Setelah Declan mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga Zouch, dia masuk ke mobilnya dan pergi ke kafe favoritnya.
Saat tiba di kafe, seorang pemuda berambut platinum dengan mata biru safir yang indah tersenyum padanya dan melambaikan tangannya.
"Hei, pretty boy! Akhirnya datang juga kau. Aku sudah lama menunggumu."
Declan memutar matanya dengan malas pada orang yang menjulukinya 'pretty boy.' Jika orang lain yang memanggilnya dengan julukan seperti itu, Declan pasti akan merasa marah dan memberi pelajaran pada orang itu.
Tapi orang ini bukanlah orang sembarangan, melainkan sahabat baiknya semenjak masa kuliah dulu. Dan entah kenapa pria itu menyebutnya dengan 'pretty boy' daripada menyebutkan namanya. Anehnya, Declan tidak merasa tersinggung seakan pemuda itu memiliki sebuah magnet yang membuatnya ingin berteman dengannya.
Semenjak perkenalan yang aneh itu, keduanya menjadi dekat dan bersahabat hingga sekarang.
Declan berjalan santai hingga dia duduk berseberangan dengan sahabatnya sambil memesan kopi hitam kesukaannya.
"Sampai kapan kau akan memanggilku seperti itu? Kita sudah tidak muda lagi."
"Sampai kau menikah."
"Jika aku menikah, kau akan berhenti memanggilku pretty boy?" Declan mendengus seolah dia tidak percaya sahabatnya akan benar-benar menghilangkan nama panggilan yang dia berikan sejak sepuluh tahun lalu.
Tidak. Dia merasa sangat yakin bahwa sahabatnya tidak akan menghapus nama julukannya begitu saja.
"Aku janji. Sebaliknya, aku akan memanggilmu pretty man."
'Sudah kuduga!' Declan bangkit dan bergerak seolah ingin berganti kursi membuat sahabatnya memegangi lengannya sambil tertawa geli.
"Aku hanya bercanda… hahaha…"
"…" Declan tidak berkomentar saat dia merasakan sesuatu yang dingin di lengannya.
Sekali lagi… suhu kulit temannya menjadi dingin seperti es.
Harry McKenzie adalah teman kuliah dan merupakan sosok kebalikan dari dia. Harry adalah seseorang yang mudah tersenyum dan jarang marah. Dia bahkan bisa membawa dirinya sendiri dengan baik tidak peduli apakah lawan bicaranya adalah orang yang jauh lebih senior atau lebih muda.
Ketika Harry memunculkan aura bermartabat dan bijaksana, Declan merasa seperti sedang berbicara dengan ayahnya. Di lain waktu, Declan merasa sedang berbicara dengan seorang anak remaja ketika pemuda itu jahil dan menggodanya.
Sejujurnya, Declan bukanlah seseorang yang nyaman menghabiskan waktu bersama orang-orang seperti Harry. Tapi, entah kenapa… dia merasa pemuda itu memiliki kharisma tersendiri yang membuatnya merasa nyaman berteman dengannya.
Tanpa disadari, waktu berlalu, dan mereka telah berteman selama lebih dari sepuluh tahun.
Meski begitu, dia masih belum bisa menemukan jawaban untuk kulit dingin temannya yang tidak biasa itu. Terkadang suhu tubuh pria tersebut terlalu dingin untuk membekukan benda-benda di sekitarnya, namun terkadang suhu tubuh pria tersebut kembali normal.
Tentu saja, Declan menanyakan hal ini kepadanya dan curiga bahwa Harry memiliki kelainan genetik dan suhu tubuhnya akan berfluktuasi. Tetapi pria itu menjawab dengan santai, dan mengatakan bahwa dia tidak perlu khawatir tentang kondisi suhu tubuhnya yang tidak lazim.
"Ada apa? Kenapa kamu terlihat seperti baru saja melihat hantu?"
"Tanganmu dingin." itulah balasan singkat darinya.
Harry mengangkat tangannya dari lengan Declan lalu memasukkan tangannya ke dalam saku jaket tanpa kehilangan senyumnya yang biasa.
"Bukankah cuaca hari ini sangat dingin?"
"Sekarang musim panas."
"Aku tahu. Tapi hari ini sangat dingin."
"Kalau begitu, kenapa kau berkeliaran di luar. Sebaiknya kau istirahat saja di rumah."
"Aku tidak bisa. Aku harus mengurus perusahaanku… hei, apakah kau akan mensponsori fashion show di acara pelelangan gala? Bolehkah aku mempromosikan aksesorisku?"
"Aku sudah membuat surat perjanjian sebelum kau mengajukannya. Kau tinggal datang ke kantor dan menandatanganinya. Nyonya Perkins akan membantumu mengurus kontrak seperti biasa."
"Wah, cepat sekali. Bagaimana kau tahu aku ingin menawarkan produkku?"
"Aku sudah bisa membaca polamu. Selalu sama tiap berganti musim."
Harry tertawa mendengarnya, lalu teringat perjodohan yang dibuat Nyonya Black untuk putra satu-satunya.
"Bagaimana pertemuanmu dengannya? Apakah Nona Zouch secantik yang orang-orang katakan?"
"Biasa saja."
"Dalam hal apa? Benarkah dia tidak cantik?"
"Jika kau tertarik, kenapa kau tidak menjadi calon suaminya saja?"
Harry tersenyum tipis mendengarnya. "Kau tahu aku tidak bisa jatuh cinta."
"Nah, coba katakan itu saat kamu menemukan 'the one'."
"Cih. Memangnya kau sudah menemukannya? Tunggu... Apa kamu menemukannya?" tanya Harry dengan nada jahil.
"…" Declan tidak menjawabnya dan hanya menyesap kopi hitamnya dengan desahan nikmat.
"Mustahil. Kau benar-benar sudah menemukannya? Akhirnya kau jatuh cinta? Siapa? Apakah Nona Zouch?"
Declan mengerutkan kening mendengar tebakan temannya. Apakah telinga sahabatnya bermasalah, jadi dia tidak bisa mendengar bahwa dia tidak tertarik pada Kaylee Zouch? Atau mungkin dia harus membelah otak Harry untuk mencari tahu sirkuit seperti apa yang dirumuskan di dalamnya.
"Ingatkan aku kenapa aku masih ingin bertemu denganmu lagi meskipun kau sangat menyebalkan?"
Tawa Harry keluar dari tenggorokannya mendengar itu dan merangkul bahu Declan seolah sedang memeluk seorang anak kecil. "Kau tahu benar tidak ada yang bisa lepas dari pesonaku. Aku terlalu memukau."
Declan memutar matanya dengan malas, tetapi sudut bibirnya sedikit terangkat karena apa yang dikatakan pemuda itu benar.
Puas menikmati kopi bersama sahabatnya, Declan kembali ke apartemennya dan menyalakan laptopnya untuk melihat video yang dilihatnya selama dua minggu terakhir.
Video itu adalah rekaman ujian resital di M University dua minggu lalu. Satu-satunya hal yang membuatnya berkesan adalah resital piano pelamar bernama Nicholas Larson.
Suara dentingan piano dan cara anak laki-laki itu menyalurkan dinamika setiap melodi membuatnya serasa berjalan di padang rumput hijau.
Tidak salah lagi... anak ini... memang remaja laki-laki ini adalah orang yang dia cari! Dia yakin itu.
"Nicholas Larson. Aku tidak sabar melihatmu di kampus."
Mengapa Declan ingin mencari seseorang? Apa yang akan terjadi saat Declan dan 'Nick' (Kaylee yang menyamar) bertemu di kampus? Akankah Declan menyadari bahwa salah satu siswanya adalah calon menantu ibunya?
Nantikan bab selanjutnya.