Sebuah mobil mewah baru saja memasuki pekarangan sebuah tempat tinggal yang sudah tidak diragukan lagi keindahannya itu. Seorang pria yang sedang merasa kesal pun, kini sudah sedikit lebih baik dari sebelumnya hingga akhirnya menoleh ke arah samping di mana sang adik berada.
"Rupanya dia tertidur," gumam David sembari menggelengkan kepala sebelum akhirnya menghela nafas.
Beberapa saat kemudian sang sopir pun berbicara dan berhasil membuat perhatian David teralihkan kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Tuan muda, sudah sampai."
"Pak, tolong turunkan barang-barang ke dalam kamar tamu, ya."
"Baik, Tuan muda."
Setelah itu David pun menuruni mobil terlebih dahulu sebelum akhirnya melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan pintu mobil di mana Celine berada. Pria itu langsung membuka pintu lalu menggendongnya dan dibawa ke dalam Mansion menuju ke sebuah kamar tamu yang akan menjadi kamar sang adik mulai saat ini.
***
Jane yang sedang berada di ruangan tengah pun dikejutkan dengan keberadaan David yang menggendong seseorang membuat wanita tersebut yang melihatnya langsung terdiam mematung di tempatnya.
"David," panggilnya dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan. "Siapa gadis itu?"
Wanita itu tidak berani mendekat, oleh sebab itu David tak menyadari keberadaan dari sahabatnya yang berada di ruangan tengah hingga akhirnya Jane melihat pria itu yang masuk ke dalam sebuah kamar kosong yang jarang ditempati oleh siapa pun.
Beberapa saat kemudian setelah David berhasil membaringkan sang adik di tempat tidurnya, lalu datanglah sang sopir dengan beberapa barang bawaan gadis itu, seperti koper dan lainnya.
"Terima kasih, kau boleh pergi."
Sang sopir pun sedikit membungkukkan tubuhnya sejenak sebelum akhirnya benar-benar berlalu pergi dari dalam kamar.
Kini tinggalah David yang sedang memperhatikan Celine yang tertidur lelap. Pria itu mengusap puncak kepala sang adik dengan penuh kasih sayang sebelum akhirnya teringat dengan seseorang.
Pada akhirnya pria itu langsung beranjak dari tempat tidur setelah menyempatkan diri untuk mengecup kening Celine. Ia melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar sang adik, dirinya juga tidak lupa untuk menutup pintunya kembali.
***
"Jane."
Seorang wanita yang sedang berada di dalam kamar pun langsung menoleh ke belakang ketika melihat David yang sedang berdiam diri di belakangnya sehingga membuat Jane yang mengetahui hal tersebut menghela nafas seketika.
"O-oh, kau sudah pulang?"
Bukannya menjawab, David malah diam saja dengan tatapannya yang seakan sedang memikirkan sesuatu ketika pertama kali menatap wajah dari seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini.
"K-kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Tidak apa-apa," jawab David tersenyum. "Oh, iya, ada yang ingin ku katakan kepadamu."
Setelahnya suasana pun kembali hening dengan Jane yang saat ini masih berdiam diri memperhatikan seseorang yang berada di hadapannya saat ini dengan perasaan yang bergejolak.
Jika saja boleh berkata dengan jujur, sebenarnya Jane tidak ingin mendengar apa pun yang di katakan oleh seorang David sehingga membuat wanita itu menghela nafas dengan kepala yang menunduk.
Hal tersebut ternyata disadari juga oleh David sehingga kini pria itu langsung menaikan kedua alisnya.
"Jane, kau kenapa?"
Wanita itu yang mendengarnya langsung kembali mendongak sebelum akhirnya menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum dengan apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Tidak apa-apa, David. Tadi kau mau berbicara apa?"
"Aku datang bersama seseorang," jawab David tersenyum. "Dia orang yang sangat aku sayang."
Seketika jantungnya mendadak terhenti setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini. Jane langsung meneguk ludahnya dengan rasa sakit yang tercekat di tenggorokannya hingga di mana pria itu kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Dia adalah adikku, Celine," lanjut David.
Suasana mendadak hening dan Jane yang benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya itu sehingga kini wanita tersebut berbicara.
"Adikmu?" tanyanya dengan kening yang berkerut. Sedangkan David hanya diam menganggukkan kepalanya.
"Iya, dia adikku yang mulai saat ini akan tinggal bersama kita."
Seketika Jane langsung menyentuh keningnya sembari menundukkan kepala dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan sehingga membuat David yang mengetahui hal tersebut pun mengkhawatirkannya.
"Hey, Jane, apa kau baik-baik saja?"
"Ya, aku baik, kau tenang saja."
"Apa kau yakin?"
"Iya, aku yakin, David. Sudahlah, sebaiknya kau segera beristirahat, ini sudah hampir larut malam, kau mengerti?"
Mendengar itu membuat David langsung menghela nafas beratnya. Meskipun sebenarnya pria itu khawatir takut terjadi sesuatu kepada seseorang yang berada di hadapannya saat ini, tetapi karena Jane yang menginginkannya, maka dari itu ia akan tetap diam saja dan menuruti keinginan dirinya.
"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku," ujarnya sembari tersenyum. "Oh, iya, Jane."
Wanita itu yang semula hanya diam sembari memalingkan wajahnya ke arah lain pun langsung mengalihkan pandangannya kepada David yang saat ini sedang menatapnya.
"Kenapa?"
"Bolehkah aku meminta bantuanmu?"
Suasana pun kembali hening dengan David dan Jane yang saat ini sedang saling memandang satu sama lain dengan cukup waktu yang lama.
"Bantuan apa?"
"Aku ingin memberikan hadiah untuk adikku, dan aku juga ingin memperkenalkanmu lagi kepadanya."
"Kenapa harus aku?"
"Karena mungkin bisa saja dia sudah tidak ingat dengan dirimu lagi?"
Jane yang mendengar hal itu langsung menaikan kedua alisnya sebelum akhirnya menganggukkan kepala sembari tersenyum.
"Bagaimana?" lanjut David.
"Baiklah, aku akan membantumu," jawab wanita itu tersenyum.
"Benarkah?!"
Wanita itu langsung menganggukkan kepalanya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Ya sudah, kalau begitu aku pergi lebih dulu. Sampai jumpa besok pagi, Jane dan selamat beristirahat!"
"Ya, selamat beristirahat kembali, David."
Kini Jane menatap kepergian dari sahabatnya itu yang baru saja melangkahkan kakinya menjauh dari hadapannya tersebut sembari tersenyum-senyum sendiri setelah mengetahui bahwa ternyata David begitu antusias mendengarnya.
"David ... David ..." Wanita itu masih tersenyum memperhatikan pria itu yang sudah menghilang di balik pintu lalu kembali berkata, "Terkadang aku meragukan usiamu saat ini."
***
Keesokan harinya David yang sedang menatap cermin pun tersenyum melihat pantulan dirinya sendiri saat ini. Pagi ini adalah pertama kalinya pria itu sarapan bersama dengan orang-orang yang disayanginya tersebut sehingga kini ia pun langsung melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar, dirinya berjalan menuruni tangga dengan terburu-buru sampai di mana senyumnya pun memudar ketika tidak melihat keberadaan dari seseorang yang ingin dilihatnya.
"Selamat pagi, David."
"Oh, hay, selamat pagi Jane."
David masih saja berdiam diri dengan senyum kikuknya itu sehingga membuat Jane yang sedang mempersiapkan makanan untuk sarapan bersama mereka pun menatapnya dengan bingung.
"Apa yang terjadi padamu?"
"Jane," panggil pria itu. "Ke mana adikku?"
"Aku belum melihatnya sejak kemarin, ku pikir dia belum bangun dari tidurnya."
Mendengar itu membuat perasaan David tidak nyaman sehingga kini pria itu langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang ditempati oleh Celine saat ini.