Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 113 - Bab 112

Chapter 113 - Bab 112

Sepasang kekasih berjalan sambil menarik koper mereka. Setelah sekian lama akhirnya mereka bisa kembali ke kampung halaman mereka, yaitu Indonesia.

"Hmmm, nostalgia banget," ucap Gisel yang baru saja sampai di Indonesia setelah lebih dari lima tahun tinggal di Amerika.

"Iya bener banget. Kangen banget sama vibes Indonesia," ucap Bastian.

"Ehh itu dia Nayara sama William juga," ucap Gisel heboh lalu segera menghampiri Nayara.

"Nayara Gue kangen," kata Gisel lalu memeluk Nayara.

"Iya, Gue juga sama kangen banget sama Lo," ucap Nayara.

"Hai bro," ucap Bastian dan William lalu bertos.

"Kenapa gak Bunda atau Om Devian yang jemput kita Nay?" Tanya Bastian.

"Kata mereka, mereka tadi katanya mau nyiapin pesta sambutan sih buat kalian. Oh ya, jadinya Gue sama William yang bertugas jemput kalian," jawab Nayara.

"Ya udah ayo buruan pulang, gak sabar Gue ketemu Ayah," kata Gisel.

"Ehh tapi kata Tante Renata jangan buru-buru pulang. Dia mau surprise soalnya," ucap Williaam.

"Terus kita mau ngapain dong kalau gitu?" Tanya Gisel.

"Nah, kamu belum pernah dateng ke restoran mie ayam tempat kita perpisahan kan? Gimana kalau kita kesana aja?" Usul William.

"Boleh deh. Ayo kita kesana," kata Gisel semangat.

"Gimana selama di Amerika? Betah gak?" Tanya William sambil menoleh sedikit ke arah Gisel yang duduk di belakang bersama Nayara.

"Lumayan betah sih, tapi ya kadang ngalamin homesick juga sih," jawab Gisel.

"Will percaya sama Gue, Lo bakalan betah banget sih di Amerika. Banyak cewek bohai njir," ucap Bastian dan mendapat jitakan dari belakang dari Gisel.

"Kamu tuh seneng banget kalau lihat yang begituan. Kamu gak ngehargain perasaan aku!" Teriak Gisel.

"Emang mau dihargain berapa neng?" Tanya Bastian yang sebenarnya hanya ingin mengerjai Gisel.

"Bastian sumpah ya Lo ngeselin banget jadi orang!" Teriak Gisel yang makin kesal.

"Nggak sayang bercanda. Emang kamu pernah ngelihat aku jelalatan sama cewek lain? Belum aja jelalatan udah kamu tendang pantat aku," ucap Bastian.

"Ihh Bastian, aku gak kaya gitu yah," kata Gisel lalu melipat tangannya dan menutup matanya.

Nayara dan William yang hubungannya aman tentram hanya tersenyum ke arah satu sama lain.

Akhirnya mereka pun sampai di restoran yang di maksud William.

"Tunggu ya makanannya masih di buat," kata William setelah datang dari kasir.

"Kita belum mesen loh Will," kata Gisel.

"Udah aku yang mesenin. Karena hari ini kamu akhirnya balik lagi ke Indonesia, aku beliin kamu semua menu yang ada di sini," kata William.

"Nayara gapapa kan pacar Lo baik ke Gue?" Tanya Gisel dengan wajah melas ke arah Nayara.

"Gue marah," kata Nayara dengan wajah datarnya.

"Nay tadi Gue cuma…"

"Gue cuma bercanda. Ini juga rencana Gue buat beliin Lo semua menu yang di jual di sini," kata Nayara dengan senyuman.

"Ya ampun ternyata cuma prank. Gue takut banget ngelihat poker face dari Lo," kata Gisel lalu memeluk Nayara.

Makanan mereka pun telah datang.

"Mmm beneran enak-enak semua loh ini makanannya. Apalagi mie ayam yang jadi makanan utamanya," ucap Gisel.

"Kalau di Amerika kebanyakan hambar makanannya. Bahkan burger gak seenak di Indonesia," kata Bastian.

"Bener banget astaga, tapi ada sih beberapa stand yang jual burger rasanya kaya di Indonesia. Kadang juga Gue minta Ayah buat ngirimin Gue bahan-bahan buat masak makanan Indonesia," kata Gisel yang sangat lahap memakan makanannya.

"Ehh btw Lo masih kontakan gak sama temen SMA?" Tanya Bastian.

"Udah jarang, palingan cuma ketemu buat reunian sebentar," kata Nayara.

"Sama Jesse sama Sandrina malah kita jadi makin deket," kata William.

"Hah? Kok bisa sih?" Tanya Gisel kaget.

"Anaknya Kak Jason sama Nia Twins sama-sama dititipin di tempat penitipan anak yang sama," jawab Nayara.

"Jadinya kita sering ketemu sama ngobrol. Bahkan kadang-kadang udah kaya dua orang tua yang reunian sama anak mereka," kata William.

"Ihh jadi kangen deh sama Nia Twins. Gue pingin cepet ketemu jadinya sama ponakan-ponakan Gue," kata Bastian.

"Udahan kan makannya? Kita pulang yah," kata Nayara.

Sesampainya di rumah, Bastian dan Gisel di kagetkan oleh mobil ambulance yang terparkir di depan rumahnya. Dengan cepat Bastian berlari masuk ke dalam rumahnya, diikuti Gisel, Nayara dan William.

"Bunda…" Freya menangis di sebelah Renata yang tergeletak lemah di atas brankar.

"Bunda!!! Kak Bunda kenapa?" Tanya Bastian panik.

"Bunda… Bunda… jatuh dari lantai atas Bas," ucap Freya sambil menangis.

"Kok bisa? Bunda, buruan bawa ke rumah sakit dong," teriak Bastian.

"Papa mana?" Tanyanya lagi.

Duarrr..

"Surprise!!!" Teriak Renata sambil melontarkan konfeti.

"Apa-apaan ini?"

"Surprise, panik ya?" Tanya Renata yang tak bisa berhenti tertawa melihat Bastian yang sudah menangis.

"Bun, jangan nge prank kaya gini lagi. Bastian panik," ucap Bastian sambil memeluk Renata.

"Iya maafin Bunda ya sayang," kata Renata.

"Gak seru banget Bunda kalau kaya gini. Udah ah," Bastian lalu naik ke kamarnya.

"Yah Bas kok Lu ngambek sih? Gak seru Lo," teriak Nathan yang ikut merencanakan prank itu.

"Ini prank atau beneran sih? Bentar-bentar Gisel masih bingung," ucap Gisel dengan wajah bingungnya.

"Ini surprise sayang, yakali Tante mati beneran," ucap Renata lalu menyusul Bastian ke dalam kamarnya.

"Gisel gak usah di pikirin astaga, ini cuma prank. Ayo duduk dulu sambil nunggu Bunda bujuk Bastian," kata Freya yang masih sedikit tertawa.

"Nia Twins mana kak?" Tanya Gisel.

"Dia masih di playground, jam empat sore baru pulang," jawab Freya.

"Ehh, Lo berdua minta tolong jemput anak-anak Gue lagi yah. Habis ini Gue sama Freya mau rapat soalnya," kata Nathan.

"Rapat apa Nath?" Tanya Freya.

"Rapat rencana bikin adik buat Nia Twins," jawab Nathan blak-blakan.

"Ish!" Freya memukul pelan bahu suaminya.

"Umur mereka sekarang udah berapa Kak?"

"Udah enam tahun, tahun depan masuk SD," jawab Freya.

"Ya ampun udah gede yah mereka ternyata. Entar boleh gak biar Gisel sama Bastian aja yang jemput Kak?" Tanya Gisel.

"Kamu istirahat dulu, baru aja nyampe dari perjalanan jauh. Lain kali aja," ucap Devian yang juga ada di sana.

"Ya udah deh kalau gitu," pasrah Gisel.

"Bas, Bunda kan cuma bercanda. Kok sampe marah gitu? Malu loh sama orang di luar," kata Renata.

"Bastian panik Bunda, kalau itu beneran terjadi ke Bunda gimana?"

"Yaudah sih itu kan cuma prank. Bunda minta maaf yah? Ayo sekarang turun ke bawah. Kasihan yang lain pada nungguin tuh," kata Renata berusaha membujuk Bastian.

"Iya deh, Bastian mau ganti baju dulu kalau gitu," ucap Bastian.

"Iya, Bunda tunggu di bawah yah," Renata lalu keluar dari kamar Bastian.

"Masih marah dia Bun?" Tanya Arya.

"Udah nggak, masih ganti baju katanya. Ayo makan duluan aja," kata Renata.

"Yah Tante, Gisel baru aja abis makan nih sama William sama Nayara. Sama Bastian juga tadi sebelum kesini," ucap Gisel.

"Ya makan lagi aja."

"Nayara juga gak makan deh Tante, masih kenyang. Ini juga udah jam setengah tiga. Mau jemput cucu tante dulu," kata Nayara.

"Lah iya buruan ya Nay. Kelupaan sama cucu Gue," kata Renata.

"Titip ya Nay, Will," teriak Freya yang sedang makan.

"Iya Kak," ucap William lalu pergi dari sana.

"Kalian kenapa selalu ngerepotin Nayara? Kan bisa aja nyari supir buat Tania sama Sania," tanya Arya.

"Maunya sih gitu, tapi Papanya gak mau," kata Freya.

"Kenapa gak mau Nath?" Tanya Arya lagi.

"Mahal, mending nyuruh Nayara aja gratis. Paling-paling cuma minta uang bensin sama uang jajan sekali-sekali," jawab Nathan santai.

"Bunda jadi gak enak sama Nayara loh. Kalian kalau ada apa-apa selalu minta bantuan mereka. Mereka masih kecil juga," ucap Renata sambil memakan makanannya.

"Bun, tenang aja. Nayara kalau gak bisa ya nolak. Kalau ada waktu luang ya di bantu. Itu kan gunanya adik," kata Nathan.

"Besok-besok kalau ada apa-apa minta tolong Bunda atau Papa aja yah Fey. Bunda gak mau nanti malah ganggu Nayara sama William."

"Iya deh Bun."

"Bunda masak apa?" Tanya Bastian yang baru saja selesai mengganti bajunya.

"Masak nasi kuning dan kawan-kawan," jawab Renata lalu mengambilkan piring untuk Bastian.

"Nayara mana Bun?"

"Masih jemput ponakan kamu."

"Sayang kok nggak makan?" Tanya Bastian.

"Kan tadi udah makan banyak," jawab Gisel.

Bastian hanya menganggukan kepalanya dan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Mmm seperti biasa nasi kuning buatan Bunda enak banget," kata Bastian.

"Iya dong, kan resepnya turun-temurun dari nenek kamu," kata Renata.

"Habis makan kita langsung pulang yah Re," kata Devian.

"Loh kok cepet amat sih Om pulangnya?" Tanya Bastian.

"Om juga butuh waktu kali sama anak Om. Kamu kan udah enam tahun di Amerika sama Gisel. Om udah lama gak ngabisin waktu berdua sama princes Om yang satu ini," kata Devian sambil mengacak rambut Gisel.

"Gisel bukan anak kecil lagi Ayah," kata Gisel dengan wajah cemberutnya dan sambil merapikan rambutnya.

"Emang kamu udah umur berapa sih?"

"Dua puluh tiga tahun."

"Mau setua apa pun Gisel nanti, Gisel tetep jadi putri kecil Ayah," kata Devian.

"Makasih Ayah," kata Gisel lalu tersenyum ke arah Ayahnya.

"Kebucinan Ayah dan Putrinya," kata Freya.

"Nathan juga gitu kan?" Tanya Devian.

"Iya lah Om, dia kalau pagi gak ngelihat anaknya berangkat ke playground dulu, gak tenang dia seharian," kata Freya.

"Ya semua ayah pasti bakal kaya gitu lah, Nathan apalagi. Kelihatan sih dia tuh malu-malu kucing," kata Devian.

Setelah selesai makan, seperti yang Devian bilang tadi. Dia akan pulang bersama Gisel.

William dan Nayara menunggu ponakan mereka di depan pintu gerbang playground. Karena orang tua dan wali tidak di izinkan masuk sebelum anak-anak selesai melakukan kegiatan mereka.

"Nayara!" Teriak Sandrina.

"Sayang ayo kesana kita duduk," kata Willam lalu di turuti Nayara.

"Makan dulu gih, sambil nunggu," ucap Sandrina.

"Nggak, Gue udah makan tadi," ucap Nayara.

"Bastian sama Gisel udah balik yah? Tadi Gue lihat di igs nya Nayara," tanya Jesse.

"Iya baru aja tadi pagi nyampenya," jawab William sambil meminum es kopi yang ia beli tadi.

Sekian lama mereka ber-empat mengobrol ringan, akhirnya para anak-anak sudah keluar dari playground.

"Sonia sini," teriak Jesse. Sonia merupakan anak dari Jason dan Putri.

"Om Jesse," teriak Sonia lalu memeluk Jesse erat.

"Salim dulu sama Tante Nayara sama Om William ayo," kata Jesse.

"Anak pinter," kata William saat Sonia mencium telapak tangannya.

"Tante, tadi Tania jatuh di dorong sama temennya," ucap Sonia kepada Nayara.

"Hah? Kok bisa sih? Tania nangis gak?" Tanya Nayara lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan Sonia.

"Nggak, Tania bilang gapapa soalnya temennya gak sengaja," kata Sonia.

"Makasih ya udah ngasih tahu," kata Nayara lalu mengelus kepala Sonia.

"Ya udah kita duluan yah Nay, Will," kata Sandrina lalu masuk ke dalam mobil bersama Jesse dan Sonia.

"Tante Om!" Teriak si kembar di depan pintu gerbang playground.

"Tunggu di sana Om jemput," kata William lalu menghampiri Nia Twins.

"Gimana hari-harinya? Happy gak?" Tanya William seperti biasa.

"Happy banget, tapi tadi Tania jat-" belum sempat Sania menyelesaikan omongannya, mulutnya langsung di tutup oleh Tania.

"Ssssttt!!" Perintah Tania.

"Aduh gak usah gitu skaj huwaaa…" Sania akhirnya menangis karena ulah Tania.

"Eh eh kok Sania nangis? Tadi janjinya apa hayo sama Miss? Janji Sania gak boleh nangis kan? Ayo sekarang Tania sama Sania maafan dulu," kata pengurus playground.

"Maafin aku yah Sania. Makanya kamu jadi orang jangan ember!" ucap Tania.

Nayara dan William hanya bisa tertawa kecil sambil memerhatikan tingkah kedua ponakannya itu.

"Iya aku juga minta maaf. Kamu jangan kasar jadi orang," ucap Sania yang masih setengah menangis.

"Nah udah ya gak boleh berantem. Kasihan Om sama Tantenya tuh."

"Mereka sering berantem ya Miss?" Tanya Nayara.

"Nggak kok, nggak jarang maksud saya," ucap pengurus playground sambil tersenyum terpaksa.

"Ya ampun kalian sering berantem yah? Tante bilangin Bunda sama Papa kalian mau?" Tania dan Sania pun menggeleng.

"Makanya jangan berantem dan bikin Miss nya pusing. Pamit dulu, kita pulang sekarang," kata Nayara.

"Goodbye Miss, see you," kata Tania dan Sania yang masih sesenggukan.

"Sania Sania," ucap pengurus playground sambil menggelengkan kepalanya dan sedikit terkekeh.

"Kami permisi dulu Miss," ucap Nayara dan diangguki oleh pengurus playground itu.

"Om Sania bilang, Sania mau makan es krim," ucap Tania yang duduk di belakang.

"Sania atau kamu yang mau?" Tanya William.

"Sania, tadi dia bisik-bisik," ucap Tania dengan cengirannya.

"Jujur loh, kalau Tania bohong Om gak mau beliin es krim."

"Beneran Om tadi Sania yang minta, yakan?"

"Iya Om Sania mau es krim," ucap Sania.

William tahu jika Tania sedang berbohong dan Sania membantu Tania untuk menutupi kebohongannya. William lalu memberhentikan mobilnya di sebuah swalayan.

Mereka ber-empat sudah seperti keluarga cemara. Sania naik di troli yang di dorong oleh William. Sementara Tania ingin berjalan dan membantu Nayara.

"Tania beneran gak capek jalan?" Tanya William.

"Tania kan kuat gak kaya Sania," jawab Tania.

"Tania gak boleh gitu," kata Nayara.

Setelah mereka selesai berbelanja, mereka lalu kembali ke mobil dan langsung pulang.