"Kau??" sebut Jebran.
"Maximus!" tegas Jebran.
Deg!
"Kau??" sebut Jebran.
"Haris Susanto," sapa Jebran, membungkuk.
Ternyata, itu hanya khayalanku saja. Hampir saja, aku dan Jebran masuk ke dalam perangkap tikus. Padahal, sosok Maximus sudah jelas-jelas bersembunyi di balik bangunan Yayasan ini.
Aku pun segera mengikuti gaya Jebran untuk menyambut dirinya sebagai Ketua Yayasan yang bertanggung jawab penuh atas semua kejadian.
"Maaf, Tuan! Mereka masuk tanpa meminta izinku. Mereka malah menerobos masuk ke dalam sini," tekar si pengurus Yayasan—pria yang memiliki perut agak buncit.
Sang ketua mengangkat satu tangannya ke depan dengan wajah agak merunduk, "Tinggalkan kami!" pungkasnya.
"Tapi, Tuan?" tampik si pengurus.
Jebran dan diriku akhirnya menegak setelah mendengar ucapan dari sang ketua kepada bawahannya. Maka, waktu dan kesempatan akan kuraih dengan bersungguh-sungguh. Tidak ada yang boleh merampasnya setelah mendengar ucapan lemah lembut dari sang ketua.