Mendengar suara yang penuh dengan kata-kata mengerikan itu membuat diriku dan Dilan seakan mengurung dalam ketakutan. Entakan kaki berpijak memasuki ruangan dengan gertakan senjata api panjang.
"Mundur dan menyerahlah!!" pekik suara yang seakan tidak asing itu.
Aku mendengar suara Jebran berada di balik dinding kecil ini. Dilan melirik ke arahku dengan mendelik lebar.
"Itu Jebran," sebut Dilan.
Aku menganggukkan kepala secara perlahan, "Ya, benar! Akhirnya dia datang tepat waktu," sahutku dengan senyuman melebar.
"Tangkap mereka semua!" perintah Jebran lantang.
Dilan dan diriku akhirnya menekan kembali dinding yang agak tenggelam untuk membuka bagian lemari agar bergeser. Mendengar kalau mereka sudah meringkus para bawahan ayahku. Aku dan Dilan mengacungkan tangan dengan genggaman pistol.
Jebran memperhatikan kami keluar dengan perlahan dari balik lemari yang terbuka pelan. Beberapa dari bawahan ayahku tak mampu melawan dari gerakan militer yang ikut membantu.
