Embusan angin menuju teriknya siang itu berujung pada tatapan pada dirinya. Jebran memajukan langkah dengan tatapan ganas. Genggaman tangan kali ini akan terbawa oleh emosional kan memuncak.
Dilan, pria itu adalah Dilan yang hanya merunduk lesu lagi penuh rasa bersalah. Dengan balutan perban putih di kaki dan tangan. Jebran tetap menuju si pria itu.
"Kenapa? Kenapa Emira bisa sampai begitu?!" cecah Jebran menarik kerah baju Dilan.
Sayangnya Dilan tak menjawab sederet jawaban apapun. Pandangannya meluntur ke lantai bawah, hingga poni rambut berjuntai-juntai melemas. Mengikuti gaya emosi yang ia lemahkan. Ke tidak berdayanya ingin rasanya berlari untuk sejauhnya.
Dari seorang kekasih akan sangat marah. Nestapa bergelut emosional dalam genggaman Jebran yang hendak melayang.
"Jebran, hentikan!" pekik salah seorang pria.
Jebran melemparkan bogemnya ke belakang punggung. Membuang pandangan dari hadapan Dilan yang hanya termangu tanpa kata-kata.
