Jebran menatap mata muda yang ada di depannya, seorang pemuda yang berstatus sebagai wartawan. Kesalahan yang didapatkan oleh pemuda itu tidak akan semudah lepas begitu saja. Hukuman tetap berlanjut, dengan syarat tertentu dari persetujuan di antara keduanya.
Jebran melempar surat perjanjian ke atas meja dan dihadapkan oleh pemuda itu dengan duduk terdiam.
"Tanda tangan itu dan kau tidak bisa keluar dari jalur aman," sebut Jebran.
"Ah, baiklah."
Pemuda itu dengan entengnya meraih sebuah pena yang tak jauh dari surat itu. Memegangnya dengan tenang dan mulai mencoret nama di atas pernyataan tertulis. Jebran mengangguk pelan, dan segera meraih surat yang tertera dengan nama si pemuda—Eno Erdian.
"Setelah ini kau tidak akan bisa pergi dari pengawasan kami," sebut Jebran.
"Hei, kau awasi dia selama beberapa bulan ini!' perintah Jebran.
"Baik, Tuan," sahut si pria yang berdiri di balik punggung Jebran.