Doni mampu berjalan sendiri, tapi itu terlalu nyeri hingga membuatnya sangat lamban dan terus meringis kesakitan.
Al yang semula sudah masuk dan bertemu dengan Ayyad, kembali keluar untuk membantu bocah itu berjalan.
"Seharusnya kamu memintaku untuk membantu," ujar Al seraya merangkul bocah itu.
"Kak Al tidak menoleh padaku, aku tidak bisa mengatakannya begitu saja," sahut Doni.
Al mengabaikan jawaban itu. Perhatiannya tertuju pada kaki Doni yang sepertinya tidak beres.
"Apa itu tendangan yang kuat?" tanya Al.
"Apa kamu tidak mendengarnya?"
"Apa?"
"Saat kamu berbenturan, suaranya sangat nyaring dan kukira tulangku patah."
"Kamu bercanda?" Al terkejut sekali.
"Tidak. Sungguh sakit sekali," ujar Doni yang sangat lambat.
Ayyad yang mengetahui itu segera menyuruh Al untuk membawa Doni duduk di kursi sofa, sementara Ayyad mengambilkan es untuk kompres.
"Kurasa perlu dibawa ke tabib," ujar Ayyad seraya menyerahkan wadah untuk kompres pada Doni.
