"Kamu marah denganku?"
"Tidak."
"Kenapa kamu murung?"
"Kenapa kamu ingin tahu?"
"Tabo … dia membertahuku tentang keadaanmu. Aku hanya khawatir."
"Tidak perlu khawatir, aku sungguh tidak apa. Hanya perlu waktu sendiri."
"Emm begitukah? Tapi jika kamu membutuhkan teman bicara, aku tidak akan keberatan sama sekali. Aku juga tidak akan memasang tarif untuk itu."
"Kenapa pikiranmu selalu berhubungan dengan uang?"
"Entahlah. Itu sudah bawaan."
"Pergilah. Aku harus berlatih."
"Emm baiklah. Semangat! Kuharap kamu tidak lupa dengan traktiran di restoran mewah."
"Ahh sial. Rupanya kamu sangat gigih tentang hal ini."
"Tentu saja. Semangat, Varen! Aku akan kembali ke kelas."
--
Ameera sesekali memandangi lapangan, disanalah pria sipit yang tadi ia ajak bicara berada. Dia berlari dengan sangat giat seperti orang yang akan mengerahkan semua hidupnya di lapangan. Ameera hanya memikirkan kalimat Tabo, Varen memang terlihat berbeda.