Sean langsung menaikan satu alisnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh saudaranya kembarnya tersebut sehingga kini laki-laki itu pun berbicara.
"Wow, luar biasa, ternyata kau masih peduli padanya, ya."
"Apakah benar-benar tidak peduli padanya?"
"Aku peduli, tetapi hanya sedikit saja."
"Dasar gila!"
Sehan benar-benar tidak habis pikir dengan saudara kembarnya tersebut yang begitu sangat jahat terhadap adik kandungnya sendiri. Padahal selama ini Celine selalu baik terhadapnya, tetapi Sean selalu memperlakukan gadis itu dengan tidak baik.
Sikapnya hampir sama dengan ayah, tetapi Sean seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan hanya karena pria tua itu pernah berkata bahwa tidak boleh ada yang ikut campur jika dia sedang berurusan dengan adik terakhirnya itu.
"Hey, ada apa dengan dirimu?" tanyanya dengan kedua tangan yang melipat di dada. "Apa kau tidak terima dengan yang ku lakukan? Seharusnya kau melakukan hal yang sama sepertiku, jangan biarkan adik terakhir kita berbuat seenaknya."
"Bukankah seharusnya Celine yang mengatakan hal itu kepadamu?"
"Apa maksudmu?"
"Jangan biarkan kakak kedua kita berbuat seenaknya."
Mendengar itu membuat Sean langsung mengerutkan keningnya dengan tatapannya yang begitu tajam terhadap seseorang yang berada di hadapannya. Kedua tangannya pun mengepal kuat sehingga kini mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.
"Sehan, aku ingin kau menuruti perkataanku!"
"Untuk apa aku melakukannya?"
"Karena aku adalah kakakmu, Sehan!"
"Aku tidak peduli lagi padamu, kau begitu tega kepada adik kandungmu sendiri. Coba sekali saja kau berpikir jika berada diposisi Celine, apakah kau dapat melakukannya? Dia masih bisa bertahan hidup setelah ayah menyakitinya secara berulang-ulang."
Sean yang mendengar itu langsung menghela nafas lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua tangan yang melipat di dada.
"Itu karena Celine adalah gadis yang nakal, seandainya saja dia mau mengikuti perintah ayah saat itu, mungkin dia tidak akan berakhir seperti ini."
"Aku benar-benar tidak mengerti denganmu, Sean. Sudahlah, sebaiknya aku pergi saja, berbicara denganmu selalu membuatku naik darah."
"Tch! Ya sudah, pergi saja sana sesuka hatimu."
***
Saat ini seorang gadis sedang berada di balkon kamar sedang merenung sendirian dengan tatapannya yang kosong. Celine sangat berharap kepada David untuk membawanya pergi dari rumah ini karena ia yang mulai merasa tidak aman tinggal di sini.
"Kak David, jika kau tidak bisa membawaku pergi, aku lebih baik mati."
Hingga detik itu air mata pun mulai menetes tanpa disadari karena Celine yang merasa bahwa hidupnya begitu menyedihkan selama ini.
***
Tiba malam datang dengan seorang pria yang masih berada di dalam mobil. Ia melihat ponselnya yang sedari tadi terus saja berdering sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya mengulum bibirnya seketika.
Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi sahabatnya tersebut, dirinya berencana untuk menjemput Celine lebih dulu, lalu setelah itu pergi menemui sahabatnya.
"Halo."
"Dimana kau sekarang?"
"Aku sedang berada di rumah," jawabnya. "Ada apa?"
"Baiklah, aku akan ke sana."
"Apa kau yakin?"
"Bukankah kau yang memintaku untuk datang ke sana?"
"Oh, iya, aku benar-benar melupakannya."
David hanya diam dengan wajah datarnya tersebut lalu memutar kedua bola matanya malas.
"Ya sudah, aku akan ke sana setelah menjemput adikku."
"A-apa?"
"Ada apa?"
"Celine akan datang bersamamu?!"
"Iya, apa ada yang salah?"
David tahu bahwa sahabatnya itu memiliki perasaan terhadap adiknya yang terakhir sehingga membuat pria itu yang mengetahuinya pun langsung menghela nafas seketika.
"Kenapa kau hanya diam?" tanyanya lagi yang membuat seseorang yang berada di sana terperangah.
"Hey, apa maksudmu?!" Manu menaikkan kedua alisnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh David padanya.
"Tidak ada, ku pikir kau merasa takut padaku."
"Tch, untuk apa aku takut padamu, hah?" ujar Manu dengan kedua alis yang terangkat serta satu tangan yang mengepal. "Aku tidak mungkin takut padamu."
David yang mendengar itu langsung mencebikkan bibirnya sehingga kini laki-laki tersebut yang mengetahuinya pun menghela nafas dengan kedua alis yang terangkat.
"Ya sudahlah, aku harus segera pergi ke rumah orang tuaku untuk menjemputnya, jika tidak ini sudah terlalu malam."
"Oke, sampaikan sayangku untuknya, ya, David."
"Hey!" Kening David langsung berkerut mendengarnya. Sedangkan Manu yang mengetahui hal tersebut langsung terkekeh seketika.
Panggilan pun telah berakhir dengan David yang saat ini menggelengkan kepalanya. Pria itu akan pergi menuju ke rumah orang tuanya.
***
Ketika sedang asyik bermain ponsel, tiba-tiba saja seseorang datang sehingga membuat Celine yang mengetahui hal tersebut langsung mengerutkan keningnya.
"Kak Sehan?!"
Seorang pemuda tampan yang menjadi saudara kembar dari Sean membuat Celine terkejut keberadaannya.
"Celine, maafkan aku."
Gadis itu yang semula merasa waspada pun langsung menaikan kedua alisnya setelah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Untuk apa?"
Sehan menundukkan kepalanya dengan raut wajah penuh penyesalan sehingga membuat Celine yang mengetahuinya pun langsung menghela nafas seketika.
"Maafkan aku, karena selama ini kami sebagai seorang kakak sangat buruk untukmu." Sehan menghela nafasnya kembali lalu kembali mendongakkan kepala memandang gadis itu yang masih menatap ke arahnya, dan hal itu membuatnya yang mengetahuinya langsung memberikan senyumannya. "Kau mau memaafkanku, kan?"
Saat ini Celine sedang mencoba untuk bertanya-tanya di dalam hatinya, apakah yang di katakan oleh Sehan padanya adalah benar? Dan apakah memang sebuah ketulusan? Gadis itu tidak tahu dan selalu bertanya-tanya.
"Aku tidak tahu," jawabnya lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua mata yang terpejam merasakan sakitnya.
Mendengar jawaban sang adik membuat Sehan menghela nafas. Laki-laki itu mengerti dan sangat mengerti bagaimana rasanya menjadi sosok Celine selama ini.
"Lagi pula aku akan segera pergi dari sini, jadi kau pasti senang melihatnya."
"A-apa?" tanya Sehan dengan kedua mata yang terbelalak. "Apa maksudmu?! Kenapa kau mengatakan hal itu?!"
"Aku akan pergi dari rumah ini untuk selama-lamanya. Sebentar lagi Kak David akan menjemputku."
Tatapan Sehan yang penuh luka dan penyesalan membuat laki-laki itu terlihat sangat menyedihkan sehingga kini ia yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas sejenak sebelum dirinya menundukkan kepala.
"Celine!"
Suara seseorang yang memanggilnya membuat Celine dan Sehan yang sedang menundukkan kepala pun langsung memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara sehingga kini mereka yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.
"Oh, ternyata ada adikku yang tampan. Hay, selamat malam Sehan."
"Kak David!" panggil Celine dengan kedua mata yang terbelalak. Karena keantusiasannya itu membuat seseorang yang sedari tadi memerhatikan David, kini mengalihkan pandangan ke arah seorang gadis.
Tatapan Sehan yang sangat dalam dan rasa cemburu ketika mengetahui bahwa ternyata adik tersayangnya begitu senang dengan kehadiran David di sini sehingga membuatnya yang mengetahui hal tersebut langsung menghela nafas seketika.
David yang menyadari perubahan raut wajah itu pun langsung menghela nafas, pria itu menyunggingkan kedua sudut bibirnya tersenyum sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Sehan," panggilnya. "Kemarilah."