Di antara mata-mata membulat ke arahku yang seakan hendak berpacu penolakan. Akan tetapi, aku tetap pada pendirian pertama. Pulang tanpa dirinya pun tak apa.
"Hei, kau itu manusia atau bukan? Kenapa kau meninggalkan orang sakit di sini?! Hah?!" bentak ibuku sambil menaikkan dagunya ke arahku.
Wajahku seolah-olah terdorong oleh pekikan ibuku yang menjerit kuat.
"Ibu," lirihku merendah.
Puk!
Ibuku mendorong kepalaku sambil menjitaknya, hingga kepalaku terdorong dari kemarahannya.
"Ibu," keluhku tak menaikkan nada.
"Kakak," cegah pamanku agar tidak berbuat kasar lagi.
Aku pun berdiri sembari menatap ibuku, "Kalau begitu, berusahalah untuk membujuk Jebran agar ingatannya kembali," ketusku membalikkan tubuhku.
Langkahku kembali mengguyur ruangan hingga menuju pintu kamar. Kembali berbalik dan memasuki ruang kamar untuk mengunci diri. Aku menutup pintu sambil mendengus pelan, menyender di papan pintu menengadah ke langit-langit ruang.