Kaylee berjalan melewati koridor kampusnya sambil menuju ke kelas sambil mencari seseorang.
Siapa yang dicari Kaylee kalau bukan... Jacob?
Entah kenapa, tidak melihat wajah pemuda itu membuatnya mendesah kecewa. Kaylee memutuskan untuk berjalan menuju ruang kelasnya dan memekik kaget ketika seseorang merangkul lehernya dari belakang… hampir mencekik lehernya!?
"Hei, Nick. Dasar kau tidak setia kawan. Berani-beraninya kau tidak mengangkat teleponku dan memutuskan panggilan begitu saja!"
Kaylee menghela nafas lega, mendengar suara Jacob di belakangnya, tapi sungguh… tidak bisakah pemuda ini bersikap sedikit sopan terhadapnya?
Hu hu hu, seperti inilah nasibnya jika dia harus menyamar sebagai remaja laki-laki.
Perlakuan Jacob terhadapnya ketika dia menjadi Nick dan Roe sangat berbeda.
[Author: Ya, iyalah. Pria normal mana yang akan mencekik leher gadis yang disukainya?]
"Hahaha... kapan aku memutus panggilanmu?"
"Apakah kau berpura-pura menderita amnesia? Jelas-jelas aku meminta kakakmu untuk menghubungimu, dan kau langsung menutup video call kakakmu begitu saja."
Ha?? Kenapa Kaylee tidak pernah mendengar ini?
Yah, dia tahu Jacob terus berusaha menghubunginya melalui data miscall dari ponselnya. Dan ada satu nomor lagi yang dia tidak kenal yang juga berusaha menghubunginya.
Namun saat itu, Kaylee sedang fokus menjadi juri dan mempersiapkan penampilan solo, jadi tidak ada waktu untuk membalas panggilan mereka, apalagi mengangkat panggilan mereka.
"Hahaha… maafkan aku. Aku harus menjaga nenekku." Kaylee berhasil melepaskan diri dari cekikan maut Jacob dengan susah payah dan berusaha menenangkan jantungnya yang tak berhenti berdebar-debar.
Sekarang setelah dia menyadari bahwa dia menyukai Jacob, Kaylee menjadi lebih sadar akan keberadaan pemuda itu. Dan kedekatan tak terbatas pria itu membuatnya tak bisa menghilangkan aroma menyenangkan dan menyegarkan dari Jacob.
Sekarang dia mengerti mengapa Jacob suka mengendusnya dan mengatakan bahwa dia memiliki aroma yang menyenangkan. Kaylee juga menyukai aroma pria muda itu, dan senyumnya tanpa beban, memberikan perasaan yang menghangatkan hati.
"Hei, Nick. Sudah lama kamu kenal Roe?"
"... Yah, bisa dibilang begitu."
"Boleh aku minta nomor kontaknya?"
"…" Kaylee ingin sekali memberi nomor teleponnya dan bersemangat untuk berbicara dengan Jacob sebagai dirinya sendiri. Tapi… "Baiklah. Aku akan memberitahumu nanti setelah aku meminta izin darinya."
"Ya, ya. Lakukan itu." Jacob mengangguk setuju.
Untungnya, Kaylee memang memiliki dua nomor. Satu milik Kaylee, di mana keluarga dan teman-teman sekolahnya menghubunginya sebagai Kaylee, sementara yang lain milik Roe, di mana grup orkestra dan klien yang meminta layanan Roe bisa menghubunginya.
Ketika teman-teman kuliahnya meminta nomor teleponnya, Kaylee memberinya nomor 'Kaylee' karena mereka tidak tahu Nick yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidak masalah jika dia memberikan nomornya karena dia tidak ingin membeli nomor baru lagi.
Namun, nomor yang mana yang harus dia berikan kepada Jacob? Pria itu sudah mengetahui nomor 'Kaylee' nya, jadi dia harus memberikan nomor 'Roe'. Tetap saja, dia tidak tahu apakah memberikan nomor telepon Roe kepada Jacob adalah ide yang bagus. Tapi dia juga sangat ingin bertingkah seperti seorang gadis ketika berbicara dengan pemuda itu. Apa yang harus dia lakukan?
Mungkin… dia harus membeli nomor baru?
"Nick, Tuan Black sedang mencari Anda." Adam berjalan ke arah Jacob dan Kaylee, memberi tahu Kaylee bahwa salah satu dosen piano sedang mencarinya. "Dia bilang kau harus datang ke kantornya hari ini segera setelah kau punya waktu luang. Dia bilang dia ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang mendesak."
Kaylee menelan ludah mendengar ini. Dia merasa sangat lega ketika dia tidak mendengar panggilan pria itu selama beberapa hari, tetapi kali ini Declan kembali memanggilnya dan menyuruhnya untuk meluangkan waktu?
Masalah penting apa yang ingin dibicarakan pria itu dengannya?
"Kenapa aku bernasib sial seperti ini, sih?" gumam Kaylee tanpa menyadari bahwa kedua temannya mendengarnya.
"Kenapa kau merasa sial? Kurasa kau sangat beruntung bisa mendapat perhatian Tuan Black."
"Itu benar. Jika aku yang mengambil jurusan piano, aku akan menemukan cara untuk mendapatkan dukungannya." Jacob menyetujui kata-kata Adam.
"…" Ugh! Haruskah mereka mengingatkannya pada rumor? Selain itu, apakah mereka tidak keberatan dimanfaatkan untuk menjadi gay? "Lupakan sajalah."
Pada akhirnya, Kaylee memutuskan untuk bertemu dengan Declan Black setelah kelas pertamanya selesai. Lagipula, dia memiliki dua jam waktu luang sebelum menghadiri kelas berikutnya.
Tapi… ketika Kaylee sampai di kantor pria itu, kenapa Declan Black malah tidak ada di kantornya??
Kaylee mendesah pasrah dan melihat ke sekeliling kantor.
Furnitur, meja dan kursi, serta barang-barang lainnya didominasi warna hitam dan abu-abu. Sama sekali tidak ada warna cerah di tempat ini selain dinding yang dicat putih.
Kaylee berjalan ke arah piano grand hitam di sebelah meja Declan dan melihat sekilas ke sekumpulan kertas musik di atas penyangga piano.
Merasa bosan menunggu Declan tanpa melakukan apapun, Kaylee mencoba memainkan lagu tersebut sambil berdiri. Dia memainkan musik perlahan-lahan seolah ingin menikmati setiap saat melodi bergema.
Aneh sekali… kenapa dia merasa familiar dengan pola melodi ini?
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, membuat Kaylee menarik tangannya ke belakang dan berdiri tegak menghadap Pak Declan Black yang tampak mengintimidasi siapapun yang berhadapan dengannya.
"Kau datang?"
"Bukankah Anda yang memanggil saya, Tuan?"
"Memang. Tapi aku tidak menyangka kau akan datang setelah menghindari panggilanku beberapa kali."
Kaylee berdehem seolah-olah dia tidak tahu pria itu menyalahkannya secara tidak langsung.
"Masalah mendesak apa yang ingin anda bicarakan, Tuan Black?"
"Kudengar kemajuanmu di gitar tidak memuaskan," jawab Declan acuh tak acuh sambil berjalan menuju mejanya. "Sebaliknya, aku mendapat permintaan dari Tuan Harvey untuk memindahkanmu ke kelasnya."
Tuan Harvey? Tidak tidak Tidak. Tidak mungkin dia pindah ke kelas dosen itu. Tuan Harvey adalah mentor dan tutornya ketika dia sekolah SMA. Dia berhasil menghindari pria itu di kampus ini dan tidak memilih kelasnya. Tapi sekarang, mantan mentornya ini meminta langsung Declan untuk membujuknya pindah jurusan?
"Maaf, Mr. Black. Tapi saya harus menolak permintaan itu. Seperti yang anda tahu, saya tidak pandai bermain gitar. Karena itulah saya memilih kelas ini untuk mengasah kemampuan saya."
"Apakah kau mencoba memberitahuku bahwa kau begitu pandai bermain piano sehingga kau tidak ingin memperdalam keahlianmu?"
"Saya tidak mengatakan itu. Tapi saya pikir saya cukup puas dengan keterampilan bermain piano saya saat ini."
"Buktikan."
"Apa?"
"Mainkan lagu yang belum pernah didengar orang sebelumnya."
Haaaa?! Permintaan tak masuk akal apa ini?