Sebuah mobil sport dengan nomor plat G AA0 L8 berwarna putih sudah menunggu di depan apartment milik keluarga berdine. Liora mengintip dari jendela kamarnya yang ada di lantai 07.
" Oo,,, apa itu mobilnya ?" ucap liora terus memantau sekitar halaman apartmentnya.
Karna tidak ada mobil lain yang datang, jadi liora segera bergegas turun dan perlahan mendekati pria yang sudah menunggu di luar mobil itu.
" Mmm,,, kau yang disuruh papa menjemputku ?" tanya liora memastikan.
Deon yang audah menyamar dengan memakai masker menundukkan badan.
" Iya non liora " suaranya sedikit berat.
" Silahkan nona " ujar deon sembari menundukkan wajah saat liora berjalan di depannya
" Wah,,, mobil sport !? " wajahnya terlihat sangat heran.
" Terimakasih " sahut liora saat memasuki mobil
Vroommmmmm,,,,,,
Mobil yang di naikinya melaju dengan cepat.
Dia mulai merasa ada yang aneh, supir yang membawanya kali ini terlihat sedikit mencurigakan. Deon diam diam memantau liora lewat kaca mobil, sesekali dia tersenyum dibalik masker yang di pakainya. Liora sedikit risih karna belum tau pria yang ada dihadapannya itu adalah deon.
" Ehemm,,," gelagatnya menghilangkan rasa canggung.
Dengan cepat deon yang sedang menyamar menjadi supir saat itu memalingkan wajah dan berpura pura seolah tidak terjadi apa apa.
" Mmm ,,,,,,ngomong ngomong, apa kau pegawai baru yang bekerja untuk papa ? " tanya liora padanya.
" Bukan,,,eh maksudku tuan ravi mempekerjakanku sebagai supir pribadimu nona " ujar deon mencoba mengelabui liora.
" Ah, Benarkah ? " mencoba bicara dengan rileks.
" Iya " jawab deon.
" Apa kau selalu mengenakan topi dan masker saat bekerja...? "
" Mmmm,,,maksudku, walau dalam mobilpun kau tetap akan memakainnya ? " ujar liora mulai penasaran.
" Mmm itu,,, sebenarnya kondisiku kurang sehat saat ini. Ditambah lagi ini adalah hari pertamaku bekerja aku tidak ingin kehilangan pekerjaan, jadi aku meminta izin agar diperbolehkan bekerja seperti ini sampai kondisiku pulih " jawab deon sesekali melihat kaca mobil yang mengarah tepat ke arah liora duduk.
" Oh,,, jadi begitu ya " ujar liora lega.
Beberapa menit berlalu akhirnya mereka sampai di restoran dimana ravindra sudah menunggu kedatangan putrinya dari tadi.
Tak,,tak,,tak,,tak
( Suara itu berasal dari hels yang digunakan liora )
" Papa " ujar liora menghampiri ravindra
" Wah sayang kau sudah datang ? " ravindra berdiri dari tempat duduknya menyambut kedatangan putrinya.
" Hai pa, maaf membuat papa menunggu lama " ujar liora sambil menggenggam tangan ravindra.
" Tidak apa-apa sayang,,,lihatlah, Malam ini kau terlihat begitu cantik "
" Bukankah begitu lyron ? " ujar ravindra kepada sahabatnya.
" Ya Putri kecilmu yang dulu masih sering merengek, kini tumbuh sangat cantik " sahut lyron sembari melemparkan senyuman tipis ke arah ayah dan anak itu.
" Lyron ? " melotot
" Paman lyron ? ini beneran paman yang dulu tinggal di gedung sebelah kita dulu pa ? " ujar liora tampak penasaran.
" Benar li, ini paman lyron papanya deon " sahut ravindra.
" Astaga,,,paman maaf liora benar benar-benar lupa " ujar liora sambil berjabat tangan.
" Tidak perlu sungkan, itu hal yang wajar karna kita sudah sangat lama tidak bertemu,dan sekarang setelah bertahun tahun ternyata kau tumbuh besar dan sangat cantik " puji lyron.
" Eheh,,,terimakasih paman " liora tersipu malu.
" Kalau begitu ayo duduk !" ajak ravindra.
" Mmmm ngomong ngomong bagaimana kabar ka deon saat ini paman ?" tanya liora .
" Oh,,,bukankah kau sudah bertemu dengannya ? " ujar lyron terkejut.
" Apa,,,kapan ? Aku belum melihatnya " jawab liora bingung.
" Dia sebelumnya mengatakan kalau dia akan menggantikan supir kita untuk menjemputmu " sahut ravindra.
" Menjemputku ? " liora terlihat semakin heran sambil berfikir.
" Nah itu dia " ujar lyron yang menyadari kedatangan putranya.
" Dia, bukankah dia supir yang ayah pekerjakan khusus untukku ? " tanya liora saat terkejut melihat pria yang sama.
" Bukan,,,itu deon putraku, pasti dia mengerjaimu " jelas lyron.
" Maaf membuat kalian menunggu lama " ujar deon saat menghampiri mereka.
" Dasar pria nakal ! "
" Beraninya kau membohongiku " liora langsung berdiri dan memukul deon yang berdiri tepat di sampingnya.
" Hei,,,hei,,,apa yang kau lakukan ? " ujar ravindra menghentikan putrinya.
" Eheheh,,,tidak apa apa paman " ekspresinya sangat santai.
" Aku memang sengaja melakukannya, aku memang berniat memberi kejutan kecil untuk gadis cantik yang hari ini sedang berulang tahun " ujar deon.
Ternyata deon sudah merencanakan sebuah kejutan untuk liora. Deon mempersiapkan kue ulang tahun dan seikat mawar putih yang akan di antarkan pelayan ke meja makan mereka.Saat mengetahuinya liora merasa sangat senang.makan malam kali ini sangat berkesan bagi liora,sebelum memadamkan lilin yang ada di hadapannya, liora mengepalkan kedua tangan sambil memejamkan mata. Dia mulai menyampaikan harapan dan do'anya.
Sementara itu arga yang baru saja pulang dari tempatnya bekerja saat ini tengah menuju jalan pulang bersama qibo.
" Eh ga,,,gimana ?" tanya qibo yang sedang membawa motor.
" Gimana apanya ? " sahut arga
" Ya elah ga, jadi dari tadi aku ngomong sendiri ?"
" Lagi mikirin apa sih ga, bengong terus !?"
" Gak ada bo " sahut arga memperhatikan sekitar.
" Hmmmp,,,Kau ini selalu merahasiakan semua dariku, aku ini kan sahabatmu, tidak perlu sungkan membaginya denganku " ujar qibo.
" Tenang saja, aku tidak ingin terus merepotkanmu " Jawab arga.
" Oh iya, ngomong ngomong temanmu si liora itu....Sepertinya dia anak orang kaya "
" Kau lihat kan mereka mengendarai mobil, pakaian dan aksesoris yang dia dan temannya gunakan semua ber merk " ujar qibo.
" Wah wah,,,apa kau seorang detektif ? " Ledek arga.
" Brengsek,,,kau baru mengenalku ya ? " qibo terlihat sedikit kesal.
" Hmmmp, Sudah jelas. Aku pernah melihat berita saat tuan berdine itu membangun sebuah rumah sakit di daerah Seuji. Beritanya, dia orang yang sangat galak dan sangat tegas tetapi jiwa sosialnya sangat tinggi " terang arga.
" Dan kau ternyata berteman dengan putrinya " sahut qibo.
" Aku tidak mengira kalau liora ternyata putrinya tuan berdine, sebenarnya aku sangat kaget saat di cafe tadi " ujar arga sambil mengingat kejadian sebelumnya.
* 3 hari sebelum Acara kelulusan *
" Dimana uangku ?" ujar arga tampak panik.
Arga yang saat itu barusaja selesai mandi langsung memeriksa lemari pakaiannya yang tampak sedikit terbuka. Saat mengetahui uang yang selama ini disimpannya untuk menyambung kuliah ternyata sudah lenyap, arga terlihat sangat panik dan mengacak seluruh isi kamar agar bisa menemukan uang itu. Setelah cukup lama mencari ,tiba tiba arga menyadari bahwa ayahnya saat ini tidak ada di rumah. Arga bergegas keluar dari kamarnya dan berniat memeriksa kamar sang ayah. Namun, barusaja arga ingin menuju kamar paul, tiba tiba dari arah belakang pria tua yang berjalan sempoyongan meneriakinya.
" Heiii anak pembawa sial ! "
" Mau kemana kau, apa yang kau lakukan dirumahku " teriaknya, paul.
" Ayah,,,ayah apa kau mengambil uang yang ada di lemariku ? " menghampiri ayahnya.
" Ishhhh,,,,!" dia mendorong tubuh arga.
" Menjauhlah dariku anak sialan ! " bentaknya.
" Apa kau mengambil semua uang milikku ? " tanya arga sekali lagi.
" Apa masalahmu, jika aku yang mengambilnya apa yang akan kau lakukan ! ha,,,, ? " ujarnya sambil melototi arga.
" Kau tau aku sudah bersusah payah untuk mengumpulka uang itu bukan , Kenapa kau mengambilnya ? " ujar atga terlihat kesal.
" Dasar bocah sialan ,,,,! "
" Beraninya kau membentakku. Aku akan membunuhmu kali ini " ujarnya berjalan menghampiri arga dan mengangkat kerah baju yang di pakai arga.
" Sudah cukup ! " mendorong tubuh paul.
" Bunuh saja aku jika kau menginginkannya, Lagipula kau tidak pernah menganggapku ada selama ini bukan...? "
" Jika ibu tidak memintaku untuk berjanji kepadanya, aku juga tidak akan sudi hidup dan tinggal dengan pria brengsek sepertimu !" ujar arga yang mulai naik pitam dengan mata yang tampak berkaca kaca.
Buuuk,,,,! sebuah tinju melayang tepat mengenai wajah arga.
" Dasar sialan,,,! Siapa siapa yang kau sebut brengsek ha ? " ujar pria itu paul
" Sudah cukup kau menyakitiku selama ini, aku tidak pernah ingin memiliki ayah yang buruk sepertimu " ujar arga berjalan menuju kamarnya.
" Berhenti sialan,,,!" soraknya
" Aku rasa kau tidak perlu tinggal di rumah ini lagi. Pergilah ke neraka bersama kesialanmu itu !" bicara antara sadar dan tidak.
Arga yang sudah dipenuhi emosi, langsung terhenti saat mendengar ayahnya mengatakan hal itu. Dia tampak menyeringai dalam kemarahan yang tampak diwajah tampannya, dia membalikkan badan dan mengatakan sumpah yang membuat suasana terasa begitu hening setelahnya.
" Heh,,,baiklah kalau itu keinginanmu !"
" Aku bersumpah atas nama ibu, aku tidak akan pernah menginjakan kaki di rumah ini lagi. Dalam kematian pun aku tidak akan pernah sudi bertemu denganmu !" ujar arga kemudian bergegas kekamarnya untuk mengemas semua barangnya.
" Yaaa....Pergilah,,,! Kemasi barangmu secepatnya dan lenyaplah dari hidupku selamanya !" teriak paul sambil berjalan ke kamarnya dan tak lama dia ambruk di ranjangnya.
Arga yang telah selesai mengemasi semua barangnya, dia dalam kamar langsung menuju pintu keluar. Tapi,langkahnya terasa berat saat suasana mulai hening. Dia berbalik dan memeriksa paul terakhir kali sebelum dia pergi dari rumah itu.
" Ibu maafkan aku,,,mungkin ini jalan yang terbaik untukku, Aku harap ibu mengerti dengan keadaanku saat ini " ujar arga dalam hati.
3 bulan kemudian ******
Drrttt,,,Drrrttt,,,,,( Suara ponsel bergetar )
" Hallo ! "
" Hai ga, kau dimana ? "
" Siapa ? "
" Oh,,aku zein. Apa kau tidak menyimpan nomor telfonku ? " menggigit bibir
" Oh,,,maaf zein aku lupa menambahkanmu ke kontakku, Ngomong ngomong ada apa kau menelfon sepagi ini ? "
" Itu,,apa kau sibuk siang ini ? "
" Rencananya aku dan teman teman yang lain akan berkumpul di studio siang ini, jika kau ada waktu mampirlah " ucap zein
" Belum tau sih, aku akan mengumpulkan tugas yang di berikan dosen lalu setelah itu aku sepertinya akan mampir ke cafe dulu " diam sejenak
" Hmmmp,,,tapi "
" Yasudah aku akan mengabarimu nanti !" bangun dari tempat tidurnya.
Zein menghakhiri panggilannya dengan arga.Arga saat ini tinggal disebuah kosan kecil yang berada cukup dekat dengan pusat kota.Semenjak tampil di acara kelulusan waktu itu, arga mendapatkan cukup banyak tawaran mannggung di beberapa cafe yang ada di pusat kota. Dengan cara itulah arga bisa mengumpulkan uang kembali dan akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
" Huufftt,,,,Aku sangat lelah "
" Akhir akhir ini aku tidak sempat untuk bersantai sejenak, Hmmmp,,, kalau begitu aku akan meminta izin dan mengambil libur hari ini " melemparkan ponsel ke atas kasur.
Sedangkan liora saat ini tengah bersiap untuk berangkat ke kampus barunya. Liora tampak berbeda dengan penampilannya saat ini.
" Pagi pa " sapa liora yang segera bergabung di meja makan.
" pagi sayang,,,tidurmu nyenyak ? " membersihkan mulutnya dengan tisu.
" Ya begitulah pa, apa papa akan pergi keluar kota lagi ? " balik bertanya.
" Hmm,,," respon singkat.
" Papa ada proyek disana selama 1 minggu, jadi papa akan meminta pak doni dan bibi mengurus semua keperluanmu nanti " ujar ravindra.
" Hmmp,,,baiklah seperti biasa " sahut liora lesu.
" Oh iya,,,satu lagi !"
" Papa tidak mau mendengar kau pergi ke studio ataupun ketempat latihan apapun itu alasannya, papa sudah memperingatkanmu berulang kali untuk menjauhi segala hal yang berhubungan dengan dunia musik "
" Apa kau mengerti " tegas ravindra.
" Tapi pa,,, " sahut liora.
" Tidak ada tapi tapian..! "
" Papa sudah memberitahu kepada Kepala kampus agar kau tidak perlu mengikuti kelas di bidang musik " jelas ravindra sembari berdiri dari tempat duduknya.
Mendengar ucapan ravindra, liora merasa sangat kesal sekaligus sedih. Selama ini papanya selalu menentang keinginannya untuk berkecimpung di dunia musik.Liora segera menyelesaikan sarapannya dan kembali ke kamarnya dengan wajah murung.
" Kenapa papa tidak pernah mengerti perasaanku !?" duduk sambil memandang keluar jendela.
" Huft,,, padahal aku sudah bersusah payah mencari cara agak kembali ke kota ini, tapi tetap saja papa masih melarangku melakukan hal hal yang aku sukai. Dasar papa,,, !"
Liora mengingat kejadian disaat acara kelulusan sekolahnya. Waktu itu Liora dan temannya sepakat untuk mengundang arga menjadi pengisi acara disana. Mereka terlihat sangat bahagia sebelum ravindra datang dan menghentikan acara itu.
By me: sandra_ssi