"Maafkan aku tentang kemarin malam," suara perempuan itu terdegar lembut di telinga Difky. Dia menyentuh pelan dan memeluk tubuh tinggi itu dari belakang dengan erat.
"Aku ceroboh karena tidak mengecek jadwal kepulangannya," ujarnya lagi. "Bisakah kita malam ini saja? Menikmati malam berdua?"
Difky yang masih berdiri di dekat jendela kaca jendela besar hotel itu tidak memberikan jawaban, dia hanya meneguk minuman kalengnya dengan tatapan kosong ke arah kota dari lantai sepuluh. Lampu-lampu jalanan dan mobil yang lalu lalang membuat kemerlap indah dari kejauhan. Lalu dia tiba-tiba mengecek jam tangannya, sudah pukul sembilan, dia bahkan baru saja tiba di hotel dan minuman kalengnya juga belum habis.
"Maaf, aku malam ini ada urusan. Besok malam saja, oke?" ujarnya seraya mengelus lembut tangan yang memeluknya.
Difky segera melepaskan tautan erat itu, ia segera berbalik dan menatap perempuan itu lekat.