Ini bukan naluri cinta yang menyentuh lembut kulitku. Perasaan ini tidak sama sekali merenggutku dari sebuah pertanda kasih. Hanya sentuhan hangat dari seorang teman yang sangat dekat. Namun, diriku terperangkap dalam satu pekerjaan yang harus menetap pada sebuah perasaan yang sempat tumbuh itu dari pria ini.
Jangan sampai hatiku tergerak serta terbawa perasaan baik ini. Entah kenapa aku tidak bisa mengatakan bisa atau suka? Bahkan diriku hanya bergeming sesaat yang menikam diri tiba-tiba menjadi batu.
Entah itu keras kepala atau perasaan membatu? Kerasnya perasaanku tidak pernah lunak oleh Dilan yang memegangi tanganku dengan erat.
Tatapannya kepadaku kini tiba-tiba meluntur ketika kami sudah keluar dan pintu lift tertutup dengan rapat.
"Kita sudah sampai," sebutku membuyarkan pandangannya.
"Oh, ya. Kita sudah sampai," sahut Dilan mengendurkan tangannya dengan cepat.