungkus makanan ringan, raut wajahnya mulai terlihat bosan.
Elise mengetuk-ngetuk dagunya lagi dengan jari telunjuk sambil mengamati daftar belanja "Sepertinya usdah lengkap.." gumamnya pelan "Ya, kita sudah selesai, Arsen.." ulangnya setelah benar-benar yakin dan segera melangkah menuju meja kasir.
Setelah membayar semuanya mereka segera keluar dari supermarket itu dan langsung menuju mobil sedan hitam milik Arsen.
"Arsen sebelum pulang kita mmapir dulu ke toko buku sebentar ya? Ada buku yang ingin ku beli.." katanya setelah mereka berdua berada dalam mobil. Arsen mengangguk, lalu menghidupkan mesin mobilnya dan mulai melaju di jalan raya.
****
Waktu kian berlalu, dan malam pun mulai datang menjelang. Dari kejauhan tampak dua orang laki-laki dan perempuan tengah duduk di sebuah meja dekat kata besar di dalam sebuah rertoran yang langsung menghadap ke jalan raya. Keduanya tampak tersenyum, mengobrol di sela-sela makan mereka, dan beberapa menit kemudian seorang pelayan datang menghampiri. Yang laki-laki tampak berbicara dengan pelayan itu dan setelah pelayan itu mengangguk dan seolah mengucapkan terima kasih, mereka berdua pun bangun dari tempat duduk mereka dan melangkah menuju pintu keluar.
"Setelah ini kita jalan-jalan ke mana lagi, Elise?" tanya Arsen pada gadis cantik yang berjalan di sisinya ketika mereka keluar dari sebuah restoran di pinggir kota.
Elise menoleh sekilas tersenyum "Mm, ke mana ya" dia tampak berpikir.
"Bagaimana kalau kita ke pantai atau ke taman?"
Elise tampak berpikir sejenak " Kita ke pantai saja…" katanya kemudian.
Arsen mengangguk setuju "Silahkan masuk," katanya setelah sampai di mobil dan membukakan pintu mobil untuk Elise.
"Terima kasih.."
Arsen kembali menutup pintu mobil setelah Elise masuk dan duduk dengan manis di dalam mobil, dia pun segera berlari-lari kecil mengitari depan mobil dan langsung masuk dan duduk di kursi pengemudi. Dia melirik sekilas ke arah Elise sebelum akhirnya menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya di sepanjang jalan purui yang memperlihatkan keindahan lampu-lampu yang menghiasi kafe-kafe yang berjejeran di sepanjang jalan tidak lupa tiang lampu yang menjulang tinggi membuat jalan semakin terang benderang.
Beberapa menit kmeudian mereka berdua akhirnya sampai di tempat tujuan dan tanpa menunggu lama mereka berdua duduk di sebuah kursi plastik yang menghadap langsung ke arah laut. Udara sedikit sejuk di tambah angin berhembus lembut.
"Elise.." panggil Arsen lembut.
Elise pun menoleh.
"Apa kau tidak ingin tahu apa yang telah aku lewati selama beberapa tahun ini?" tanyanya memandang kejauhan. Di laut lampu perahu para nelayan yang sedang mencari ikan terlihat sangat indah. Seperti kunang-kunang di tengah kegelapan.
Elise mengulas senyum lalu berkata "Bagaimana denganmu, apa kau ingin tahu apa yang telah aku lewati selama beberapa tahun ini tanpamu?"
Arsen terdiam sejenak "Ah, sepertinya aku salah bertanya, lupakan saja.. lagi pula itu adalah masa lalu. Sekarang kita sudah kembali bertemu. Sebaiknya lupakan saja.."
Elise menggeleng " Tidak, jangan di lupakan, jadikan itu kenangan,simpan itu di dalam hati terdalam. Dan Arsen maafkan aku telah meninggalkanmu waktu itu.."
Arsen tersenyum tipis "Awalnya aku marah dan kecewa karena kau melakukan itu padaku, tapi berkatmu lihatlah aku sekarang.." kata Arsen dengan nada bangga. Elise menatap Arsen bahagia dia juga senang karena kesuksan laki-laki itu.
"Arsen, apa kau baik-baiks aja?"
"Apa maksudmu.. aku selalu baik-baik saja selama kau bersama ku.."
Elise menggeleng "Kau tentu tahu, perbedaan usia kita selalu menggangguku, kau masih sangat muda dan berprestasi sedangkan aku… tidak ada yang istimewa dariku.. kenapa kau ahrus membuang masa mudamu untukku yang hanya gadis biasa.."
"Siapa yang peduli tentang apa yang aku rasakan dan dengan siapa aku menjalin hubungan, mereka tidak berhak mengaturku, karena ini hidupku. Semuanya aku yang menjalani, lagi pula, Elise.. kau tidak melihat aku lebih dewasa dari mu sekarang. Orang-orang tidak akan ada yang tahu usiaku masih muda, mereka akan berpikir kalau aku pedofil karena berpacaran dengan gadis kecil.."
"Apa katamu!" Elise mengepalkan kedua belah tangannya, ingin rasanya tangannya menghantam laki-laki menyebalkan ini, dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan berusaha mengatur emosinya yang mulai naik. "Apa kau akan terus mengatakan hal konyol seperti itu! Itu tidak lucu!" kata Elise datar, merengut kesal.
"Hei, kau kenapa Elise.."
Elise mendengus pelan "Kau sangat menjengkelkan. Aku tidak mau bicara denganmu lagi.."
Arsen menyipitkan matanya, mendecakkan lidahnya "Ya, apa pun kata mereka hatiku masih utuh untukmu , aku tidak peduli tentang pendapat mereka aku hanya peduli tentangmu."
Elise mengerut kening "Kau.."
"Sudahlah.." selanya cepat, lalu bangun dari duduknya dan melangkah menuju pedagang es krim yang mangkal tidak jauh dari tempat mereka duduk.
Elise memicingkan matanya memandangi punggung Arsen yang semakin menjauh, entah kenapa dia tiba-tiba mengakui pada dirinya sendiri kalau menyenangkan sekali berada di samping laki-laki itu, meskipun usianya masih muda tapi dia bisa bertindak dewasa dan membuatnya seperti anak kecil. Terasa aneh tapi Elise menyukainya selama itu adalah Arsen. Elise masih ingat saat-saat dia meninggalkan Arsen begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata untuknya. Laki-laki itu mungkin lebih terluka dari padanya, karena merasa tidak di hargai dan di nilai masih anak-anak. Tapi sekarang siapa yang akan tahu, dia terlihat lebih matang dan lebih dewasa darinya.