"See? Gue bilang juga apa? Gue gak akan biarin Lo jadiin Nayara Gue pembantu Lo," kata William yang sampai duluan. Disusul oleh Andrew, Christ, Egi, dan Bastian yang terakhir.
"Bastian! Lo nantangin tapi Lo yang kalah," ejek Egi.
"Maafin aku hiks," kata Gisel yang langsung menangis begitu turun dari jetski.
"Gapapa Gisel," kata Bastian lalu mendekap Gisel.
"Gara-gara aku kamu jadi di ejek," kata Gisel sambil sesenggukan.
"Gak ada kamu juga aku tetep bakal kalah. Ini emang aku yang gak becus nyetir," kata Bastian.
"Gisel gapapa, bener yang dibilang Bastian. Walau pun kamu gak ikut tetep aja Bastian bakal kalah karena dia gak becus," ucap William.
"Apa yang Lo mau Gue lakuin?" Tanya Bastian.
"Gak susah sih, cuma bayarin makan Gue selama tiga hari di sini," kata William.
"Itu doang?" Tanya Bastian.
"Gak seru ya? Yaudah bayarin makanan semua orang yang udah capek-capek ngebut karena tantangan Lo," kata William dan diangguki Bastian.
"Gila kalian tadi keren banget," kata Raya yang baru saja sampai bersama yang lain.
"Ambil dulu barang kalian yang ada di kapal," kata Nicholas.
"Keren kan kita? Kita tadi lomba siapa yang duluan sampe di sini," kata Egi.
"Terus siapa yang menang?" Tanya Freya.
"William," jawab Andrew.
"Udah Gue tebak sih. Kalian tuh emang gak bisa ngapa-ngapain," ucap Nathan.
"Dih baru nyampe udah nge roasting Lo," kata Egi.
"Ayo kita foto dulu," kata Mbak Andra.
"Gue mau kirimin ke Saka," kata Karin.
"Lah iya dia gak ikut yah? Sama Justin juga," kata Freya.
"Justin ada turnamen internasional Kak," kata William.
"Saka sama Astrid jaga toko," kata Karin.
"Harusnya kalian tuh belajar dari Saka. Bukannya malah jadi beban ortu," kata Reiga.
"Nggak ngaca," ucap Egi.
"Kak anak-anak pada kemana?" Tanya Bastian kepada Freya.
"Lagi sama Lily sama Aira beli ikan," jawab Freya.
"Ayo kita buruan naik ke mobil travel," kata Nathan yang sudah selesai mengurusi mobil travel bersama Putra.
"Mobilnya ada dua ya," kata Putra.
"Emangnya muat Yang?" Tanya Aira.
"Mereka nyewa mobil range rover sama ferari," ucap Putra dan langsung masuk ke dalam mobilnya.
"Beneran banyak uang mereka," kata Aira sambil geleng-geleng kepala.
Mereka bukannya tidak punya banyak uang, tapi di umur dua puluh tiga tahun mereka baru mengembangkan usaha mereka. Sedangkan William dkk sudah mendapatkan uang sendiri yang lumayan hanya dengan hasil magang.
Bang Jay, Mbak Andra, Freya, Nathan dan anak-anak mereka berada dalam satu mobil dan Nathan yang menyetir. Nicholas, Raya, Reiga, Lily, Hao, Alexa, Putra, dan Aira berada di mobil yang satunya dengan Reiga sebagai supir. Nayara, William, Gisel, dan Bastian menyewa mobil range rover yang dikendarai oleh William. Egi, Andrew, Christ, dan Karin berkendara dengan mobil ferari dan disetir oleh Andrew.
"Banyak uang yah mereka," kata Hao yang melihat William dan yang lainnya mengendarai mobil mahal.
"Ini juga mobil mahal loh Ho," kata Putra.
"Iya mahal tapi gak keren. Pingin kaya mereka ha," kata Hao lalu menenggelamkan kepalanya di dada Alexa.
"Wuuu William ngebut dong!" Perintah Gisel sambil merentangkan tangannya. Gisel dan Nayara berdiri di jok belakang.
"Gak takut emang? Tadi aja kamu sampe nangis aku ajak ngebut naik jetski," kata Bastian.
"Itu kan di laut, aku takut tenggelam," ucap Gisel.
"Apa bedanya?"
"Udah jangan banyak omong! Will ngebut!!" Perintah Gisel.
"Oke!!" Teriak William.
William langsung menambah kecepatan laju mobilnya sesuai permintaan Gisel.
Setelah beberapa lama berkendara, mereka akhirnya sampai di private vila yang letaknya tak jauh dari pantai. Vila itu milik keluarga William.
"Ini vila punya William?" Tanya Raya.
"Bukan Kak, ini vila keluarga," jawab William.
"Keluarga Lo juga sama aja," kata Raya lalu berlalu.
"Sekarang kita main game untuk nentuin kamar. Kamar totalnya ada lima, satu kamar isinya empat orang oke," kata Putra.
"Gila berarti sisa dari dua puluh orang itu di kamar tamu gitu?" Tanya Egi.
"Terus, emang Lo mau tidur di kolam?" Tanya Hao.
"Sisa tiga kamar Bang, kan satu yang make Lo sama Mbak Andra, yang satu lagi di pake Nathan," kata Putra.
"Berarti Gue gak perlu ikut game dong?" Tanya Nathan dengan wajah gembira.
"Iya, Gue gak sejahat itu untuk nyuruh balita tidur di ruang tamu," kata Putra.
"Sania, kata Om Putra Sania harus bobok di ruang tamu," ucap Reiga.
"Om Putra jahat banget! Sania gak mau lagi temenan sama Om Putra. Huh!" Ucap Sania.
"Rei, memfitnah lebih kejam dari pembunuhan loh," kata Putra dengan senyuman psikopat.
"Hihi," Reiga hanya menyengir dan segera menjauh dari sana sebelum terkena tendangan maut dari Putra.
"Udah ayo sekarang kita mulai gamenya," kata Hao.
"Game nya di wakilin aja ya Kak, Karin ngantuk berat," kata Karin. Tubuhnya tak bisa lagi melakukan aktifitas akibat berkendara di air tadi.
"Yaudah yang cewek kalau ngantuk istirahat aja dimana aja terserah biar yang cowok yang ngewakilin," kata Nicholas.
"Tapi Gue pingin main," kata Nayara dan Gisel bersamaan.
"Yaudah terserah deh yang mau main ayo yang capek istirahat intinya ada satu perwakilan dari masing-masing pasangan," ucap Putra pasrah.
Mereka bermain bottle flip. Dan yang kalah adalah Nayara, William, serta Nicholas. Otomatis sisanya bisa tidur dikamar, kecuali yang kalah.
Reiga, Lily, Hao, dan Alexa tidur di kamar yang sama. Andrew, Egi, Putra, dan Aira tidur di kamar yang sama. Karin, Christ, Bastian, dan Gisel tidur di kamar yang sama. Pilihan berdasarkan suit.
"Dada Nayara," kata Karin dan langsung masuk ke kamarnya bersama Gisel.
"Nanti kalau udah jam bangunin yah," kata Reiga dan masuk ke kamarnya juga.
Kini tersisa William, Nayara, Nicholas, dan Raya yang duduk di ruang tamu. Hanya ada dua sofa panjang dan karpet.
"Maaf ya aku gak pandai soalnya main bottle flip," kata William.
"Iya gapapa," jawab Nayara.
"Nanti biar Raya sama Nayara aja yang tidur di sofa. Kita berdua tidur di karpet aja," kata Nicholas yang sudah sangat pasrah dengan keadaannya.
"Mau main air gak Nay?" Tanya Raya dan diangguki Nayara.
"Ganti baju dulu," kata Nicholas.
"Kamu bawa bikini Nay?" Tanya Raya.
"Gak boleh pake bikini!" Tegas Nicholas sekali lagi.
"Terus pake apa dong?" Tanya Raya.
"Pake apa aja pokoknya jangan bikini," ucap Nicholas.
Raya dengan terpaksa harus masuk ke dalam air dengan bikini yang di tutupi dengan baju kaos oversize milik Nicholas.
"Kak gak mau ikut renang?" Tanya Nayara.
"Ikut lah, masih buka baju," kata Nicholas lalu membuka bajunya.
Terpampang lah roti sobek milik Nicholas aka perut sixpack nya. Raya memandang pemandangan indah di depannya.
"Ngelihatin apa hayo?" Goda Nicholas.
"Nggak ada," jawab Raya lalu memalingkan pandangannya.
"Cih! Will ayo buruan ke sini," kata Nicholas kepada William yang masih berdiri di pinggir kolam.
Raya duduk di pinggir kolam sambil menunggu Nayara. Nicholas mendekat ke arah Raya dan menaruh kepalanya di paha Raya sementara setengah tubuhnya berada di dalam air.
"Loh Nay gak jadi main air?" Tanya Raya saat melihat Nayara malah memakai dress pantainya.
"Kita mau beli makan Kak," jawab Nayara.
"Owh…"
"Mau nitip gak?" Tanya Nayara lagi.
"Gak usah deh, enjoy ya," kata Raya dan diangguki Nayara.
"Duluan ya Kak," kata William kepada Nicholas lalu menggandeng Nayara keluar dari vila itu.
"Serasi bat dah mereka," gumam Raya.
"Kita juga kok," kata Nicholas.
"Iya deh iya," kata Raya lalu masuk ke dalam air.
William dan Nayara berkeliling mencari restoran sambil melihat beberapa toko souvenir yang mereka lewati. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki alih-alih menggunakan mobil. Padahal cuaca sedang sangat panas.
"Sayang, kita foto yuk?" Ajak William.
"Tumben ngajakin foto," kata Nayara sambil terkekeh.
"Biar ada kenangan kita pernah ke Bali. Ayo sini berdiri di sebelah aku," kata William lalu menarik pinggang Nayara.
Nayara berjinjit di sebelah William karena tinggi William yang jauh melampaui Nayara. Tinggi William seratus delapan puluh delapan cm sedangkan Nayara hanya tujuh puluh cm. Nayara tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya di sebelah William.
"Cantik," ucap William. William juga tidak lupa memfoto Nayara selama perjalanan.
"Will makan di sini aja ya," kata Nayara sambil memasuki sebuah restoran yang tidak terlalu ramai pengunjungnya.
Setelah memesan William dan Nayara duduk di pojok. Tak butuh waktu lama makanan mereka pun datang.
"Seneng gak?" Tanya William.
"Seneng lah," jawab Nayara sambil tersenyum.
"Kalau kamu seneng aku juga seneng," kata William.
"Enak gak makanannya?" Tanya William lagi.
"Iya enak," jawab Nayara.
"Kalau kamu ngerasa enak aku juga," kata William dan mendapatkan pukulan kecil dari Nayara.
"Aduh! Ehh bentar Gisel nelpon," kata William.
"Speaker," kata Nayara.
"Iya halo Gisel?"
"William kamu dimana?" Tanya Gisel dari seberang sana.
"Lagi di restoran nih sama Nayara."
"Sherlock aku mau ke sana sama Bastian. Makan gak ngajak-ngajak cih!" Omel Gisel dari seberang sana.
"Iya aku tunggu, buruan ya," kata William lalu mematikan telponnya.
"Siapa suruh tidur tadi. Ck ck," ucap William lalu meletakan ponselnya.
"Gisel lebih sering nelpon kamu yah," kata Nayara tanpa mengalihkan pandangan dari makannya.
"Mungkin karena dia lebih nyaman ngomong sama aku. Maksud aku, dia… ng itu kan kita udah kenal lama makanya dia sering nelpon aku. Jangan salah paham ya sayang, aku sama dia pure temenan kaya kamu sama Bastian. Kita…"
"Udah, aku kan cuma nanya. Segitu paniknya. Jangan-jangan kalian ada sesuatu ya?" Tanya Nayara sambil menyipitkan matanya.
"Nggak Sayang sumpah demi apa pun aku gak ada hubungan sama dia," kata William sambil mengangkat jari berbentuk V.
"Bercanda, aku juga tahu kalian temenan dari kecil," ucap Nayara dan membuat William sedikit lega. Hanya sedikit.
"Lama yah Gisel sama yang lain, aku bosen nungguin," ucap Nayara.
Memang jarak restoran dari vila lumayan jauh, sekitar satu jam tiga puluh menit dengan jalan kaki. Mungkin jika berkendara menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit.
"Kamu bosen? Apa kita tinggal aja mereka?" Tanya William yang juga sudah selesai menghabiskan makanannya dari tadi.
"Jangan, nanti Gisel ngambek. Aku males bujuknya," jawab Nayara.
Drrt…drrt…drrt…
"Justin nelpon nih," kata William saat melihat panggilan dari Justin.
"Mana? Aku mau ngomong sama dia," kata Nayara lalu duduk di sebelah William.
"Halo Justin," kata Nayara.
"Ngapain nelpon?" Tanya William.
"Ihh enak banget ya Lo berdua jalan-jalan ke Bali," ucap Justin yang melakukan video call bersama Nayara dan William.
"Gue lagi ada di toko rotinya Kak Astrid nih," kata Justin. Seketika Nayara dan William saling menatap satu sama lain.
"Bentar ya Jus," ucap William lalu mendekatkan diri ke Nayara.
"Mereka udah ketemu?" Tanya William.
"Bukannya Justin bilang gak akan ketemu Astrid lagi?" Kata Nayara.
"Hei, Lo berdua gak usah khawatir. Gue udah move on dan relain Kak Astrid," kata Justin.
"Serius? Bagus deh kalau gitu," kata Nayara.
"Gue harus ngadepin ini, kalau nggak hubungan kita berdua malah renggang. Mungkin dia bukan jodoh Gue," kata Justin.
"Nice! Gimana pertandingan Lo kemarin? Lancar?" Tanya William.
"Seperti biasa, tim Gue menang," kata Justin namun dengan wajah yang datar.
"Bagus dong kalau menang, kenapa muka Lo kusut banget gitu? Lo gapapa kan?" Tanya Nayara memastikan jika Justin baik-baik saja.
"Sebenernya…" Justin langsung menunjukan kaki nya yang di perban. Ternyata Justin sedang duduk di atas kursi roda.
"Kenapa kaki Lo?" Tanya William dengan nada keras.
"Di final pas masuk skor akhir, tim lawan gak sengaja ngedorong Gue pas Gue mau masukin bola ke ring. Akhirnya kaya gini deh jadinya, tapi untungnya bolanya masuk jadi gak sia-sia kalau kaki Gue patah," jawab Justin sambil menyengir.
"Untung apanya, lihat kaki Lo kaya mumi gitu. Terus Lo ke toko rotinya Astrid sama siapa? Emang bisa bawa mobil?" Tanya William.
"Njir, calm down bro. Gue sama supir tenang aja. Udah ya, Gue mau makan roti dulu kalau gitu," kata Justin lalu menyudahi panggilannya.
"Siapa itu Justin?" Tanya Astrid sambil membawa secangkir teh dan beberapa roti pesanan Justin.
"Kak Nayara sama William," jawab Justin. Tanpa mengatakan apa-apa lagi Justin langsung memakan rotinya.
"Mmm enak," gumamnya.
"Mereka baik-baik aja 'kan?" Tanya Astrid lalu duduk di depan Justin.
"Mereka liburan gak usah di khawatirin. Kak Astrid kenapa gak ikut liburan ke Bali?"
"Yang jaga toko siapa? Lagian masih ada waktu lagi buat nanti ke Bali," jawab Astrid. Justin hanya mengangguk tanda mengerti.
"Sampe segitunya dia main. Tim lawan gak dapet kartu merah emangnya?" Kata William yang frustasi melihat pertandingan Justin.
"Ya namanya juga insiden. Biar pun Justin duduk kalau emang dia giliran yang kena ya kena. Kayanya lawannya gak sengaja deh, buktinya dia bantu bopong Justin sampe ke pinggir lapangan," kata Nayara yang juga ikut menonton.
"Justin emang gak bisa hati-hati kalau masalah basket. Terlalu ambisius ya gitu jadinya," kata William dengan raut wajah yang sangat kesal. Seperti nya William ingin memukul pelaku yang mendorong adiknya itu.
"Udah ih jangan salahin Justin, namanya juga hobi. Kamu juga kalau lagi kerja sama kaya dia. Ambisius," kata Nayara dan membuat William tertawa kecil.
"Sejak kapan Nayara Kanendra suka ngomelin aku kaya gini, huh?" Tanya William sambil mencubit pipi Nayara.
"Sejak kamu pacaran sama laptop kamu. Aku di anggurin mulu," kata Nayara.
"Woii!!!!" Teriak Egi dari atas mobil range rover yang tadi ia sewa bersama Karin dan Christ.
"Ayo kita ke pantai!!" Teriak Gisel yang menaiki mobil ferari.
"Bentar Gue mau bayar dulu makannya," kata William dan langsung pergi ke kasir dan membayar makanannya menggunakan kartu debit milik Bastian.
"Ayo," kata William lalu menarik tangan Nayara. Wiliam membantu Nayara untuk naik ke atas mobil.
"Gantian nih ceritanya?" Tanya William dan diangguki Bastian yang sedang menyetir.
"Andrew bilang pingin ngerasain nyetir mobil range rover," kata Bastian.
Ke delapan remaja itu langsung menuju pantai yang di maksud oleh Egi, yaitu Pantai Atuh.
Di vila, orang-orang yang tadinya tidur siang kini sudah pada bangun. Hingga anak-anak pun sudah bangun dan langsung bermain di kolam bersama Raya dan Nicholas.
"Nayara mana Nik?" Tanya Nathan yang masih berusaha menyesuaikan matanya dengan sinar matahari.
"Keluar sama William tadi," jawab Nicholas yang sedang mengajari Sania berenang.
"Nik, Karin sama yang lainnya kemana? Kok Gue check di kamarnya gak ada?" Tanya Putra.
"Mereka juga keluar, katanya nyusul Nayara sama William," jawab Nicholas.
"Om Putra ayo ikut berenang," kata Zayn.
"Kayanya seger nih, tunggu ya Om bakal nyebur," kata Putra.
"Om Putra jangan nyebur Sania takut!!!" Teriak Sania. Tapi Putra tidak mendengar teriakan Sania. Putra langsung melompat ke kolam sehingga membuat Sania menangis histeris.
"Huwaa!!! Bunda!!!" Teriak Sania memanggil Freya.
"Hadeh, capek Gue nih," kata Freya yang baru saja dapat mengobrol dengan para ibu-ibu.
"Ya gitu rasanya jadi Ibu," kata Mbak Andra sambil tertawa kecil. Freya lalu dengan langkah berat menghampiri Sania yang sedang menangis di dalam kolam dan di gendong oleh Nicholas.
"Nathan! Anak kamu nangis malah diem duduk kaya gitu," omel Freya yang melihat Nathan hanya duduk manis di pinggir kolam sambil menatap Sania.
"Tadi Sania kan manggil Bundanya bukan Papanya," kata Nathan.
"Terserah! Sania kenapa nangis?" Tanya Freya lalu mengambil alih Sania dari gendongan Nicholas.
"Om Putra nyebur terus Sania nangis Tante. Kanaya udah nenangin tapi dia gak mau diem," jawab Kanaya lalu ikut menghampiri Freya.
"Owh jadi Om Putra yang bikin Sania nangis? Mana dia? Biar Tante Aira hukum Om Putra karena udah berani bikin nangis Sania," kata Aira dan bersiap-siap untuk memukul Putra.
"Jangan!" Teriak Sania.
"Kenapa? Katanya Om Putra yang bikin Sania nangis. Sekarang biar Tante Aira pukul Om Putra ya?"
"Nggak boleh, kata Oma gak boleh mukul orang dewasa hiks," ucap Sania dan sukses membuat Raya, Nicholas, Nathan, Freya, Aira, dan Putra tertawa mendengarnya.
"Owh gitu ya? Ya udah nggak jadi Tante pukul ya Om Putra. Tante sayang aja ya?" Kata Aira dan mengelus kepala Putra dari pinggir kolam.
"Ya udah kalau gitu Sania main lagi ya sama Om Niko. Bunda mau bantuin Tante Andra masak," kata Freya.
"Hmm," kata Sania lalu kembali ke gendongan Nicholas.
"Kenapa tuh?" Tanya Lily.
"Biasa, Sania cengeng. Nangis gara-gara Putra nyebur takut katanya," kata Freya.
"Sania sering nangis emangnya Fey?" Tanya Alexa.
"Nggak juga, cuma kalau ada yang ganggu dia, dia malah nangis bukannya ngelawan. Beda sama Tania yang langsung hajar," kata Freya.
"Tania lebih ke Papanya ya, dulu juga waktu kecil Nathan kalau ada yang macem-macem langsung di hajar sama dia," kata Alexa.
"Tapi untung sih ada satu yang cengeng. Kalau nggak dapet masalah mulu Gue di sekolah," kata Freya.
Ibu-ibu itu lanjut mengobrol santai. Sementara yang laki-laki sedang berenang.
"Wow bagus banget pantainya," kata Gisel yang terpukau melihat keindahan alam yang disuguhkan oleh Pantai Atuh.
"Hati-hati tangganya terjal soalnya," kata Bastian sambil memegangi Gisel.
Mereka memilih untuk bermain di daerah yang sepi. Ada batu karang yang menghalangi cahaya matahari sehingga mereka bisa berteduh dari panasnya terik matahari.
"Ayo Gisel, Nay, kita berenang," ajak Karin.
"Berenangnya jangan ke tengah ya di pinggir aja. Bisa repot kalau ke seret ombak," kata Bastian.
"Bawel bat Lu jadi pacar," kata William dan Christ bersamaan. Mereka berdua hanya duduk dan tersenyum melihat kekasih mereka bermain air. Berbeda dengan Bastian yang selalu was-was karena Gisel.
"Christ Karin buka baju tuh," kata Egi kalap.
"Biarin, sexy kan pacar Gue?" Kata Christ sambil memandangi lekuk tubuh Karin.
"Pacar Gue lebih sexy," kata William.
"Kalau masih pake baju gitu percuma Lo bilang ke Gue kalau Nayara itu sexy," kata Christ.
"Gila sih ni orang dua, pacar Lo jadi tontonan tuh gak lihat?" Geram Bastian.
Bukannya mendengar, Christ malah berjalan dan mendekat ke arah Karin. Christ menggendong Karin dan membawa Karin masuk ke tengah air.
"Sayang kamu apa-apaan?" Tanya Karin yang melingkarkan kakinya di perut Christ. Christ membawa Karin terlalu jauh dan airnya sudah sampai di batas dada Christ. Itu sudah cukup untuk membuat Karin tenggelam.
"You're so hot," ucap Christ lalu memeluk Karin.
William juga ikut menghampiri Nayara yang sedang berusaha menangkap ikan dengan Gisel.
"Hei, mau aku bantuin gak?" Tanya William sambil memegang pinggang Nayara.
"Aku mau nangkep ikan yang itu," kata Nayara sambil menunjuk ikan kecil berwarna kuning.
"Yang itu? Aku ambilin," kata William. Tak butuh waktu lama, William berhasil menangkap ikan itu dan menaruh ikan itu di telapak tangan Nayara. Nayara berlari kecil ke tengah laut dan melepas ikan itu.
"Capek-capek Gue nangkep malah di lepas," pasrah William.
Niat awal Nayara memang ingin membantu ikan kecil yang terjebak di kubangan air. Mungkin ada orang yang sengaja menaruh ikan itu dan lupa mengembalikannya ke laut.
Hari pun sudah sore. Christ dan Karin masih berenang, Gisel dan Bastian membuat istana pasir, Nayara dan William yang entah apa yang mereka lakukan itu, dan Andrew dan Egi yang sedang mengobrol ringan. Mereka bermain sampai sore menjelang petang.
"Woii!!!!!!!!! Ayo balik!!!!!!!!!" Teriak Egi.
Mereka semua akhirnya kembali ke vila. Suasana malam di Nusa Penida begitu indah. Seperti di negeri dongeng kalau kata Andrew. Nanti malam rencananya mereka semua akan dinner di restoran milik Jason. Yups, Jason memiliki restoran yang sudah memiliki banyak cabang di Indonesia. Di Bali, restoran Jason hanya mengkhususkan makanan laut saja.