"Kamu bawa bahan-bahannya ke dapur," kata Gisel kepada Bastian.
"Eh Non udah pulang?" Tanya Bik Tini yang datang dengan membawa ember.
"Iya Bik, mau bikin kue sama Bastian. Gisel masuk ya Bik," kata Gisel lalu masuk kedalam rumahnya dan menuju dapur.
"Bentar deh Bas kok kaya ada yang kurang ya?" Kata Gisel sambil mengecek bahan-bahan yang tadi di belinya.
"Apa yang kurang? Biar aku beliin lagi," kata Bastian.
"Kurang...apa ya? Gak tahu juga nih," kata Gisel sambil terkekeh.
"Yuk mulai!" Ucap Gisel lalu mempersiapkan semua alat dan bahan untuk membuat cookie.
"Ini aku bantu apa aja?" Tanya Bastian sambil memperhatikan gerak-gerik Gisel.
"Ini aduk sampe kalis," kata Gisel sambil menyerahkan adonan tepung.
"Aku mau nyiapin butter, eh kamu aja deh yang nyiapin butter. Tinggal didihin air masukin butternya, tapi butternya taruh di mangkok dulu," jelas Gisel.
"Berapa banyak Yang?" Tanya Bastian.
"Satu blok itu semuanya. Hm'm nah pinter," kata Gisel.
"Aku mau bikin dua jenis cookies yang satu topingnya chocho chips, yang satunya lagi topingnya sprinkles yang kamu beli tadi."
"Udah nih yang terus diapain?" Tanya Bastian sambil menunjukkan butter yang sudah mencair kepada Gisel.
"Olesin diatas ini," Bastian lalu mengoleskan satu persatu butter cair ke atas cookies.
"Taburin sprinkles nya sesuai selera kamu. Aku mau nata chocho chips," kata Gisel.
Mereka berdua menghias cookie masing-masing dengan tenang. Tak ada percakapan apapun diantara mereka saat itu.
"Tinggal oven selama 45 menit jadi deh. Bentar aku mau manasin oven dulu," kata Gisel lalu berjalan ke arah oven. Setelah beberapa lama mereka pun memasukkan cookies setengah jadi itu ke dalam oven.
"Ini alatnya udah selesai di pake kan? Aku bantu beresin," kata Bastian lalu membantu Gisel merapikan kekacauan yang mereka buat.
"Duduk sini," kata Gisel sambil menepuk sofa agar Bastian dapat duduk disebelahnya.
"Huh capek juga ya ternyata bikin ginian," kata Bastian lalu duduk disebelah Gisel dengan memeluk erat pinggang gadis itu dari samping.
"Baru segitu belum pernah masak buat hajatan satu kompleks kan kamu?" Kata Gisel.
"Nggak, emang kamu pernah?" Tanya Bastian. Laki-laki itu memejamkan matanya.
"Ya nggak sih tapi aku pernah lihat ibu-ibu kompleks sini kalau ada hajatan masaknya berjam-jam. Banyak lagi gede-gede tahu penggorengan yang di pake. Bingung kadang-kadang gimana caranya mereka bisa masak segitu banyaknya," jelas Gisel.
"Hmm," Bastian hanya bergumam menanggapi Gisel.
"Kamu ngantuk?" Tanya Gisel dan Bastian menggeleng.
"Dih udah merem gitu, tetep gak ngantuk? Tidur di kamar aku sana," ujar Gisel.
"Nggak mau, maunya sama kamu."
"Manja deh," kata Gisel sambil mengelus-elus kepala Bastian.
"Bas bangun bentar aku mau cek cookienya."
"Nih cobain dulu," kata Gisel sambil menyajikan cookie yang sudah matang.
"Mmmh wanginya enak banget. Enak loh enak banget ini," kata Bastian sambil memasukkan satu persatu cookie ke dalam mulutnya.
"Oh ya? Cobain," kata Gisel lalu Bastian menyuapkan cookie ke dalam mulut Gisel.
"Mmmh beneran enak loh! Pinter banget ternyata aku bikinnya. Kalo ikut master chef menang gak ya kira-kira?" Tanya Gisel sambil tersenyum puas.
"Kena mental kamu!" Kata Bastian sambil terkekeh.
"Kayaknya kita gak bakal habis deh segini kuenya," kata Gisel sambil memerhatikan cookie yang jumlahnya tak terhitung itu.
"Lagian kamu ngapain sih bikin cookie segambreng gini?" Tanya Bastian yang juga heran melihat cookie itu.
"Ya mau bagiin ke temen-temen aku lah. Bagi-bagi rezeki kan biar dapet pahala," jelas Gisel.
"Mau dibagiin ke siapa aja? Gak dibungkus?"
"Bentar mau ngambil plastik dulu," kata Gisel lalu pergi ke kamarnya.
"Oh iya Bas kamu diundang gak sama Kak Nathan?" Tanya Gisel sambil membungkus cookie nya dengan plastik dan tak lupa dengan pita lucu di luarnya.
"Undang apa? Owh lomba tujuh belasan itu? Diundang lah, kamu?" Jawab Bastian sambil memakan cookie milik Gisel.
"Iya, makanya aku inisiatif bikin cookie. Katanya sih Jesse juga diundang," kata Gisel.
"Jesse? Bukannya Nayara udah putus ya sama Jesse?" Tanya Bastian bingung.
"Iya emang tapi gak tahu juga," jawab Gisel.
"Bantuin kek Bas! Makan mulu!" Omel Gisel.
"Nanti keburu habis aku gak dapet lagi!" Kata Bastian namun tetap menurut membantu Gisel.
****
Nicholas, Nathan, Hao dan kawan-kawan kini berada di rumah pohon yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul. Kali ini mereka akan mendiskusikan tentang acara yang akan mereka adakan untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia sebentar lagi.
"Jadi tanggal tujuh belas nanti semua ada disini kan?" Tanya Hao yang bertugas menjadi panitia lomba nanti.
"Ada semua harus! Kalo ada yang absen Gue tebas," kata Alex
"Kak Alex hobinya matiin orang yah?" Tanya Karin.
"Kan cuma nebas gak ngebunuh," jawab Alex santai.
"Sama dengan anjir. Lo kira orang tanpa kepala bisa hidup apa? Gila nih orang," kata Karin lalu pindah yang tadinya duduk disebelah Alex menjadi ke sebelah Christ.
"Kak Reiga, Egi kabarnya gimana?" Tanya Nayara kepada Reiga yang sedang membetulkan LCD.
"Egi? Tumben nanyain dia, kenapa?" Tanya Reiga.
"Iya anjir Egi katanya bakal balik besok kan? Gila sih tuh bocah," kata Andrew heboh.
"Seriusan Egi bakal balik besok Rei?" Tanya Nathan.
"Iya, makanya besok Gue gak bisa bantu-bantu," jawab Reiga.
"Sukses yah dia sekarang, udah jadi duta elektronik," kata Alex.
"Sukses apanya, dia kan cuma belajar tentang elektronik doang di Palembang. Dan juga setiap hari kerjaannya di lab mulu," kata Reiga.
"Kok Lo berdua bisa-bisanya ya sama-sama suka elektronik gitu. Takdir mungkin," Kata Christ.
"Udah jangan diomongin Egi nanti matanya geter," kata Karin.
"Lombanya apa aja Nik yang udah Lo rencanain?" Tanya Hao yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Lomba makan kerupuk, balap karung, estafet kelereng, sama ninety second challenge," jelas Nicholas.
"Ninety second challenge itu kaya kita ber team terus harus nyelesaiin misi sebelum sembilan puluh detik kan?" Tanya Karin.
"Iya betul. Nanti kita hitung ulang pesertanya, dan juga semua dapet giliran nge mc," jawab Nicholas.
"Orang tua kita juga katanya bakal balik ke Indonesia," kata Nathan.
"Orang tua Gue juga," jawab Christ heboh.
"Orang tua Gue libur sih," kata Karin.
"Putra mana Rin? Gak kelihatan tuh anak dari tadi. Baru nyadar Gue," tanya Alex.
"Kak Putra sama Saka lagi ke kampusnya Kak Putra. Gak tahu ngapain," jawab Karin.
"Lah? Si Saka juga kagak ada ternyata," kata Hao sambil terkekeh.
"Kalau kalian punya temen di sekolah atau dimana gitu ajakin aja biar rame. Masak cuma kita doang," kata Reiga yang telah selesai membetulkan LCD.
"Dah selesai kak?" Tanya Andrew dan diangguki Reiga.
"Tapi jangan banyak-banyak juga lah minimal dua orang," kata Nicholas.
"Oh ya Nay Gue ngundang Gisel sama Bastian," kata Nathan.
"Gue undang William sama Justin," kata Reiga.
"SKSD kebiasaan Lu Rei!" Teriak Nathan.
"Apaan? Gue kan seniornya, emang salah ngundang junior sendiri?" Tanya Reiga.
"Ya gak sih aneh aja tahu gak!" Teriak Nathan tak kalah keras.
"Gue undang Jesse sama pacarnya," celetuk Alex sehingga membuat semua temannya menatapnya heran.
"Ini anak satu ngapain sih Lo mau memperbaiki hubungan sama dia? Lo gak sadar ya dia udah hampir ngebunuh Lo!" Teriak Putra yang baru saja datang.
"Kak santai dong jangan ngegas baru nyampe juga," kata Saka yang langsung merebahkan diri di atas matras.
"Dia gak bakal bisa nyakitin Gue, kan ada kalian. Lagian Gue juga yang salah waktu itu," kata Alex.
"Dari mananya Lo salah? Kan temen dia yang grepe-grepe pacar Lo," teriak Putra.
"Harusnya Gue omongin baik-baik bukannya main hakim sendiri. Udah lah masa lalu doang itu Gue juga udah gak papa sekarang," kata Alex dengan senyuman.
"Biarin lah Put. Kalo Lo mau ngajak temen boleh kok tapi minimal dua orang jangan ngajak se geng," kata Hao.
"Bubar!" Teriak Nathan dan seketika semuanya keluar dari rumah pohon itu.
"Lah? Beneran bubar. Bercanda kali," kata Nathan dari atas.
"Gue mau istirahat," kata Hao dan diacungi jempol oleh Reiga.
"Gue ada urusan," kata Alex dan diikuti Putra, Saka, Andrew dan Christ.
"Gue mau kerumah William, mau ngembaliin catetan," kata Nayara lalu ikut meninggalkan kakaknya.
"Karin mau makan," kata Karin lalu ikut meninggalkan Nathan.
"Lo Nik?" Tanya Nathan.
"Mau beresin ini dulu," kata Nicholas dan melanjutkan pekerjaannya.
"Huh, gak nyangka Gue bakal jadi ayah secepat ini," kata Nathan.
"Ya terus maunya kapan?" Tanya Nicholas.
"Gue gak pernah punya rencana untuk nikah apalagi punya anak. Dan tiba-tiba pacar Gue hamil gara-gara Gue mabuk. Si Bella sialan!" Umpat Nathan.
"Jadi ini semuanya salahnya Bella?" Tanya Nicholas.
"Iyalah jelas! Kalau bukan karena dia Gue gak bakal itu sama Freya. Tapi Gue juga bersyukur, anak Gue lahir dan Freya jadi pendamping hidup Gue," kata Nathan sambil tersenyum.
"Jadi Lo nyesel apa seneng?" Tanya Nicholas.
"Keduanya," gumam Nathan.