Marko memijat pelipisnya yang terasa nyeri.
Semalam dia hanya tidur dua jam. Tubuhnya bangun secara otomatis sebelum jam alarm-nya sempat berbunyi. Setelah mencuci wajahnya dengan air dingin, dia meraih sweatshirt dan juga sepatu running-nya. Dia turun dari lantai sepuluh apartemennya dengan jalur tangga darurat dan memulai jogging rutinnya. Kakinya mulai berlari di depan penthouse-nya di Pyrmont Bridge Street. Matanya menangkap beberapa orang sedang duduk menikmati tenangnya pagi itu di sekitar Gipps Street.
Suasana tenang itu tidak bisa dia dapatkan setengah jam lagi. Jalanan akan mulai dipenuhi kendaraan dan kesibukan orang-orang yang akan berangkat bekerja. Marko membutuhkan ketenangan itu, alasan kenapa dia memilih untuk tinggal di Sydney dibandingkan kota lain. Karena afiliasi perusahaan keluarganya kini sudah melebar ke Asia Tenggara, Marko harus pindah ke benua lain untuk kabur dari media. Apalagi setelah kabar soal sepupunya muncul di semua media informasi seperti amoeba.