Dilan menatap diriku dengan wajah datarnya. Penuh dengan emosi diam tanpa adanya gerakan yang terjawab. Aku pun menghampiri sahabatku ini yang masih saja termangu kaku. Aku melambaikan salah satu tanganku ke depan wajahnya.
"Hei, kau ini kenapa?" tanyaku mengerutkan kening.
"Oh!" sergah Dilan terperanjak.
Kedua tanganku akhirnya turun lalu merundukkan pandangan sambil memperhatikan dirinya. Namun, aku masih ingin mengetahui apa yang sedang disembunyikan oleh mereka berdua.
Dulu, aku pernah menaruh kecurigaan pada mereka berdua. Bahkan, aku pun memulai program ini untuk mencari tahu apa yang terjadi di antara keduanya. Dilan dan ayahku mungkin terselip kedendaman yang tidak aku ketahui.
Maka dari itu, aku harus mencari tahu dan mengetahuinya langsung dari mulut Dilan.
Aku menatap Dilan aneh, sedangkan dirinya menatap diriku kurang nyaman.
"Ayo kita pulang saja!" putus Dilan berbalik hendak bergegas.