Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 91 - Bab 90

Chapter 91 - Bab 90

"Kemana aja baru pulang kamu?" tanya Mbak Andra sambil menggendong Zayn yang terbangun dimalam hari.

"Bisa gak sih kamu tuh sehari aja gak marah? Baru pulang dimarahin kamu, belum lagi masalah di bengkel. Ngertiin sekali aja bisa gak sih?" teriak Bang Jay.

"Ayy! Gak usah teriak nanti Kanaya bangun, aku udah capek nidurin dia."

"Terus, kamu kira aku gak capek gitu seharian ini? Kamu enak cuma di rumah ngurus anak bisa istirahat!"

"Bisa istirahat kamu bilang? Coba kapan aku istirahat? Beberes rumah, jagain anak, masak, nyuci baju. Itu kamu bilang bisa istirahat? Temen-temen aku semuanya pada kumpul arisan cuma aku doang yang gak bisa ikut tahu gak?" kini Mbak Andra mulai menangis.

Bang Jay megambil alih Zayn dan membawanya ke kamar bersamanya. Mbak Andra terduduk disofa ruang tamu rumahnya dan menangis sejadi-jadinya. Bukan maksud ingin memarahi suaminya, hanya saja tadi Mbak Andra ingin bertanya baik-baik, mungkin Bang Jay yang salah paham dengan intonasi Mbak Andra. Bang Jay langsung membersihkan dirinya setelah menaruh Zayn diatas kasurnya. Merasa lelah akhirnya Bang Jay tertidur disebelah Kanaya.

Mbak Andra yang walaupun kesal, masih menunggu suaminya untuk makan. Setelah lama menunggu Mbak Andra akhirnya memutuskan untuk mencari suaminya. Mbak Andra kembali tersentuh saat melihat Bang Jay yang tertidur sambil memeluk Kanaya. Walapun mereka bertengkar, tapi Bang Jay tetap perhatian kepada anak mereka.

Mbak Andra lalu duduk disebelah tempat tidur dan mengelus lembut kepala Bang Jay. Bang Jay yang sebenarnya tidak tidur mengambil tangan Mbak Andra dan menciumnya.

"Maaf, aku capek banget hari ini, harusnya aku gak bilang gitu ke kamu, " kata Bang Jay.

"Ayo makan malem dulu, kamu belum makan 'kan?"

"Nggak usah, tadi aku udah makan sama anak-anak di rumah sakit."

"Owh yaudah, lanjut tidur aja kamu. Aku mau beresin meja makan dulu," kata Mbak Andra.

Mbak Andra dengan perasaan yang kecewa memasukkan semua masakan yang sudah Ia masak untuk suaminya. Niatnya Ia akan makan malam agar dapat berbicara baik-baik dengan Bang Jay tentang masalah rumah tangganya akhir-akhir ini.

"Padahal ini makanan kesukaanmu loh Ayy, kamu bahkan gak mau lihat dulu aku masak apa hari ini. Ya udah terlanjur kamu makan sama anak-anak." gumam Mbak Andra.

"Masak apa emangnya Ayy?" tiba-tiba Bang Jay bangun sehingga mengagetkan Mbak Andra.

"Astaga Ayy ngagetin aja kamu ini! Katanya tadi udah makan sama yang lain, gak usah di paksain nanti perut kamu sakit."

"Gak banyak tadi aku makan, lagi laper banget. Ayo makan bareng," ujar Bang Jay lalu duduk dimeja makan.

"Yakin Ayy? Gapapa besok pagi aja makannya nanti kamu sakit perut lagi. Bobok sana lagi," kata Mbak Andra.

Karena tatapan memohon dari Bang Jay, akhirnya Mbak Andra kembali menyajikan masakannya diatas meja. Mbak Andra menuangkan satu sendok nasi putih dan beberapa lauk di piring Bang Jay dan juga miliknya.

"Gimana Ayy makanannya enak gak?"

"O jelas kan istri aku yang cantik ini yang masak," jawab Bang Jay sambil tersenyum manis.

"Bagus deh kamu suka, besok kamu mau makan apa buat sarapan?" tanya Mbak Andra.

"Apa aja yang simple," jawab Bang Jay.

Setelah beberapa lama mereka makan malam sambil mengobrol santai, kini mereka memutuskan untuk membersihkan diri sebelum tidur.

"Ayy tolong bukain odolnya." pinta Mbak Andra.

Dengan sigap Bang Jay membukakan odol untuk Mbak Andra.

Mereka lalu tidur sambil berpelukan di kamar tidur mereka. Harusnya mereka tidak perlu meributkan hal yang tidak penting. Atau mungkin karena keduanya sama-sama lelah menjalani kehidupan sehari-hari mereka.

"I love you Ayy," kata Bang Jay dan mencium kening Mbak Andra. Mereka lalu terlelap dengan posisi saling berpelukan satu sama lain.

****

"Siapa yang nemenin Alex, Nath?" Tanya Freya yang sedang duduk santai.

"Kamu tuh harusnya suaminya pulang tanyain udah makan belum, baru dateng dari mana, gak perhatian banget jadi istri," ujar Nathan sambil merebahkan diri diatas sofa.

"Kan tadi sebelum pergi udah bilang mau ke rumah sakit, otomatis aku udah tahu dong kamu dari mana. Terus tadi juga kamu sebelum pulang udah nelpon aku bilang mau pulang," jawab Freya.

"Gak perhatian uuuu," kesal Nathan.

"Yaudah suami aku yang ganteng ini udah makan belum? Kalo belum mau makan apa?" Kata Freya.

"Mau makan kamu boleh gak sih? Gemes banget sini peluk," Nathan lalu memeluk Freya.

"Kamu tahu gak kalau Bang Jay sama Mbak Andra berantem terus akhir-akhir ini? Aku takut kalo hubungan kita lama-lama jadi kaya mereka," ujar Nathan.

"Gak, emang iya? Paling berantemnya bentaran abis itu baikan lagi."

"Nanti kalo kita berantem kamu jangan pergi dari rumah ya, biar aku aja yang pergi."

"Lah kok gitu? Kenapa aku nggak boleh pergi?"

"Ya nanti anak-anak aku kamu bawa, kalau kamu gak punya tempat tinggal gimana? Masak kamu mau ajak anak aku tidur dikolong jembatan sih? Kan nggak banget," ucap Nathan.

"Owh berarti kamu aja gitu yang tinggal dikolong jembatan demi anak-anak? Boleh kok dengan senang hati malahan. Mau sekarang pindahnya?"

"Ya nggak lah sayang kan pas berantem gitu, tapi semoga aja gak terjadi hal kaya gitu di kehidupan rumah tangga kita," kata Nathan.

"Aku bakal berusaha jaga rumah tangga kita, sama kamu juga. Aku gak akan ngebiarin anak aku menderita di masadepan. Dan kamu udah jadi papa yang baik kok sayang, nggak usah khawatir," ucap Freya lembut."

"Ya aku juga tahu kalo aku udah jadi papa sama daddy yang baik," ucap Nathan dengan sombong.

"Nyesel Gue muji Lo Nath sumpah." kata Freya lalu kembali ke kamarnya.

"Sayang kok aku ditinggal? Ihh astaga sayang!" teriak Nathan lalu mengikuti Freya kembali ke kamarnya.

"Katanya mau tinggal di kolong jembatan yaudah sana. Kok masuk kesini?" goda Freya.

"Gak gitu sayang maksudnya, aku masih mau sama kamu."

"Kan tadi kamu bilang yaudah sana aku izinin."

"Sayang jahat banget sama aku," kata Nathan lalu menenggelamkan wajahnya didada istrinya.

"Sayang aku kangen Raya telpon boleh gak ya?" tanya Freya lalu mencari kontak Raya diponselnya.

"Lah baru aja diomongin udah nelphone anaknya," Freya lalu mengangkat telpon dari Raya.

"Ibu muda haii!!!" teriak Raya semangat.

"Hai juga aunty muda, gimana kabar Lo?" tanya Freya.

"Gue baik-baik aja di sini, kalo Lo sama yang lainnya gimana?"

"Kita semua aman tenang aja."

"Sayang coba tanya Niko mana?" kata Nathan berbisik.

"Ray kata Nathan Nicholas mana?"

"Lagi ngerjain project dia, gabisa diganggu. Mau bilang apa Lo sama Nicholas entar Gue sampein," kata Raya,

"Siapa itu Byy?" tiba-tiba saja Nicholas keluar dari ruangannya.

"Freya sama Nathan. Kamu ditanyain sama kembaran kamu nih," kata Raya lalu menyerahkan ponselnya kepada kekasihnya.

"Lo jadi pindah rumah Nath?" tanya Nicholas.

"Jadi lah, Nayara udah sama Lily. Tenang aja Gue juga tahu kali apa yang mesti dipersiapin."

"Terus ponakan Gue sehat semua kan? Udah Lo penuhin kan semua kebutuhannya?"

"Udah dong Gue kan bapaknya anjirr, gak usah bacot Lo jadi omnya!" omel Nathan.

"Ya siapa tahu kan Lo gak bisa menuhin kebutuhan ponakan Gue gitu."

"Kalo suami Gue gak bisa menuhin kebutuhan anak Gue emang Lo mau biayain Nik?" tanya Freya.

"Mau sini tapi nanti mereka jadi anak Gue sama Raya," kata Nicholas.

"Enak aja Lo! Gue yang ngidam parah sembilan bulan belum lagi ngelahirin sakit banget anjir!" omel Freya.

"Bercanda astaga Fey, emang segitu sakitnya?" tanya Raya.

"Kalau gak percaya tanya aja sama pak haji udin senin bin kamis," jawab Freya.

"Repot anjir harus ketemu sama pak haji," kata Raya sambil terkekeh.

"Mau lihat dong ponakan Gue Fey," kata Nicholas.

"Bucin amat Lo sama anak Gue," ucap Freya.

"Please lah Fey, Gue juga mau lihat. Kangen banget sama tuan putri," kata Raya.

"Gak bisa mereka tidur lain kali aja," tegas Nathan.

"Yah, awas aja nanti Gue punya anak sendiri kalian berdua gak boleh lihat!" kata Raya.

"Jangan nganu kalian belum sah!" teriak Freya dan Nathan bersamaan.

"Situ juga!" kata Raya.

"Byy kamu besok ada kelas pagi kan? Tidur gih jangan begadang. Gak usah ladenin suami istri gabut!" kata Nicholas.

"Gak gabut kok, abis ini kita mau melakukan kewajiban suami istri yakan sayang?" ujar Nathan.

"Bener, kita nelpon kan cuma nanya kabar doang," ejek Freya.

"Yaudah kita juga mau melakukan kewajiban kita, Gue tutup ya Fey?" kata Raya.

"Eh eh mau ngapain kalian? Gue bilangin mama ya Lo Nik!"

"Kewajiban belajar maksudnya Raya. Gak usah mikir yang nggak nggak kalian! Udah sana tidur Lo."

"Iya deh besok besok lagi ya bye-bye," Freya lalu menutup telponnya.

"Byy kamu tidur sama aku ya malem ini?" kata Raya sambil bergelayut manja dilengan sang kekasih.

"Gak bisa Byy, aku harus nyelesaiin project aku dulu," kata Nicholas sambil memeluk badan mungil Raya.

"Temenin sampai aku tidur sebentar aja ya? Udah lama loh kamu gak tidur sama aku," mohon Raya.

"Yaudah tapi langsung merem ya?" Raya pun menganggukan kepalanya. Nicholas menarus lengannya dibawah kepala Raya dan Raya memeluk Nicholas dari samping. Nicholas menepuk-nepuk kepala Raya perlahan hingga gadis itu terlelap. Nicholas lalu turun dari tempat tidur dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan kekasihnya.

Sebelum masuk ke ruangannya, terlebih dahulu Nicholas memasak beberapa makanan agar besok pagi Raya bisa sarapan. Setelah selesai, kini waktunya Nicholas untuk melanjutkan projectnya, yaitu membuat sebuah percobaan.

Nicholas terlihat sangat fokus mengerjakan percobaannya yang terbilang lumayan sulit. Dari dulu, Nicholas sangat tertarik dengan segala percobaan yang Ia baca lewat buku. Ia akan melakukan percobaan bersama dengan Nayara.

Sementara itu...

Nayara tiba-tiba saja teringat dengan Nicholas, Nayara lalu memutuskan untuk mengirimi Nicholas pesan. Begitu melihat pesan dari Nayara, Nicholas langsung menelpon adik perempuannya itu.

"Halo adik kakak yang paling cantik sedunia. Kok belum tidur Nay?" tanya Nicholas.

"Baru abis belajar, kakak ngapain belum tidur juga?"

"Lagi ngerjain project yang kemarin tinggal lagi dikit. Padahal baru aja kakak mikirin kamu eh kamu langsung nelpon."

"Pantes perasaan Naya gak enak dari tadi, ternyata kak Niko diem-diem mikirin Naya."

"Gimana rasanya tinggal sendiri? Tenang kan udah gak ada yang ganggu."

"Sepi, dulu kan Naya bilang gitu karena kesel sama Kak Nathan yang sering ganggu Naya. Lagian Naya gak beneran pingin kalian tinggal pisah sama Nayara. Maksudnya gak secepet ini, ngerti gak sih?"

"Iya ngerti, maafin kita berdua karena udah ninggalin kamu secepet ini," kata Nicholas.

Mendengar hal itu, Nayara hampir saja menangis karena perkataan kakaknya. Padahal belum sehari Nayara ditinggal oleh Nathan, tapi dia sudah rindu dengan kakak keduanya itu.

"Btw kak," panggil Nayara.

"Iya?"

"Naya jadian sama William," kata Nayara tanpa ragu.

"Apa? Kok bisa? kapan?" tanya Nicholas heboh.

"Tadi di rumah sakit hehe," jawab Nayara.

"Kamu emang beneran mau sama William atau cuma kasihan sama dia karena dia udah nunggu kamu dari lama?" tanya Nicholas.

"Harusnya Naya nerima dia dari dulu kak, tapi Naya kan bodoh. Semoga William gak ninggalin Naya, Naya sayang banget sama William," kata Nayara tanpa ada intonasi ragu sama sekali.

"Ya kalo kamu emang tulus gapapa aja, tapi kalau kamu main-main inget karma itu nyata loh Nay, jangan sampe karmanya balik ke kamu yah," jelas Nicholas.

"Iya kak, kak Naya matiin dulu yah. Mau tidur."

"Iya jangan lupa berdoa sebelum tidur."

Nicholas lalu menutup telponnya.

"Akhirnya kapal Gue berlayar," kata Nicholas dengan gembira.

Saat hendak memakai selimut, tiba-tiba saja pintu kamar Nayara terbuka dan ada seseorang yang ikut masuk kedalam selimut Nayara.

"Akkkhhh!!!!"

"Sayang tenang ini aku," ucap William dari dalam selimut Nayara.

"Kamu ternyata. Ngapain? Gimana caranya masuk?" tanya Nayara.

"Kamu gak perlu tahu intinya aku udah disini," kata William lalu memeluk pinggang Nayara.

"William bangun," pinta Nayara. Namun bukannya menurut, William malah makin mengeratkan pelukannya dipinggang Nayara.

"Gapapa sayang, aku cuma mau tidur sama kamu. Aku gak bakal apa-apain kamu. Kita tidur berdua ya?" kata William dan menuntun Nayara agar tidur dibawahnya.

"Hangat," ujar William.

Tanpa sadar Nayara mengelus kepala William dengan lembut. Nayara juga merasakan kehangatan yang sudah lama tidak Ia rasakan. Ia sangat bersyukur bisa dicintai oleh laki-laki sebaik William.

"Maafin aku, aku udah nyia-nyiain kamu dari dulu. Pasti capek 'kan nunggu aku buka hati buat kamu?" kata Nayara.

"Kan sekarang aku udah bisa milikin kamu, jadi kamu gak usah minta maaf. Mungkin kalau kamu buka hati kamu dari dulu, aku gak bakal terobsesi sama kamu. Dan pada akhirnya aku bakal nyakitin kamu," kata William.

"Btw kamu berat," kata Nayara yang sudah tak tahan menahan beban William.

"Maaf maaf, giliran aku yang meluk kamu boleh?" tanya William lalu mengubah posisi tidurnya.

"Nanti jam dua belas aku bakal balik gapapa kan? Atau kamu mau aku ngin-."

"Gak usah kamu pulang aja," jawab Nayara cepat.

"Ok-oke," jawab William pasrah.

"Besok aku jemput kamu jam enam pagi. Kalo kamu gak bisa bangun pagi, tenang aja aku bakal bangunin kamu."

"Will aku mau makan cakwe besok buat sarapan," gumam Nayara.

"Siap! Bakal aku bawain buat kamu."

Setelah tiga puluh menit berlalu, Nayara akhirnya terlelap. Sesuai dengan perkataannya William lalu meninggalkan rumah Nayara. Sebelum itu William sekali lagi memastikan jika Nayara sudah benar-benar sedang berada dialam mimpi.

"Sayang aku pergi sebentar yah, enam jam lagi kita ketemu kok," kata William lalu mencium kening Nayara.

William menutup pintu kamar Nayara dengan sangat hati-hati. William langsung menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah Nayara.

"Astaga telat!" Lily dengan cepat bangun dan segera membersihkan dirinya. Bagaimana bisa dia bangun telat, sedangkan Nayara akan bersekolah pagi ini.

"Aduh Lily kok bisa teledor gini sih? Harusnya bangun lebih awal."

Lily langsung menuju dapur dan sudah menemukan Nayara sedang makan sarapannya bersama dengan seorang pria.

"Nayara siapa dia?" tanya Lily sambil menunjuk ke arah William.

"Kenalin kak, dia William pacar Nayara. William kenalin dia Kak Lily tutor baru aku," kata Nayara.

"Maaf ya Nay kakak bangunnya kesiangan jadinya gak bisa masakin sarapan buat kamu," kata Lily.

"Gapapa Kak, aku udah beli cakwe buat sarapan. Kakak mau sarapan bareng?" tanya Nayara.

"Nggak deh Nay, kakak mau ke kampus sekarang gapapa kan?"

"Iya kak duluan aja, nanti Naya berangkat sama pacar Naya," ucap Nayara dan Lily segera berlari menuju halte bus agar tidak ketinggalan satu-satunya bus yang menuju kampusnya.

"Huh untung kekejar busnya," Lily lalu duduk disalah satu kursi yang berada dipaling belakang. Lily lalu memutar lagu yang Ia dengar melalui earphonenya.

Lily sangat menikmati pagi hari dimana dia duduk ditempat duduk yang sama setiap hari. Melihat jalanan yang dilaluinya sangat menenangkan baginya. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang duduk disebelahnya dengan tatapan kesalnya. Laki-laki itu lalu mengangkat telpon dari temannya sepertinya.

"Mobil Gue mogok anjir! Si Hao gak bisa jemput Gue soalnya dia lagi ada ulangan. Lo gak bisa jemput Gue gitu? Ah sialan Lo semua!"

Setelah menutup telphone, lelaki itu memasang wajah yang sangat menyeramkan. Aura badboy sangat jelas terpancar dari tubuhnya. Wangi maskulin dari tubuh laki-laki itu membuat Lily jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa sadar Lily menghirup aroma tubuh laki-laki itu terlalu dekat.

"Maaf Mbak, bisa jauhin dikit gak tubuh Mbaknya? Saya kepanasan," kata lelaki itu.

"Astaga maaf mas, saya gak sadar," kata Lily lalu menjauhkan tubuhnya dari lelaki tersebut.

Lily makin berkeringat dingin saat lelaki disampingnya membuka dua kancing atas kemejanya. Dada bidang lelaki itu membuat Lily meneguk salivanya. Hingga dia harus berpisah dengan lelaki itu saat lelaki itu sudah sampai ditujuannya.

"Gilak sih tuh orang ganteng amat. Titisan dewa kali ya?" kata Lily sambil geleng-geleng kepala.

"Tumben dateng barengan?" tanya Tiara saat William dan Nayara baru saja datang.

"Saya mencium bau-bau orang jadian nih hayo ngaku kalian berdua!" kata Rendi.

"Tahu aja Lo Rei haha," ucap William sambil tertawa.

"Akhirnya ya tuhan kedua manusia ini jadian juga setelah selama lebih dari satu setengah tahun teman saya menjadi jones," kata Rendi sambil mengadahkan tangannya.

"Kapan kalian jadian?" tanya Reihan.

"Kemarin siang," jawab William.

"Pj! Pj! Pj!" teriak ketiganya bersamaan.

"Waktu Lo jadian aja kagak ngasih pj nggak ada nggak ada." kata William.

"Ah soms amat Lo anjir." kata Tiara.

"Yaudah sebagai gantinya, nanti Gue main ke rumah Lo ya Nay. Gue penasaran sama cerita cinta kalian," kata Tiara.

"Jangan sayang, Kak Nathan kan punya bayi biar gak ganggu nanti kita," ucap Reihan.

"Gapapa kok, kakak Gue udah pindah kemarin. Jadi sekarang Gue tinggal sendiri." kata Nayara.

"Seriusan? Yaudah nanti pulang sekolah ya Nay," kata Tiara dan diangguki Nayara.

"Sayang kan tadi udah janji bakal jalan sama aku," rengek William.

"Jalannya abis mereka pulang."

"Astrid Lo mau ikut gak ke rumah Nayara? Wulan juga mau ikut," tanya Tiara.

"Gue gak bisa hari ini, Gue ada urusan. Gue duluan ya," kata Astrid lalu keluar dari kelasnya.

"Ayo Nay buruan ke rumah Lo. Penasaran banget Gue sama cerita kalian," kata Tiara.

Lalu mereka semua pun menuju rumah Nayara.

"Udah lama yah gak kesini, terakhir waktu Kak Freya baru abis melahirkan."

"Bukan, kita terakhir kali kesini itu pas tujuh belas agustusan kan?"

"Owh iya Gue lupa, asik banget sih itu pestanya. Kerasa banget persatuannya."

"Kalian duduk aja dulu, yang mau ganti baju dipojok sana ada kamar mandi pake aja. Gue mau ganti baju ke atas," kata Nayara lalu naik menuju kamarnya.

"Di mana Lo nembak Nayara Will?" tanya Rendi.

"DI rumah sakit," jawab William.

"Hah? Ngapain anjir? Emang gak ada tempat yang lebih romantis apa dari pada rumah sakit? Gila nih orang," kata Reihan.

"Gak gitu, kemarin gak sengaja aja kita jadiannya. Gue niatnya sih minggu depan nembak dia. Gatahu kenapa tiba- tiba kita malah jadian dirumah sakit," kata Willilam.

"Tapi Gue salut sih sama Lo karena Lo bener-bener rela nungguin Nayara selama dua tahun, kalau Gue jadi Lo sih ogah banget mending cari yang lain aja sih kalau Gue," kata Reihan.

"Owh jadi kamu lebih milih nyari yang baru dari pada merjuangin aku? Gapapa kok, aku juga lebih milih nyari yang baru dari pada nangisin kamu," kata Tiara yang kebetulan sudah selesai mengganti bajunya.

"Gak gitu sayang maksudnya tuh kalau aku jadi William, nah ini kan aku jadi Reihan bukan William. Lagian mana mungkin aku cari cewek lain di depanku kan udah ada bidadari cantik," kata Reihan.

"Iya deh percaya aja aku sama kamu," kata Tiara pasrah.

ting tong ting tong

"Bentar Gue lihat siapa yang dateng," kata William lalu melihat siapa yang datang ke rumah kekasihnya.

"William mana?" tanya Nayara.

"Lagi ke depan, dia gak bakalan ilang kok Nay tenang aja," ejek Rendi.

"Biasa kok Nay pas baru pacaran tuh gak bisa lepas dari satu sama lain. Kalo misalnya udah sering ketemu pasti udah gak saling peduli lagi," kata Tiara.

"Emang Reihan kaya gitu Tir? Dia udah ga peduli sama Lo lagi? Perlu Gue geprek gak kepalanya?" tanya Rendi.

"Coba aja kalau Lo berani. Gue pecahin kepala Lo!" teriak Tiara.

"Lebay Lo anjir segitu doang!"

"Sayang kamu mesen makanan yah?" tanya William dengan dua box pizza serta beberapa minuman dan camilan.

"Iya soalnya di rumah gak ada apa-apa aku belum sempet belanja soalnya," jawab Nayara.

"Pajak jadian," ucap Nayara dan membuat semua temannya tersenyum senang.

"Gini dong Will! Pacar Lo aja mau nraktir masak Lo nggak sih!" kata Rendi sambil melahap pizza nya.

"Wulan gajadi dateng Ren?" tanya Tiara.

"Gak katanya dia disuruh pulang cepet sama mamanya hari ini," jawab Rendi.

"Nay Lo tahu dimana rumah Astrid?" tanya Tiara.

"Deket sini sih katanya tapi Gue gak tahu yang mana," jawab Nayara.

"Owh, lain kali Gue pingin main kerumahnya Astrid, Gue pingin deket sama dia," kata Tiara.

"Tanya aja langsung sama orangnya, Gue yakin pasti diizinin lagian anaknya friendly gitu kok."

Selama teman-temannya mengobrol, hanya William yang terlihat gelisah sendiri.

"Sayang kemarin kayanya aku ninggalin buku catetan deh di tas kamu," kata William.

"Owh ya? Kok aku ga inget nyimpen buku kamu?" kata Nayara bingung.

"Ada ayo coba lihat dulu di tas kamu," ucap William lalu menarik tangan Nayara menuju kamarnya.

"Buku yang kaya gimana sih? Eh?"