Dilan yang tersungkur lemah begitu runtuh dengan tatapan sayu lagi menurun. Keputusasaaannya telah merenggut segala bukti yang sangat kuat. Bahkan selama ini ia tidak terduga kalau orang terdekat adalah orang yang paling mengetahui.
Sementara itu, mereka menyembunyikannya dengan cara yang jahil hingga berpura-pura tidak tahu.
Dilan kembali meraba jalannya hingga tak terarah, matanya lurus menatap jalanan tanpa tujuan. Kini, dalam langkahnya hanya ada goresan hati yang saling melukai. Berhenti, berhenti pada posisi ujung jalanan dengan lirikan melemah ke arah rumah tak lagi berpenghuni.
"Kenapa kalian begitu tega kepada kami? Lalu, apa salahku dan lainnya?" rintihnya memejamkan mata.
***
Malam kembali melambai dengan semilir angin yang semakin terasa sejuk hingga menusuk ke tulang belulangku. Aku hanya memandang langit Tokyo dengan redup cahaya membias gemerlapnya dunia ini.
