Begitu sampai di kamar William langsung memeluk erat Nayara. Dia sudah tidak bisa menahan rindunya kepada kekasihnya.
"Kenapa Will?" tanya Nayara pelan.
"Aku kangen sayang serius, pingin peluk kamu."
"Kan dari tadi bareng terus, kok masih kangen?" tanya Nayara.
"Kangen berduaan sama kamu maksudnya. Aku udah gak tahan," ucap William tanpa melepaskan pelukannya di badan Nayara.
"Terus sekarang gimana? Masak aku harus ngusir mereka?"
"Tapi pingin sama kamu sayang."
tok tok tok
"Nay kita pamit dulu yah, soalnya jam lesnya dimajuin," kata Tiara didepan pintu kamar Nayara.
"Owh iya? Yaudah buruan sana! Eh hati-hati maksudnya," kata William yang terlihat lebih semangat dari yang tadi.
"Ya Gue mau pamit sama Nayara mana dia?" tanya Tiara.
"Gak usah ntar Gue aja yang bilangin."
William langsung mendorong semua temannya agar segera keluar dari rumahnya.
"William ngapa dah? Aneh bat," kata Reihan.
"Gak tahu ayo buruan nanti kita telat lesnya," kata Rendi lalu mereka bertiga pergi dari kediaman Nayara.
"Will, pintunya kenapa kekunci? William?" Saat Nayara sedang berada dikamar mandi William dengan sengaja mengunci Nayara agar Nayara tidak bisa keluar.
"Maaf sayang, aku gak mau kamu ngobrol sama mereka lebih lama lagi," kata William lalu membuka pintu kamar mandi Nayara.
"Terus mereka udah pulang?"
"Udah, barusan mereka pamit katanya mau les," jawab William. Nayara lalu mengangguk dan berjalan menuju ruang tamu.
"Makanannya belum dihabisin padahal, mereka beneran pergi bukan karena kamu ngusir mereka kan?" tanya Nayara sambil melahap pizza yang tadi sempat Ia beli.
"Ya nggak lah ngapain juga aku ngusir mereka. Beneran kalau nggak percaya tanya aja langsung sama mereka," jawab William lalu mengambil posisi nyaman dipaha Nayara.
"Hmm enak, mau?" tanya Nayara lalu menyuapi William pizza.
"Sayang kamu tahu gak perbedaan kamu sama kupu-kupu?"
"Nggak, emang apa?"
"Kalau kupu-kupu hinggap dibunga, kalau kamu hinggap di hatiku," kata William membuat Nayara tersenyum.
"Abis ini mau kemana?" tanya Nayara.
"Kamu mau kemana? Aku temenin."
"Pingin tidur aja sih, mager banget."
"Yaudah aku temenin."
"Yakin mau nemenin tidur? Aku kalau tidur lama loh."
"Selama kamu yang minta bakal aku lakuin, ayo taruh pizza nya," kata William lalu menuntut Nayara ke kamarnya.
"Kamu tidur kok gordennya ditutup semua? Kan jadi gelap," tanya William sambil menggenggam tangan Nayara.
"Ya biar gak silau lah," jawab Nayara.
"Lain kali kita date di rumah aku ya?"
"Malu ada tante Adele," kata Nayara lalu menyelipkan kepalanya di dada William.
"Ngapain malu? Kan Mama udah tahu kita pacaran," ujar William.
"Sayang? Udah tidur ternyata."
William membelai pelan rambut Nayara dan sesekali mengecup pucuk kepala Nayara, hingga akhirnya dirinya juga ikut terlelap.
****
"Kalian bertiga kenapa telat?" tanya guru les Reihan, Tiara, dan Rendi.
"Tadi macet bu," jawab Rendi.
"Alasan aja kalian! Kalau saya kasih tahu orang tua kalian gimana? Mau?"
"Yah Ibu mah gaseru, bawa-bawa orang tua. Kita kan sekali telatnya," kata Tiara.
"Kalian berdua memang gak pernah telat, tapi Rendi hampir setiap kali kita les telatnya! Ibu heran loh gimana sih caranya kamu masuk ke kelas unggulan?" kata Bu guru sambil geleng-geleng kepala.
"Yasudah duduk!"
Mereka bertiga akhirnya duduk dikursi masing-masing.
"Makanya jangan ngeluyur," ejek Wulan.
"Gue abis ke rumah Nayara anjir, terus lupa waktu," ujar Tiara.
"Gue tadi kerja kelompok disini makanya gak telat."
"Oh iya, Lo tahu kalau William sama Nayara udah jadian?"
"Oh iya? Baru tahu Gue, kapan jadian?"
"Kemarin katanya, ditembak di rumah sakit. Ppfftt!" jawab Rendi sambil cekikikan.
"Gak boleh gitu sayang, dari pada kamu nembak aku di sungai," ucap Wulan dan membuat Rendi menghentikan tawanya.
"Kan tetep romantis pake bunga."
"Yang nyariin bunga siapa yah?" tanya Tiara sambil mengibas-ngibaskan rambutnya.
"Kuntilanak yang suka teriak-teriak!" jawab Rendi sehingga membuat Tiara geram.
"Lo!"
"Yang dibelakang, awas aja ya Ibu denger suara kalian lagi sekali, Ibu laporin kalian ke orang tua kalian!"
"Sstt! Diem!" kata Tiara lalu fokus ke papan tulis.
"Makanya jangan ladenin Rendi, dia kan gila," kata Reihan.
Rendi hanya menahan kesalnya karena Ia tidak bisa melakukan apa-apa saat ini.
"Tunggu aja Gue bakal bales Lo!" Kata Rendi dalam hati.
"Abis ini langsung pulang kalian? Bastian sama Gisel ngajakin triple date nih," ucap Wulan.
"Gue disuruh pulang sama Mama, dari tadi main mulu Gue. Duluan yah," kata Tiara lalu keluar dari ruangan.
"Lo gak nganter Tiara Rei?" tanya Wulan.
"Dia udah dijemput sama supirnya, jadinya Gue ikut sama kalian aja yah?"
"Ganggu ae Lu! Gak usah!" teriak Rendi.
"Sombong banget sih! Awas aja ya Lo nyontek sama Gue!"
"Emang pernah? Sorry aja ya! Gak sudi Gue nyontek sama Lo!"
"Heh! Kalian berdua ini udah gede masak berantem kaya anak kecil sih! Kalau Lo mau ikut yaudah ayo, sayang kamu gak boleh gitu," ucap Wulan.
"Yes! Wulan baik, luv you!"
Cepak!
"Aduh! Sakit bego!" ringis Reihan yang pipinya ditampar oleh Rendi.
"Gue tikung pacar Lo mau? Jangan deket-deket dia sayang, dia orgil," kata Rendi lalu menarik tangan Wulan.
Mereka bertiga akhirnya pergi ke tempat yang sudah direncanakan setelah beberapa kali berdebat
"Gisel!!" teriak Wulan saat bertemu dengan Gisel di sebuah taman piknik.
"Wulan akhirnya Gue bisa main sama Lo. Tiara mana btw?" tanya Gisel sambil melihat ke sekeliling.
"Dia gak ikut, tapi Reihan ikut."
"Hai," sapa Reihan.
"Jadi nyamuk Lo Rei," ejek Bastian.
"Biarin, wle!"
"Yang jomblo gak usah ditemenin," kata Rendi dan merangkul Bastian.
"Anjir Lo! Gak setia kawan bat deh Lu berdua!"
"Yang jomblo diriin tenda," ucap Gisel.
"Bagus Baby!" teriak Bastian dan mengacungi Gisel jempol.
"Kok pake tenda? Emang nginep?" tanya Reihan yang sedang membangun tenda dibantu oleh Bastian dan juga Rendi.
"Nggak sih, tapi kayanya bakal hujan deh. Tuh lihat awannya gelap," kata Wulan sambil menunjuk ke langit.
"Tapi biarpun pakai tenda juga tetep aja kan bocor," ucap Rendi.
"Nggak sayang, kan ada terpal nanti diatasnya."
"Ribet juga ya padahal cuma beberapa jam doang."
Setelah selesai membangun tenda, hari sudah semakin sore. Kelimanya memutuskan untuk berdiam diri didalam tenda. Keadaan diluar pun juga hujan lebat.
"Beneran kata Wulan bakal hujan," ujar Bastian.
"Ah hujannya gak asik! Gak dapet foto-foto deh!" Kesal Gisel.
Duaarr!
"Aaaaa!!!"
Wulan dan Gisel seketika lompat ke pelukan kekasih mereka karena suara guntur yang menggelegar.
"Aahhh!! Huh, huh, huh."
Nayara yang tertidur juga terkejut dengan suara guntur yang sangat keras.
"Kenapa sayang?" tanya William lalu memeluk kekasihnya.
"Kaget ya? Tenang, aku disini kok."
William lalu mengelus rambut Nayara hingga gadis itu tenang.
"Bastian takut," rengek Gisel.
"Jangan ada yang main hp. Bahaya, diluar juga ada pohon besar," kata Reihan cemas.
"Rei! Air nya masuk tenda!" teriak Wulan saat menyadari air yang sudah mulai membanjiri tenda mereka.
"Gue coba keluar sebentar buat lihat situasi," kata Rendi lalu keluar dari tenda dan menggunakan jaket sebagai penutup kepalanya.
Terlihat, sudah ada beberapa orang yang mengungsi disebuah warung karena tenda mereka juga telah dibanjiri air sungai.
"Nak! Nak!" panggil seorang wanita paruh baya. Rendi pun menghampiri wanita tersebut.
"Sini berteduh, jangan mondar-mandir disana. Bahaya, nanti bisa ketiban pohon," kata Ibu itu dengan tatapan khawatir.
"Iya Bu, saya panggil temen-temen saya dulu," kata Rendi lalu berlari ke arah tenda.
"Woy, buruan ngungsi ke warung disitu," kata Rendi.
Semua teman-temannya satu persatu keluar dari tenda dan berlari ke arah warung.
Saat sudah hampir sampai, Wulan tak sengaja melihat seekor anjing yang terlihat kedinginan. Tanpa memperhatikan sekitar Wulan berlari menjemput anjing itu.
"Anjing, kamu kedinginan yah? Aku bantu kamu biar kita bisa sama-sama neduh," kata Wulan lalu melepaskan ikatan anjing itu.
Rendi dari tadi berteriak memanggil Wulan dan khawatir dengan kekasihnya.
Duarr!! Kretek... pugh!
"Sayang awas!"
Pohon yang berada diatas Wulan tersambar petir, sehingga membuat kayu pohon yang lumayan besar jatuh.
"Wulan!"
Teman-temannya berlari kearah Wulan. Sementara Rendi sudah tidak bisa berdiri lagi. Kakinya terasa lemas, Rendi berlari ke arah Wulan dengan berlari gontai.
"Sayang..," lirih Rendi.
"Iya sayang?" Wulan langsung muncul dari belakang kayu yang jatuh.
Tanpa basa basi Rendi langsung memeluk kekasihnya dengan erat.
"Sayang kenapa sih?" tanya Wulan sambil memeluk kekasihnya.
"Aku kira kamu ketiban kayu besar, aku takut," kata Rendi lemah.
"Berterima kasih banget sama anjing lucunya. Dia langsung narik tali yang aku pegang, abis itu malah kayunya roboh."
"Iya, makasih juga ke tuhan karena masih ngizinin kamu sama aku."
"Wulan syukur Lo gak kenapa-kenapa! Panik banget Gue!" kata Gisel lalu memeluk Wulan.
"Kaget sih tadi pas kayunya tiba-tiba jatuh, padahal dikit lagi Gue jadi manusia geprek," canda Wulan.
"Sekarang mending kita pulang, karena cuacanya udah parah juga. Biar gak terjadi sesuatu yang lebih dari ini," kata Bastian.
"Sebelum itu kita harus rapiin tenda sama peralatan yang lainnya. Biar yang cowo aja yang beresin, kalian berdua tunggu disana," kata Rendi.
"Sayang tenang dong, aku kan udah gak kenapa-napa," kata Wulan yang sedang berusaha menenangkan kekasihnya.
Dari tadi Rendi masih gemetar sambil memegang tangan Wulan. Andai saja benar jika kayu tadi sampai mengenai Wulan, dia tidak akan sanggup menjalani kehidupannya lagi.
"Aku takut sayang, please don't leave me," ucap Rendi sambil mengeratkan genggamnnya.
Reihan dan Wulan saling menatap satu sama lain. Reihan tahu banyak mengenai masa lalu Rendi. Reihan juga merupakan sahabat Rendi dari kecil. Dan Reihan juga tahu jika Rendi merupakan anak broken home.
"Sayang jaga diri kamu ya, aku bakal telphone kamu kalau aku udah selesai bersihin badan. Rei, Gue titip pacar Gue yah," kata Wulan dan tak lupa mencium kening Rendi.
"Serahin aja ke kita, kalau ada apa-apa Lo boleh hubungin salah satu dari kita, okey?" tanya Gisel.
"Pasti, Gue masuk yah. kalian hati-hati pulangnya," kata Wulan lalu masuk kedalam rumahnya.
"Ren, tenang. Lo lihat sendiri kan tadi Wulan gapapa? Gak perlu takut, gak akan ada yang ninggalin Lo mulai saat ini. Ada Gue juga kan yang selama ini ada disisi Lo?" kata Reihan berusaha menenangkan sahabatnya.
"Thanks Rei," kata Rendi lalu memeluk Reihan.
****
"Ahh hujannya bikin kesel aja! Gimana caranya Gue pulang anjir?" gumam Lily.
Hari sudah semakin gelap, namun Lily masih belum pulang dari kampusnya karena hujan dan karena lupa membawa payung.
Biip! Biip!
Di depan tempat Lily berdiri, ada orang yang membunyikan klakson mobil. Pada saat orang itu menurunkan jendela mobilnya, Lily sedikit lega karena itu adalah Nathan dan juga Freya.
"Woy Ly! Buruan naik, Gue anter Lo pulang," kata Nathan.
"Oh iya makasih," kata Lily lalu segera naik ke mobil Nathan.
"Loh? Dia kan cowok ganteng yang tadi pagi?" kata Lily dalam hati.
Orang yang dimaksud Lily adalah Reiga.
"Kok bisa ada di mobil mas Nathan?" tanya Lily dalam hati.
"Ngapain Lo ngelihatin Reiga sampe segitunya, Ly?" tanya Nathan.
"Hah? Nggak kok nggak ada hehe," kata Lily gugup.
Tentu saja Lily gugup, dia kepergok sedang mengamati Reiga oleh Nathan.
"Gimana adik Gue? Ngerepotin nggak?"
"Nggak kok, malahan saya yang sering ngerepotin dia."
"William sering main ke rumah ya Ly?"
"William? Owh pacar Nayara? Tadi pagi ke rumah, buat jemput Nayara."
"Bucin amat si William," ucap Reiga.
"Owh ya Mbak Freya, Tania sama Sania dimana?"
"Aku titipin di rumah Bunda sebentar, aku tadi abis kuliah soalnya," jawab Freya.
"Nyokap Lo emang gak kerja?" tanya Reiga.
"Dapet shift malem Bunda Gue."
"Sayang, kayanya kita harus jemput Tania sama Sania dulu deh."
"Kenapa emangnya?"
"Aku kangen hehe," kata Freya sambil menunjukan deretan giginya.
"Ibu muda gini amat, padahal perasaan baru tadi pagi deh pisah," kata Reiga.
"Lo belum tahu aja rasanya ditinggal anak sebentar gimana rasanya. Makanya buruan nikah biar cepet ngerasain gimana rasanya punya bayi," kata Freya.
"Gue gak ketemu cewek Gue seharian biasa aja tuh," ucap Reiga sambil membuang mukanya.
"Iyain deh biar cepet!" kata Nathan.
"Btw Lo satu fakultas kan sama Lily?"
"Oh ya? Kok Gue gak pernah lihat Lo di kelas?" tanya Reiga.
"Masnya gak nyadar kali, saya aja inget muka mas," kata Lily.
Dia baru ingat jika dia dan Reiga berada di fakultas yang sama.
"Owh iya? Kok Gue gak nyadar ya? Bodo lah. Btw kenalin Gue Reiga, Gue juga tinggal di perumahan Lo," kata Reiga sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Lily, salam kenal Mas," kata Lily dan menerima uluran tangan Reiga.
"Panggilnya Reiga aja biar nyaman," kata Reiga dan diangguki Lily.
"Gas teros Rei! Jangan sampe kendor!" kata Nathan yang menyimak obrolan keduanya dari tadi.
"Diem Lo berdua!"
"Will, kamu gak pulang? Udah sore loh," tanya Nayara.
William sedang merebahkan dirinya diatas perut Nayara. Ia tidak ingin meninggalkan gadisnya untuk saat ini. William hanya ingin berdua bersama Nayara selamanya, apapun yang terjadi.
"Will, Kak Nathan bilang mau mampir. Cepet pulang Will," kata Nayara agar William segera pulang.
"Yah, yaudah kalau gitu aku pamit pulang dulu yah. Nanti sleepcallan okay?" kata William dan diangguki cepat oleh Nayara.
"Sebenernya kamu tuh gak perlu seposesif itu ke aku. Tapi gapapa lah, itukan emang sifat kamu." ujar Nayara saat William menutup pintu kamarnya.
Setelah itu Nayara memutuskan untuk membersihkan dirinya dan membersihkan rumahnya. Nayara awalnya berniat untuk pergi ke kafe Bang Jay, namun tanpa diduga-duga Nathan, Freya dan juga ponakan-ponakannya benar-benar datang ke rumah.
"Tania, Sania aunty kangen huhu," kata Nayara lalu memeluk dua ponakannya itu.
"Loh, Kak Lily kok bisa pulang bareng sama Kak Nathan? Ini Kak Reiga juga," tanya Nayara.
"Mobil Gue mogok di persimpangan tadi pagi, makanya numpang ama Nathan," jawab Reiga.
"Ahh udah lama gak kesini," kata Nathan lalu merebahkan dirinya disofa.
"Perasaan baru kemarin deh Lo pindah Kak. Kok udah kangen aja?"
"Kan homesick bisa dateng kapan aja. Lagian rumah Gue yang sekarang jauh banget dari sini. Gimana rasanya tinggal sendiri?"
"Biasa aja sih, cuma bedanya lebih tenang karena gak ada orang yang gangu Gue ngelakuin hal yang Gue suka."
"Owh gitu, berarti suka dong tinggal sendiri?"
"Kan Gue tinggal sama Kak Lily. Jadi bukan tinggal sendiri namanya!"
"Nay, kamu nggak masak makanan?" tanya Freya yang sedang melihat-lihat kondisi dapur.
"Astaga Mbak, itu harusnya tugas saya. Saya malah ikut ngobrol disini." kata Lily lalu segera mengganti pakaian kampusnya ke pakaian biasa.
"Nggak aku tadi cuma nanya doang, gapapa aku aja yang masak," kata Freya.
"Jangan!" teriak Nayara, Reiga, dan Nathan bersamaan.
"Kenapa? Aku bisa masak kok sekarang, kan udah gak sakit," kata Freya sambil tersenyum manis.
"Kak Freya duduk aja yah, biar Kak Lily aja yang masak. Kan tumben main kesini jadi harus nyobain makanan buatan Kak Lily. Yakan Kak?" kata Nayara sambil memberikan signal kepada Nathan dan Reiga.
"Bener banget sayang, kamu gak boleh capek kalau main kesini. Duduk aja ngobrol sama kita," ujar Nathan.
"Masakan Gue gak enak ya Rei?" tanya Freya kepada Reiga. Reiga mengangguk dan segera sadar saat dipelototi Nayara.
"Gak gitu Fey, masakan Lo enak cuma gak layak makan aja," kata Reiga.
"Maksudnya gak layak makan itu apa?"
"Terlalu bagus sama enak, jadinya sayang kalau sampe makan makanan sesempurna itu," kata Reiga dan berhasil membuat Freya senang.
"Owh iya? Oke deh kalo gitu sekarang Gue bakal nyoba makanan Lily," kata Freya lalu duduk manis disebelah Nathan.
"Nah gitu kan bagus sayang," kata Nathan sambil mengecup singkat pucuk kepala Freya.
Sementara itu, Nayara dan Reiga menghela napas lega karena mereka tidak perlu menyiksa diri mereka dengan memakan makanan yang dibuat oleh Freya.
"Silahkan cobain makanan saya Mbak Freya. Memang gak seenak masakan Mbak Freya tapi saya masih berusaha Mbak," kata Lily dan membuat Nayara dan Reiga menghela napas pasrah.
"Dia belum pernah ngerasain masakan Kak Freya makanya bisa ngomong kaya gitu," bisik Nayara.
"Bener kalau udah pernah gak yakin Gue dia bakal mau makan masakan Freya lagi," jawab Reiga.
"Mmhh, beneran enak! Kamu pinter masak juga yah ternyata. Lain kali harus nyoba masakan aku sih kayanya kamu," ujar Freya sambil melahap makanan yang ada dihadapannya.
Nathan memberi signal kepada Lily dengan cara menggelengkan kepalanya. Namun sepertinya Lily tidak mengerti signal yang dimaksud oleh Nathan.
"Kenapa Mas Nathan geleng-geleng kepala? Pusing Mas?" tanya Lily dan membuat Nayara dan Reiga menepuk kepalanya.
"Nggak, pingin aja tadi," bohong Nathan.
"Kalian berdua ngapain nepok jidat?" kini giliran Nayara dan Reiga yang ditanya.
"Nggak Kak, tadi ada nyamuk kembar. Yakan Kak Rei?" jawab Nayara sambil menyenggol Reiga.
"Bener, Gue juga gatahu kok bisa nyamuk bentuknya sama."
"Emang kapan nyamuk bentuknya beda?" kata Freya.
"Kamu ikut makan juga dong, duduk disebelah Reiga," kata Freya.
"Gapapa Mbak, saya nanti aja makannya," tolak Lily.
"Ayo barengan, lebih asyik makan rame-rame loh. Rei suruh dia duduk disebelah Lo," kata Freya.
"Duduk sini disebelah Gue," kata Reiga.
"Maaf Mas, Mbak, bukannya nolak, tapi saya harus kekamar mandi sebentar. Permisi," bohong Lily lalu berlari kedalam kamarnya.
Bagaimana caranya dia makan disebelah laki-laki yang Ia sukai. Lily sudah mulai menyukai Reiga sejak mereka berkenalan dimobil tadi.
"Gila Gue kalau duduk disebelah Reiga. Seriusan orang secakep itu belum punya pacar? Gak mungkin lah!" gumamnya.
"Kak Lo naksir sama Kak Lily?" tanya Nayara dan dapat didengar oleh Lily dari dalam kamarnya. Buru-buru Lily mendekatkan telinganya ke arah gagang pintu kamarnya.
"Jan ngadi-ngadi deh Lu Nay! Dia mah bukan tipe Gue anjir!" jawab Reiga.
Lily lalu duduk dilantai, hatinya terasa telah terbagi dua karena perkataan Reiga. Tapi jika dipikir-pikir lagi, siapa juga yang akan menyukai wanita tomboy sepertinya.
"Kenapa bukan?" tanya Freya.
"Kalau Lo nanya Gue sekarang ya jelas Gue bilang gak. Karena gak mungkin kan baru aja beberapa jam yang lalu kita ketemu, masak udah suka aja. Suka sama seseorang itu perlu waktu. Apalagi untuk meyakinkan hati kalau kita emang sayang sama orang itu. Bukan sekedar rasa suka atau cinta doang," jelas Reiga.
"Teori aja Lo kebanyakan, prakteknya nol!" kata Freya,
"Bisa gak sih Lo gak usah ngancurin reputasi Gue hah? Capek Gue lama-lama ada dideket Lo!" kata Reiga.
"Udah jam segini, Gue pamit pulang duluan yah. Makasih hidangannya," kata Reiga dan bangun dari kursinya.
"Heh inget loh, Lo, Putra, sama Hao yang giliran jagain Alex di rumah sakit," peringat Freya.
"Iya kanjeng mami," kata Reiga lalu keluar dari rumah Nayara.
"Ngapain Lo kesini kak? Padahal kan baru kemarin Lo pindah. Udah kangen sama Gue yah?" tanya Nayara sambil menaik turunkan alisnya.
"Nggak ada waktu Gue kangen sama orang yang mukanya kaya monyet ngenes gitu! Gue cuma mau ngambil PC Gue doang kok," jawab Nathan.
"Muka Lo juga kaya anoa Kak," ejek Nayara balik.
"Jangan nyari masalah, nanti dimarahin nangis," kata Nathan.
"Kan Lo duluan yang nyebut Gue anoa!"
Pertengkaran itu terjadi beberapa lama. Hingga akhirnya tangisan Tania membuat keduanya berhenti bertengkar dan menghampiri Tania dan Sania.
"Sayang, kayanya kita harus balik deh. Susu formula mereka abis dan asi aku gak mau keluar kalau gak disedot," kata Freya.
"Yaudah ayo buruan! Nay kakak balik yah, jaga diri," kata Nathan lalu cepat-cepat menuju mobil agar anaknya segera berhenti menangis.
Nayara memutuskan untuk tidur saja karena hari sudah malam. Dia mengganti baju santainya ke baju tidur dan bersiap untuk tidur. Namun sebelum tidur, Nayara memutuskan untuk memainkan ponselnya sebentar. Nayara memeriksa ponselnya dan menemukan beberapa panggilan tak terjawab dari Hao. Nayara lalu menelphone kembali nomer Hao.
"Halo Kak Hao."
"Baru aja pulang, kenapa Kak?"
"Serius Kak jangan main-main."
"Okey sekarang Nayara kesana."
Nayara langsung buru-buru mengambil kunci mobilnya dan pergi ke rumah sakit. Nayara mendapatkan kakbar jika Alex sedang mengalami masa kritis. Tanpa berpikir panjang dia langsung berlari menuju ruangan gawat darurat hanya dengan memakai baju tidurnya. Ternyata disana sudah ada semua teman-temannya. Nayara merasa aneh karena semua orang yang ada disana menangis, termasuk orang tua Alex.
"Gimana keadaan Kak Alex?" tanya Nayara. Namun semua orang yang ada disana hanya diam dan menangis.
Christ, Karin, Andrew, Egi, Reiga, Hao, Putra, Bang Jay, Mbak Andra, Alexia, semuanya menangis tanpa suara didepan UGD.
"Kenapa diem? Jawab dong! Bang Jay! Kak Hao! Lo yang nelphone Gue! Cepet kasih tahu Gue Kak Alex kenapa!?" teriak Nayara sambil menarik kerah baju Hao.
"Alex....,"