"Jangan terlalu banyak berpikir," nasihat Fred beberapa hari lalu terngiang di kepalanya. Pria tua itu terdengar sangat senang ketika Marko menceritakan bahwa dia akan pergi liburan dengan seorang gadis. "Nikmati saja liburanmu. Sejak awal, memang ini yang kamu butuhkan. Berlibur dengan seorang gadis asing ke tempat baru. Itu akan membuatmu merasa jauh lebih baik, Marko."
Marko memejamkan matanya. Dia tidak mengerti hal baik apa yang akan terjadi. Selama bertahun-tahun dia adalah laki-laki yang selalu terperangkap di masa lalu. Bahkan ketika ayahnya sudah meninggal, rasanya dia masih bisa mengontrol Marko dari kuburnya. Perasaan itu membuat Marko merasa semakin menyedihkan. Karena rasanya, bekas luka yang ada di atas tubuhnya masih terasa perih dan basah. Meskipun kenyataannya luka itu sudah mengering dan kini berbekas di tubuhnya.
Suara ketukan pintu membuat Marko membuka matanya. Dia langsung menegakkan tubuhnya ketika mendengar suara Azalea. "Ayo cepat! Nanti kita terlambat."
