Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 115 - Bab 114

Chapter 115 - Bab 114

"Yeay di Bali!!" Heboh Freya saat sampai di Bandara.

"Kita tunggu mobil travel dulu," kata Putra.

"Katanya bakal bawa mobil sendiri-sendiri?" Tanya Egi.

"Besok Gue sama Nicholas yang ke rentcar buat sewa mobil," kata Putra.

"Owh, oke kalau gitu," kata Egi lalu membantu menaikan koper-koper.

Setelah dua jam di dalam mobil, akhirnya mereka sampai di villa. Lokasi villa lumayan jauh dari bandara.

"Kita masuk ke kamar masing-masing yah. Nanti jam delapan kumpul di kamar Gue sama Bang Jay," kata Nathan dan diangguki semuanya.

Bang Jay, Nathan, Freya, dan Mbak Andra memesan kamar yang luas, agar bisa digunakan untuk berkumpul dan juga sebagai tempat bemain anak mereka.

Putra, Hao, Reiga, dan pasangannya juga memesan kamar yang sedang. Andrew, dan Egi memesan kamar untuk dua orang, begitu juga dengan Nayara, William, Christ, dan Karin yang memesan kamar untuk empat orang. Bastian dan Gisel memesan kamar untuk dua orang. Awalnya Gisel ingin supaya dia dan Nayara berada di kamar yang sama, begitu juga Karin. Akhirnya mereka memutuskan untuk suit sebelum memesan kamar dan Karin yang memenangkan permainan itu.

Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Satu jam lagi mereka harus berkumpul di kamar Bang Jay.

"Hah akhirnya bisa rebahan setelah seharian penuh di pesawat," kata Christ yang sudah merebahkan dirinya di atas kasur.

"Mandi dulu Christ, baru tiduran. Jorok banget kamu," omel Karin sambil menarik-narik tangan Christ.

"Iya iya sekarang, kamu juga mandi sama aku ya?" Kata Christ.

"Ish nggak! Buruan mandi sana!" Karin lalu mendorong Christ ke kamar mandi.

"Lo belum mandi malah nyuruh Christ mandi duluan," kata Nayara sambil menggelengkan kepalanya.

"Dia itu kalau udah ketemu kasur gak bakal bisa disuruh ngapa-ngapain lagi. Makanya Gue suruh dia duluan aja mandinya, Gue entaran," kata Karin lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

"Lo juga jorok," kata Nayara sambil tertawa.

Setelah selesai membereskan barang-barangnya dan Nayara, William langsung mengambil laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. William duduk di kursi yang berada di dekat jendela.

"Will, kamu gak mau istirahat dulu? Baru nyampe loh," tanya Nayara.

"Nanti aja, Christ udah selesai mandi tuh. Sana kamu mandi dulu," kata William. Nayara pun menuruti perkataan William.

"Ehh Nay Nay Gue dulu," kata Karin.

"Buruan ya," ucap Nayara.

Mereka ber-empat sudah selesai mandi. William di paksa mandi oleh Christ dan mau tidak mau harus menurutinya.

"Ayo kita ke kamar Bang Jay," kata Karin.

"Kita berdua gak ikut yah. Kasihan William gak ada yang nemenin," kata Nayara.

"Awas loh nanti di marahin Kak Nathan Nay," kata Karin.

"Nggak bakalan, nanti Gue bilang langsung ke dia. Udah sana kalian duluan aja," kata Nayara.

"Ya udah kita duluan ya," kata Karin dan keluar dari kamarnya bersama Christ.

"Nayara mana?" Tanya Hao.

"Nayara gak ikut kumpul karena mau nemenin William," jawab Christ.

"Udah bilang kok dia sama Gue. William juga di pesawat tadi Gue perhatiin mainin laptopnya mulu," kata Nathan.

"Dia calon pewaris perusahaan Ackerley 'kan?" Tanya Reiga.

"Bukan cuma karena itu doang dia kerja keras. William pernah bilang kalau dia pingin menjadi layak buat Nayara," kata Bastian.

"Harusnya Lo bisa sih ngasih restu Lo ke William Nik," kata Hao.

"Bukan gak ngasih tapi Gue gak rela aja gitu Nayara nikah," kata Nicholas.

"Gue juga, biar pun Gue sering berantem sama dia," kata Nathan.

"Makanannya udah jadi nih, ayo makan malam dulu semuanya," ucap Freya dari dapur. Kamar yang di pesan Bang Jay dan Nathan berisi beragam keperluan rumah tangga. Isi di kulkasnya juga sudah banyak dan beragam.

"Ayo masuk makan dulu," kata Bang Jay.

"Wah banyak banget masakannya," kata Gisel.

"Pah Tania mau duduk sama Om Putra ya," kata Tania dan berusaha menaiki kursi yang berada di sebelah Putra.

"Sania mau sama Tante Aira kalau gitu," kata Sania.

"Zayn mau duduk sama siapa?" Tanya Mbak Andra.

"Sama kakak," jawab Zayn.

"Kak, duduk temenin adik ya," kata Mbak Andra.

"Ayo sini Zayn, kita duduk disini," ucap Kanaya.

"Kanaya baik yah jadi kakak," ucap Freya.

"Kanaya bertanggung jawab banget jadi kakak. Zayn juga nempel mulu sama kakaknya," kata Mbak Andra.

"Anak-anak makannya pelan-pelan ya, jangan lupa berdo'a," kata Freya.

"Siap Bunda!" Kata Nia Twins bersamaan.

"Semoga nular ke Tante ya," kata Aira.

"Semangat ya Aira," kata Freya dan Mbak Andra.

Putra tersenyum ke arah Tania yang sedang makan, menurut Putra Tania sangat lucu saat ini.

"Ma, Kak Nayara kok gak ada?" Tanya Zayn.

"Oh iya, Kak Naya kemana ya?" Tanya Kanaya juga.

"Kak Nayara lagi nemenin Kak William. Mau nyamperin mereka gak sama Tante?" Tanya Raya yang akan membawakan mereka berdua makanan.

"Nggak, belum habis makanannya," kata Kanaya.

"Ya udah habisin dulu makanannya, nanti kesana sama Tante Raya yah," kata Nicholas.

"Gak papa tuh adik Lo kelaparan?" Tanya Bang Jay.

"Gak usah di bawain katanya, tadi udah mesen. Nih dia nge chat Gue," kata Andrew.

"Yah, untung aja belum di bawain. Masukin lagi aja makanannya Ray," kata Mbak Andra.

Setelah selesai makan, rencananya mereka akan beristirahat di kamar masing-masing. Namun Putra dan Nicholas yang baru saja datang dari menyewa mobil malah membawa minuman dan beberapa camilan. Hal hasil, semuanya berkumpul di sana dan minum bersama.

"Will, makan dulu nih," kata Nayara dan menyerahkan nasi babi guling khas Bali.

"Nanti aja aku makan-"

"Will, aku suapin ya? Jadi kamu gak perlu berhenti ngerjainnya," kata Nayara.

"Makasih ya," kata William dan membuka mulutnya agar Nayara bisa memasukan nasi ke dalam mulutnya.

"Kamwu gwak mwakwan?" Tanya William dengan mulut penuh.

"Telen dulu baru ngomong," kata Nayara.

"Kamu gak makan?" Tanya William lagi setelah berhasil menelan makanannya.

"Kamu dulu yang makan, aku nanti aja," kata Nayara.

"Aku makan sendiri aja deh, kamu makan juga ya?" Kata William lalu mengambil alih nasi dari tangan Nayara.

"Enak gak Will nasinya?" Tanya Nayara.

"Enak, pertama kali aku ngerasain nasi seenak ini. Walaupun nasi uduk tetep nomer satu," kata William.

Nayara dan William sudah menyelesaikan makan malamnya. Tadi pelayan hotel sudah mengambil sampah dan sekaligus memberikan Nayara pesanannya. Nayara memesan beberapa camilan dan jus buah.

"Nih, jus buah," kata Nayara.

"Makasih, kenapa nggak kopi aja?" Tanya William sambil meminum jus yang diberikan oleh Nayara.

"Kamu semenjak kerja minum kopi terus, biar pun kamu nggak kerja juga tetep minum kopi. Aku gak mau kamu sakit kepala," kata Nayara.

"Uuu perhatian ya ternyata kamu. Sayang deh," kata William lalu mengelus kepala Nayara.

"Udah malem loh ini, kamu masih mau lanjut Will?" Tanya Nayara yang sudah bersiap-siap untuk tidur.

"Lagi dikit, kamu tidur aja duluan," jawab William tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

Nayara tahu, sedikit yang di maksud oleh William itu sangat banyak. William sering melewatkan jam makan dan tidurnya untuk mengerjakan pekerjaannya.

"Will, temenin aku tidur ya?" Kata Nayara.

"Kamu takut? Ya udah aku temenin," kata William lalu menutup laptopnya dan berjalan ke ranjang lalu langsung membawa Nayara ke dalam pelukannya.

"Tidur yang nyenyak ya sayangnya William," kata William sambil mengelus kepala Nayara.

Tanpa sadar William menutup matanya dan tertidur. Nayara memang sengaja meminta William menemaninya, ia ingin agar William cukup tidur malam ini. Setelah merasa nyaman, Nayara juga ikut tertidur sambil memeluk William.

Tengah malam William terbangun dari tidurnya dan ingat jika pekerjaannya belum selesai. William lalu bangun secara perlahan agar tidak mengganggu tidur Nayara. Dilihatnya juga Christ dan Karin yang sudah kembali.

"Lagi dikit aja project ini bakal selesai," ucap William kepada dirinya. William dengan telaten mengerjakan setiap file yang sudah menumpuk di to do listnya.

Pagi pun menyingsing, Nayara bangun tanpa William di sampingnya. Dilihatnya William tertidur di atas meja.

"Pasti dia begadang lagi," ucap Nayara. Nayara memilih untuk merapikan tempat tidurnya dan membersihkan badannya sebelum membangunkan William.

"William, hey bangun dulu pindah ke kasur," kata Nayara pelan di telinga William. Tapi, William tidak berkutit sedikit pun.

"Aku gak mau ya punya pacar yang bungkuk," kata Nayara lagi dan kali ini berhasil membangunkan William.

"Mandi dulu ya baru tidur lagi," kata Nayara. Dengan gontai William berjalan ke kamar mandi.

"Udah selesai? Sini aku bantu ngeringin rambutnya," kata Nayara dan mengeringkan rambut William.

"Sayang…" panggil William.

"Hmm?"

"Aku ngantuk," kata William lalu memeluk Nayara.

"Makanya kalau malem itu tidur jangan malah begadang. Nanti kita mau ke Nusa Penida loh," kata Nayara.

"Aku tidur di mobil aja," kata William.

"Kan kita bawa mobil sendiri."

"Oh iya?" Tanya William lalu mendongakkan kepalanya.

"Aku kira bakal nyewa mobil travel kaya kemarin," William kembali menenggelamkan kepalanya di perut Nayara.

"Habis ini kamu tidur ya," kata Nayara setelah selesai mengeringkan rambut William.

"Temenin ya?" Kata William sambil mendongak dengan tatapan melas.

"Nggak, aku mau nyiapin barang buat nanti. Kita pergi jam Sembilan," ucap Nayara.

"Ini kan baru jam tujuh. Masih ada dua jam lagi," rengek William.

"Habis beresin barang aku temenin kamu. Udah sana tidur dulu," kata Nayara. William langsung tertidur begitu naik ke atas kasur.

"Nay, udah bangun Lo?" Tanya Christ.

"Udah dari tadi, jangan lupa kita otw jam Sembilan," kata Nayara.

"Iya, Gue mandi dulu ya," kata Christ lalu berjalan ke kamar mandi.

Tiba waktunya untuk berkumpul, sebelum itu mereka terlebih dahulu sarapan di restoran yang ada di hotel.

"Kalian ngapain hayo kemarin gak ikut kumpul?" Tanya Gisel.

"Gak ngapa-ngapain. Gak usah mikirin yang aneh-aneh," kata Nayara.

"Ayo makan dulu semuanya," kata Mbak Andra.

"Langitnya gelap banget, padahal tadi baik-baik aja," kata Reiga.

"Nik, Gue perlu ngomong sama Lo," ucap Putra.

"Kenapa?" Tanya Nicholas.

"Kita gak bisa berangkat ke Nusa Penida hari ini, ada badai," kata Putra dengan wajah panik.

"Seriusan Lo? Kita bisanya kemana dong?"

"Gak bisa kemana-mana. Gue udah tanya sama supir kenalan Gue, percuma kalau jalan-jalan sekarang. Gak akan bisa karena emang lagi hujan," kata Putra. Tepat setelah itu hujan lebat pun turun.

"Kita jelasin ke semua," kata Nicholas.

"Ada masalah?" Tanya Bang Jay.

"Kita gak bisa ke Nusa Penida sekarang, perjalanannya di tunda sampe dua hari. Kalau kita jalan-jalan juga percuma karena hujan," kata Putra.

"Berarti hari ini kita di hotel doang dong?" Tanya William.

"Iya, mungkin lusa kita lanjutin liburannya," jawab Putra dengan wajah kecewa.

"Udah gapapa, masih ada waktu seminggu kita di sini. Sekarang ayo kita balik ke hotel dan lakuin apa pun yang kalian mau," kata Bang Jay.

"Ihh sebel deh gak jadi ke Nusa Penida," ucap Karin.

"Kan hujan ya mau gimana lagi dong?" Kata Christ.

"Terus kita bakal terus-terusan gitu di hotel selama dua hari? Kebuang dong waktunya," omel Karin.

"William Lo dari kemarin perasaan di laptop mulu, ngapain sih?" Tanya Christ.

"Ini lagi nyelesaiin kerjaan," jawab William tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

"Banyak banget ya?" Tanya Karin dan diangguki William.

"Lo juga kemarin gak tidur kan sampe jam empat pagi? Gue tahu karena suara keyboard Lu agak berisik," kata Karin.

"Oh ya? Ganggu tidur ya?" Tanya William.

"Nggak begitu ganggu cuma gimana ya jelasinnya?"

"Nayara berarti kemarin tidurnya keganggu juga dong? Bisa gak sih Gue mesen kamar sendiri?" Tanya William.

"Nggak ganggu, kalau Lo pindah kamar ya otomatis Nayara juga ikut pindah," kata Karin.

"Will, ini kopi," kata Nayara yang baru saja selesai menyeduh kopi.

"Makasih ya," kata William lalu meminum kopi buatan Nayara.

"Kamu istirahat dulu sebentar, nanti lagi lanjutin. Dari kemarin kamu seharian ngerjain itu gak pusing emang?" Tanya Nayara lalu duduk di pinggiran kasur.

"Nggak papa, ini tinggal lagi dikit kok," kata William.

"Kalau Gue bantu boleh gak sih?" Tanya Christ.

"Boleh, kalau Lo bisa."

"Mana coba Gue lihat? Eh gak jadi deh Gue gak ngerti ternyata haha," kata Christ sambil tertawa canggung.

"Pacar Gue kenapa gini amat sih?" Kata Karin lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Sayang aku mau bobok bareng kamu juga," kata Christ lalu ikut masuk ke dalam selimut bersama Karin.

"Ada-ada aja kelakuan kalian," ucap Nayara sambil menggelengkan kepalanya.

"Sayang, Gisel spam aku," kata William sambil terus memerhatikan setiap pesan yang masuk dari Gisel.

"Kenapa dia?" Tanya Nayara lalu menghampiri William.

"Ini, dia nanyain kamu kemana. Soalnya nggak jawab chat dari dia," kata William lalu menyerahkan ponselnya ke Nayara.

"Lah iya, aku gak dapet check hp dari tadi. Dimana ya aku taruh hp aku," kata Nayara lalu mencari hp nya.

Nayara terus mencari handphonenya, namun Nayara tak dapat menemukan handphonenya.

"Terakhir kamu main hp dimana?" Tanya William sambil membantu Nayara mencari hp nya.

"Di restoran sih," jawab Nayara.

"Mungkin ketinggalan di sana. Ayo kita cari kesana," ucap William lalu mengambil kunci mobil. Masing-masing kamar di beri kunci mobil sendiri, kecuali Andrew, Egi, Bastian, dan Gisel.

Sesampainya di sana, William terlebih dahulu berjalan ke kursi Nayara untuk memayungi Nayara. Setelah itu, mereka langsung menuju kasir.

"Permisi Kak, ada nemu hp iphone gak di kursi sebelah sana?" Tanya Nayara.

"Jam berapa ya kira-kira ketinggalannya?"

"Sekitar jam Sembilan atau jam setengah sepuluh," jawab Nayara.

"Coba saya check dulu ya," kata kasir itu lalu pergi untuk menemui rekannya.

Setelah beberapa lama kasir itu kembali dan memberi tahu Nayara dan William jika mereka tidak menemukan handphone apa pun. Nayara dan William lalu segera kembali ke hotel untuk memberitahukan kejadian ini ke yang lain.

"Kok bisa sih? Makanya kalau punya barang itu di jaga!" Teriak Nathan. Nayara hanya diam karena ini memang salahnya yang teledor dalam menjaga barang.

"Nath, jangan dimarahin. Bantuin nyari," kata Nicholas sambil berusaha melacak handphone Nayara.

"Udah gak usah di cari, nanti kan bisa beli lagi," ucap Reiga.

"Gak bisa Kak, banyak nomer penting di sana," kata Nayara. Masih dengan kepala yang menunduk.

"Lokasinya ada di restoran tempat kita sarapan tadi," kata Nicholas setelah berhasil melacak lokasi handphone Nayara.

"Tadi kita udah kesana dan kata karyawannya gak ada," kata William.

"Kita kesana lagi, siapa tahu karyawannya kurang teliti nyarinya," kata Raya.

"Biar Gue, Nathan…"

"Nathan, bantuin aku nidurin Tania," teriak Freya dari dalam kamarnya.

"Ada apa nih rame-rame?" Tanya Freya yang memang tadi tidak ikut berkumpul karena mengobrol di dapur bersama ibu rumah tangga yang lain.

"Ini hp Nayara hilang Kak," jawab Gisel.

"Hah? Kok bisa? Udah ketemu belum hp nya?" Kagetnya.

"Belum, ini masih berusaha nyari," jawab Nayara.

"Ayo aku bantu," kata Nathan lalu menarik Freya agar masuk ke kamarnya. Nathan sangat kesal saat ini, padahal dia sering menghilangkan barang yang lebih berharga dari handphone.

"Yaudah yang pergi, Gue, Raya, William, sama Nayara," kata Nicholas.

Mereka ber-empat langsung bergegas menuju ke restoran. Nicholas langsung menghampiri kasir restoran itu.

"Permisi Mbak, bisa tolong di cari ulang hp adik saya? Karena setelah kami lacak, lokasi terakhir hp adik saya berada di restoran ini," kata Nicholas.

"Baik Mas kami akan usahakan untuk mencari handphone adik Mas sebisa mungkin," kata karyawan itu.

Setelah beberapa waktu, karyawan itu kembali menghampiri Nicholas.

"Maaf Mas, ini dia hp nya," kata karyawan itu.

"Makasih ya Mbak," kata Nicholas lalu meninggalkan restoran itu.

"Makanya lain kali kalau bawa hp yang bener. Ini untung ketemu kalau nggak gimana?" Omel Nicholas di mobil.

"Maaf Kak," kata Nayara sambil menunduk.

"Ya udah, sana balik ke kamar kalian. Jaga semua barangnya," kata Nicholas.

"Gimana ketemu gak hp nya?" Tanya Karin yang langsung bangun setelah mendengar pintu dibuka.

"Ketemu," jawab Nayara.

"Dimana?" Tanya Christ.

"Di restoran," jawab Nayara dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Jangan banyak tanya dulu ya, Nayara habis di omelin habis-habisan sama Kak Nathan," kata William.

"Oke oke," kata Christ dan Karin.

Willilam lalu menghampiri Nayara di kamar mandi. William tahu jika Nayara hanya sedang merenung.

"Sayang, kamu gapapa?" Tanya William.

Nayara yang sedang berdiri di depan cermin menoleh sebentar ke arah William sebelum kembali menatap dirinya lagi.

"Gapapa, gak usah di pikirin. Intinya sekarang hp nya udah ketemu," kata William dan memeluk Nayara dari samping.

"Bukan itu masalahnya," kata Nayara lalu menghadap William dan menatapnya.

"Terus apa?"

"Kalau hp ini gak ketemu, ada file dari dosen yang gak boleh hilang. Aku takut kena marah," kata Nayara.

"Cuma karena itu kamu overthinking? Siapa dosen kamu? Biar aku yang bilang ke dia supaya gak marah-marahin kamu lagi," kata William lalu mendekap kepala Nayara.

Mereka berdua lalu keluar dari kamar mandi.

"Nay Lo gapapa kan?" Tanya Karin dan langsung mendekati Nayara.

"Iya gapapa" jawab Nayara.

Setelah dua hari berlalu, mereka semua memutuskan untuk melanjutkan liburan mereka. Seperti yang telah di rencanakan mereka akan pergi ke Nusa Penida. Mereka menyewa satu speed boat dan lima jetski.

"Bunda kapalnya ngebut, Sania takut," kata Sania yang setia memeluk Bundanya.

"Harus berani dong Sania. Lihat tuh Tania aja berani di depan lagi dia sama Om Reiga sama Tante Lily," kata Freya.

"Tetep gak berani," kata Sania sambil menutup matanya dengan kedua tangannya yang mungil.

"Lihat itu Kak Zayn ikannya banyak!" Teriak Tania sambil tertawa.

"Tania mau ikan gak?" Tanya Zayn.

"Iya mau," jawab Tania sambil menganggukan kepalanya.

"Kita minta sama Om Reiga," bisik Zayn.

"Om Reiga aku mau ikan," kata Tania.

"Hah? Ikan? Gimana cara nangkepnya? Gak boleh ya nanti kita beli di sana," kata Reiga.

"Om Reiga kemarin udah janji loh bakal nurutin semua kemauan kita," ucap Kanaya.

"Kapan Om bilang gitu?" Tanya Reiga.

"Iya kemarin Om Reiga bilang gitu ke kita. Om kata Papa kita gak boleh ingkar janji," ucap Zayn sambil tertawa.

"Pinter banget kamu ya Zayn. Pingin Gue buang ke laut jadinya," kata Reiga sambil tersenyum.

"Gue buang Lo ke kandang hiu sebelum Lo ngelempar anak Gue," kata Bang Jay.

"Nanti ya Zayn, Tante langsung beliin ikan setelah sampai di Nusa Penida. Kalau di sini ikannya gak boleh di tangkep," kata Lily.

"Oke Tante," kata semuanya.

"Makasih ya Byy udah bantuin aku," kata Reiga dan mendapat sorakan dari teman-temannya.

"Sirik aja Lo semua sama Gue," kata Reiga lalu memeluk pinggang Lily.

"Jauhin dia Ly, nanti Lo menderita," kata Hao.

"Gak bisa Ho, Gue udah di lamar soalnya. Nanti Gue jadi janda lagi," kata Lily.

"Kapan lamarannya njirr? Perasaan baru kemarin tunangan," kata Nicholas.

"Ya kapan-kapan," jawab Reiga dan Lily bersamaan.

"Kalian berdua tetep mau di gendong sama Mama kalian selamanya?" Tanya Aira kepada Kanaya dan Sania.

"Sania takut Tante nanti nyemplung katanya," jawab Freya.

"Kenapa takut? Ayo sini Sania gendong sama Tante aja kasihan Mama kamu," kata Lily.

"Kanaya juga sini dong sama Om Reiga," kata Reiga.

Sania dan Kanaya akhirnya mendekat ke arah Reiga setelah lama di bujuk. Kini Mbak Andra dan Freya bisa sedikit bernapas lega.

"Enak banget jadi mereka," Kata Mbak Andra sambil melihat William dkk yang tehat seru mengendarai jetski.

"Iya, gak perlu susah-susah jaga suami sama anak," kata Alexa.

"Remaja zaman sekarang kebanyakan milih buat gak berkeluarga sih," kata Aira.

"Gak boleh ngomongin orang ibu-ibu," kata Hao.

Ibu-ibu itu hanya mendengus kesal.

Sementara itu William dkk sangat menikmati berkendara jetski. Karin dan Christ, Nayara dan William, Gisel dan Bastian, sedangkan Andrew dan Egi mengendarai jetski mereka sendiri-sendiri.

"William kita balapan ya sampe ke Nusa Penida. Yang kalah harus nurutin yang menang," kata Bastian sambil terus mengendarai jetski nya.

"Oke siapa takut," kata William.

"Yang lain juga ya, kita lomba cepet-cepetan sampe sana," kata Bastian dan diangguki semuanya.

Kelima remaja itu terlihat bersemangat untuk memenangkan perlombaan. Mereka menambah kecepatan laju jetski mereka.

"Bas kamu mau ngajak aku mati? Gila pelanin dong," kata Gisel sambil memeluk Bastian erat.

"Percaya sama aku, aku gak bakal buat kamu celaka," kata Bastian.

"Bas kamu gila ya?" Rengek Gisel.

"Udah kamu pegangan aja yang erat," ucap Bastian dan menambah kecepatan laju jetskinya.

"Wuuu bye-bye Bastian," kata Karin yang melesat begitu saja melewati Bastian dan Gisel. Bastian yang tak mau kalah pun menambah kecepatan jetskinya sehingga membuat Gisel menjerit.

"Bastian!!!! Kalau kamu mau mati gak usah ngajak-ngajak!!!" Teriak Gisel sambil tetap memeluk Bastian erat.

Nayara memeluk erat pinggang William dan meletakan dagunya di bahu William.

"Takut gak?" Tanya William dan tidak mengurangi kecepatan laju jetski nya.

"Nggak, pokoknya kamu harus menang jangan sampe mereka yang menang," kata Nayara.

"Kenapa?"

"Mereka kalau nyuruh nggak ada otak soalnya," jawab Nayara sehingga membuat William sedikit terkekeh. William langsung menambah laju jetskinya.

William berhasil melampaui Bastian, Christ, Andrew dan Egi. Kini posisi William yang paling depan.

"William sialan!" Gertak Egi dan menambah kecepatannya.

"Woii jangan ngebut-ngebut! Mau bikin adik Gue modar Lu?" Teriak Putra.

"Tenang aja Kak, Karin aman sama Gue," teriak Christ yang menyempatkan diri mendekati kapal Putra.

"Da Kakak Gue yang ganteng," kata Karin. Christ lalu menjauh dan melanjutkan perlombaan.

"Gue jadi pingin naik jetski kan gara-gara ngelihat anak-anak itu," kata Reiga.

"Kenapa gak naik aja tadi? Kan tujuan kita nyewa kapal ini supaya bisa bawa anak," kata Aira.

"Gue mager," kata Reiga lalu merebahkan dirinya di atas paha Lily. Anak-anak yang tadinya bermain bersamanya, kini sudah di handle oleh Nicholas dan Raya.

"Serah Lo deh Rei," ucap Aira pasrah.

"Nay!!! Gue pastiin bakal bikin Lo jadi pembantu Gue hari ini!!" Teriak Karin yang sangat bersemangat.

"Gak akan Gue biarin Lo jadiin Nayara Gue pembantu Lo. Lihat aja," kata William.

Nayara makin mengeratkan pelukannya di pinggang William dan menutup matanya untuk merasakan semillir angin yang menerpa wajahnya.