Pagi-pagi sekali Gisel sudah bersiap di depan cermin nya. Memilih baju dan memakai make up tipis. Hari ini rencananya Ia akan kencan dengan Bastian.
"Kamu mau jalan sama Bastian?" Tanya Devian kepada Gisel yang baru saja turun dan duduk di ruang makan.
"Iya yah hehe," kata Gisel.
"Ayah mau meeting ke Singapura selama seminggu. Nanti Bik Tini bakalan tinggal disini selama seminggu juga," kata Devian.
"Kalau Bastian yang nemenin boleh gak yah?" Tanya Gisel sambil menyuapkan roti ke mulutnya.
"Boleh, tapi gak boleh sampe malem. Ayah gak mau kamu sama Bastian ngelewatin batas," kata Devian.
"Gisel tahu tapi batasnya. Boleh ya Yah gak ngapa-ngapain kok kita," mohon Gisel.
"Gisel Ayah tahu kamu tahu batasan, tapi apa kamu yakin Bastian bakal tahan? Nggak yakin kan? Jaga-jaga aja, nanti ada kok waktunya sayang," kata Devian lalu berdiri dan mengusap kepala Gisel.
"Iya deh yah," kata Gisel sambil cemberut.
"Yaudah Ayah berangkat sekarang ya. Jaga diri," kata Devian lalu mengecup singkat kepala Gisel dan pergi dari sana.
"Hati-hati Yah," gumam Gisel.
"Bik Tini Gisel mau berangkat dulu ya," teriak Gisel kepada Bik Tini yang sedang membersihkan cucian.
"Iya Non hati-hati," jawab Bik Tini.
"Sayang kangen...," rengek Bastian lalu melebarkan tangannya agar Gisel dapat memeluknya.
Bukannya pelukan yang didapat namun pukulan pelan yang Gisel berikan kepada Bastian, "gak usah manja deh! Ayo cepet jalan! Gak sabar nih mau main timezone."
"Om Devian meeting ke Singapura ya Sel?" Tanya Bastian tanpa mengalihkan fokusnya dari jalan raya.
"Iya kok tahu?"
"Bunda tadi ngasih tahu,"
"Owh, Bas kita ke bioskop aja gimana? Gak pingin ke timezone," kata Gisel.
"Kok dadakan?"
"Gak mau main timezone karena pasti nanti keinget Nayara. Merasa bersalah banget aku kalau inget dia. Coba aja dulu aku gak ngikutin kata-katanya si ular Sandrina," omel Gisel.
"Jadiin pelajaran aja gak ada gunanya nyesel. Kalau kamu bener-bener tulus mau benerin hubungan sama Nayara pasti dilancarkan kok," kata Bastian sambil mengelus kepala Gisel pelan.
"Mau nonton film apa?" Tanya Bastian sambil menemani Gisel melihat satu persatu poster film.
"Nonton ini Bas," kata Gisel sambil menunjuk salah satu film.
"Oke kamu beli popcorn dulu sana," kata Bastian lalu pergi ke kasir untuk membayar semua tagihannya.
"Bas itu bukannya Jesse sama Sandrina ya? Terus itu dua orang siapa?" Tanya Gisel sambil memerhatikan empat orang yang terlihat mencurigakan.
"Gak tahu gak usah dilihatin fokus sama filmnya aja," kata Bastian.
"Tapi gak bisa Bas terlanjur kepo," kata Gisel.
"Gimana tadi filmnya bagus gak?" Tanya Bastian sambil membantu Gisel mengelap air matanya.
"Bagus sih tapi sedih juga," kata Gisel.
"Dibilangin tadi gak usah nonton yang itu."
"Kapan kamu ngomong gak usah nonton emangnya? Gak usah bohong!" Teriak Gisel lalu kembali melanjutkan tangisannya.
"Eh eh jangan nangis lagi dong. Bercanda doang tadi elah sayang," kata Bastian sambil terkekeh pelan.
"Udah ah ayo anterin pulang buruan!" Teriak Gisel.
"Ih ayo makan dulu gak boleh nolak. Nanti kamu sakit aku yang dimarahin lagi sama Om Devian," kata Bastian lalu mengajak Gisel untuk makan di restoran yang ada di mall.
"Mau makan apa? Aku bayarin," kata Bastian lalu menyerahkan buku menu kepada Gisel.
"Terserah," jawab Gisel.
"Misi mbak mau mesen salad nya satu, steak satu. Terus minumnya air putih sama smoothies strawberry," kata Bastian kepada pelayan yang bertugas disana.
"Aku gak mau salad Bastian tahu kan aku gak suka banget! Enak banget kamu mesen steak!" Omel Gisel namun tak dihiraukan Bastian. Laki-laki itu tetap fokus melihat layar ponselnya.
"Bastian! Denger gak sih?!" Teriak Gisel.
"Denger apa?" Jawab Bastian.
"Aku gak mau salad Bastian," rengek Gisel.
"Bisa diem gak sih? Tadi pas ditanya terserah!" Pekik Bastian sehingga membuat Gisel berdumel sendiri.
"Misi mas silahkan makanannya," kata pelayan itu lalu menaruh steak di depan Bastian dan salad didepan Gisel.
"Terima kasih mbak," kata Bastian. Bastian lalu menukar steaknya dengan salad.
"Loh sayang?" Tanya Gisel heran.
"Gak mungkin lah aku kasih kamu makan sayur. Emang kamu kambing? Aku besok mau periksa kata Bunda gak boleh makan daging selama seminggu," kata Bastian.
"Makasih sayang," kata Gisel lalu segera melahap dagingnya.
"Woy Jesse!" Pekik Bastian saat melihat Jesse sedang memesan makanan di restoran itu juga.
"Apa?" Tanya Jesse ketus.
"Udah selesai nontonnya sama Sandrina?" Tanya Bastian.
"Nonton sama Sandrina? Apaan anjir Gue kesini sama abang Gue tuh," kata Jesse sambil menunjuk Jason yang sedang berjalan dengan kekasihnya.
"Terus tadi Sandrina sama siapa dong? Gak mungkin kan dia nonton bareng bayangan Lo," kata Bastian.
"Salah orang kali Lu," kata Jesse.
"Iya mungkin aja Gue salah orang. Udah sana jangan ganggu Gue!" Pekik Bastian sambil menendang bokong Jesse.
"Sialan! Kan Lo yang manggil Gue!" Teriak Jesse lalu meninggalkan mereka.
"Bukan Jesse dong yang tadi itu? Tapi seriusan aku ngelihat Sandrina tadi mirip banget," kata Gisel.
"Siapa tahu cuma mirip doang yakan?"
"Iya juga tapi gak mungkin kan Sandrina nyelingkuhin Jesse?" Tanya Gisel.
"Ngomongin tentang Sandrina aku tinggal nih," kata Bastian sambil merapikan alat makannnya.
"Eh eh tunggu dong gak lagi dah ngomongin dia. Lagian kamu cepet banget makannya," kata Gisel dengan wajah kesal.
"Biar gak kerasa aku makan aja deh," jawab Bastian.
"Untuk lomba tujuh belas agustus 4 hari lagi aku dipilih untuk lomba nyanyi loh Yang," ucap Gisel sambil merapikan rambutnya yang cukup menganggu makannya.
"Kok gak lomba gambar aja? Kan gambaran kamu bagus. Bentar aku iketin rambutnya," kata Bastian lalu berjalan ke belakang Gisel dan mengikat rambut panjang gadis itu.
"Makasih hehe," kata Gisel sambil tersenyum riang.
"Abis ini ke rumah aku ya Bas? Aku pingin bikin cookies sama kamu," kata Gisel.
"Boleh abisin dulu steaknya," kata Bastian dengan tatapan yang tak luput dari wajah Gisel.
"Jangan dilihatin gitu dong gak konsen jadinya nih," kata Gisel sambil menutup wajahnya yang sudah memerah.
"Kenapa gak boleh? Kan pacar aku," kata Bastian sambil tersenyum.
"Jangan kaya gitu Bastian malu tahu," kata Gisel dengan manja.
"Udah cepetan makannya katanya mau bikin cookies," kata Bastian lalu mengalihkan pandangannya.
"Nanti mau beli bahan di supermarket bentar."
"Aku mau cookies rasa pare," ucap Bastian.
"Gak ada aneh!" Teriak Gisel.
"Loh? Coba aja siapa tahu enak kan?"
"Gak ada Bastian aneh banget kamu tuh! Udah ah ayok pulang," ajak Gisel.
"Iya bayar dulu tapi nanti dikira maling," kata Bastian lalu pergi ke kasir.
"Sayang nanti di atas cookies punya aku tambahin ini ya? Mimpi aku dari kecil buat cookies sama belahan jiwa aku," kata Bastian sambil mengambil sebotol sprinkles.
"Dari mana kamu tahu kalau aku belahan jiwa kamu?" Tanya Gisel.
"Yakin lah ngapain nggak?"
"Jangan deh mending. Wujudin setelah kamu ketemu sama wanita kamu," kata Gisel.
"Bener juga ya kamu. Oke deh kalau gitu," kata Bastian lalu memasukkan sprinkles ke dalam keranjang belanjaan mereka.
"Iya terus ini ngapain dimasukin? Buat apa?" Tanya Gisel bingung.
"Karena aku udah nemuin wanita aku, yaitu kamu. Mau nikah sekarang? Ayo ke KUA usia kita udah legal kan?" Kata Bastian.
"Gak boleh lah kan usia minimal delapan belas tahun," kata Gisel.
"Nyuap lah kan apapun bisa dilakukan asal ada uang. Ya kan?" Kata Bastian dengan senyum smirknya.
"Itu sayang tolong ambilin butternya," kata Gisel sambil menunjuk rak tinggi yang ada disebelah Bastian.
"Ini?" Tanya Bastian dan diangguki Gisel.
"Pemimpin sekarang gitu banget mentingin dirinya sendiri. Itu lagi," kata Gisel sambil menunjuk botol cokelat.
"Ya bukannya gimana ya, aku cuma gak mau munafik aja nih. Siapa pun juga kalau tentang uang pasti ngelakuin segala cara kan buat ngedapetin uang," kata Bastian dan mengambil berang yang diminta Gisel.
"Jadi kamu ngedukung koruptor?" Tanya Gisel.
"Nggak sayang maksudnya ya gimana ya? Udah deh jangan bahas para koruptor," kata Bastian mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Harusnya dihukum mati aja mereka biar jera!" Pekik Gisel.
"Sayang ih malah marah," kata Bastian gemas.
"Totalnya seratus lima ribu,"' kata mbak kasir yang bertugas saat itu.
"Ini mbak," kata Bastian sambil menyerahkan beberapa lembar uang.
"Kok kamu yang bayar?" Tanya Gisel.
"Sekali-sekali gak papa," kata Bastian sambil tersenyum manis.