Setelah permainan, bibi dan pamanku tertidur dengan nyenyak di ruang tengah depan televisi. Aku, Jebran dan ibuku masih duduk dengan menyantap makan siang tanpa harus membangunkan mereka.
Lagi pula, mereka jika dibangun juga tidak akan beranjak. Padahal, perutku masih kenyang karena banyak mengunyah camilan dan minuman anggur. Tadinya hanya untuk disimpan di waktu malam, nyatanya siang itu malah bertindak lebih dulu.
Jebran tiba-tiba beranjak dari posisi duduknya, "Emira, aku ingin kembali," pamitnya merundukkan pandangan.
"Hah! Kenapa cepat sekali?" keluhku.
"Iya, kau jangan pernah sungkan bersama kami, mereka memang seperti itu!" sambung ibuku.
"Aku masih ada yang harus dikerjakan, lagi pula nanti sore aku akan pergi membeli peralatan untuk Natal nanti," putus Jebran.
Aku berdiri dengan tegak di depannya, "Aku ikut untuk ke sana!"
"Oh!" sahut Jebran bingung.
"Hei, kau mengganggu dia saja," keluh ibuku.