Ameera telah bersiap untuk berangkat ke kafe. Kali ini dia membawa payung hitamnya. Cuaca yang sedang tidak dapat ditebak, membuatnya harus selalu siaga. Ada terlalu banyak kenangan yang dia lalui saat pulang bekerja dalam keadaan hujan, mulai dari dihadang preman menyebalkan yang membuatnya harus mengeluarkan jurus bela diri yang telah lama tidak ia gunakan, lalu berlarian di jalan raya yang sepi dan basah bersama Al, hingga harus menginap di penginapan karena mobil Difky mogok dalam keadaan hutan angin dan berpetir.
Entah itu semua adalah kenangan yang bagus ataupun tidak, namun jelas masih diingatan Ameera.
Dia baru saja membuka pintu rumah saat Varen sedang ingin mengetuk dengan membawa sebuah tas kertas berukuran sedang.
"Eeh?" keduanya saling terkejut dan sempat diam untuk beberapa saat.
"Hai, apa kamu mau berangkat kerja?" sapa pria sipit itu dengan ramah. Dia juga tersenyum yang membuat kedua matanya seperti garis lurus, nampak menggemaskan.