Chereads / Devil For Rent / Chapter 10 - Barra Javas

Chapter 10 - Barra Javas

..

Kantor Dewan Iblis Tingkat Tinggi memberikan hukuman kepada iblis senior menjadi iblis magang karena telah melakukan sesalahan fatal, yaitu membantu seorang manusia masuk ke dalam surga dengan segala jaminan kebaikannya. Berikut rincian yang telah diputuskan kepada,

Nama: Barra Javas

Hukuman: Menyebarkan sedikitnya seratus ribu kejahatan di muka bumi hingga gerhana ke seribu. Jika gagal, maka akan mendapat hukuman kurungan di palung neraka terdalam hingga hilang dengan sendirinya. Namun jika berhasil maka gelar iblis senior akan kembali didapatkan dan diangkat menjadi karyawan tetap di Kantor Dewan Iblis Tingkat Tinggi dengan kekuatan dan keabadian.

Tertanda

Ketua Dewan Iblis Tingkat Tinggi

..

Dua ratus empat puluh sembilan tahun yang lalu. Di neraka, lebih tepatnya di Kantor Dewan Iblis Tingkat Tinggi telah terjadi persidangan yang melegenda karena dihukumnya seorang iblis senior menjadi iblis magang.

Hal itu merupakan pertama kalinya dalam sejarah karena selama ini tidak pernah ada iblis yang melakukan pelanggaran yang sangat fatal seperti itu. Karena pula notabennya mereka menyadari dengan sangat bahwa tugas mereka adalah menyebarkan kejahatan dan mengajak manusia untuk pergi ke neraka, bukan ke surga.

Seorang lelaki dengan pakaian setelan serba hitam sedang berdiri di tepi kawah belerang yang sangat panas. Ia sedang berdiri dengan memandang kosong kepulan asap belerang yang menghangatkan tubuhnya. Ditangannya ada selembar kertas yang sudah sangat lawas dengan tok stempel ketua dewan neraka yang sudah sangat kering.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Bukankah ini tahun terakhirmu menjalani masa hukuman?" tanya seorang lelaki lainnya yang sama mengenakan setelan serba hitam. Wajahnya lebih tirus dengan model rambut yang sedikit berponi.

Lelaki di tepi kawah itu, Barra, menoleh pada seniornya yang berdiri di belakangnya.

"Aku masih belum mengingatnya, Kak," jawab Barra. Dia berubah posisi dan bersandar pada pagar kawah. "Sudah sekian lama aku belum dapat mengingatnya. Kamu tahu, walau ini tahun terakhirku, aku tetap akan gagal karena aku belum menyelesaikan seratus ribu kejahatan di dunia ini. Kurasa dengan aku mengingat masalahku dulu, aku dapat memperbaikinya dan menjadikannya sebagai pamungkas dari hukumanku."

"Berapa total kejahatan yang sudah kamu sebarkan?" tanya seniornya yang bernama Gavin Javier itu.

Barra membuka lembar yang sejak tadi ia bawa. "Sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus. Masih perlu seratus kejahatan lagi di batas waktu yang hanya tersisa tujuh bulan," ujarnya dengan helaan napas panjang.

"Ah kamu pasti bisa melakukan itu. Kamu tidak perlu mengingat masalahmu dua ratus lima puluh tahun lalu. Lakukan saja tugasmu dengan benar, fokuslah. Aku yakin kamu akan segera kembali menjadi penghuni tetap neraka bersama para senior yang lain." Seniornya itu menepuk pelan bahunya.

Barra mengangguk pelan. Pikirannya masih penat, dia masih berusaha untuk mengingaat masalah apa yang ia lakukan dulu hingga dia mendapatkan hukuman semacam ini. Apa yang ia lakukan pada manusia itu hingga dia masuk ke surga?

Barra sering mengutuk kebodohannya sendiri, namun itu semua tidak berguna karena dia telah menjadi iblis magang yang tidak memiliki kekuatan. Dia bahkan mendapatkan hukuman lainnya yang tidak tertulis pada lembar hukuman. Dia dapat berinteraksi dengan manusia saat matahari terbenam. Hal itu sangat menyusahkannya.

Barra tidak menyukai manusia, terlebih jika harus berinteraksi dengan mereka karena itu akan membuatnya kehabisan energi. Namun kelemahannya itu tidak dapat ia hindari karena bagaimanapun juga dia tidak dapat kembali ke neraka karena masih masa hukuman. Dia harus tinggal di bumi dengan mau tidak mau tetap harus berinteraksi dengan manusia saat malam.

Saat siang, dia tidak akan nampak karena kekuatan neraka melindunginya. Cahaya matahari yang sangat panas meningkatkan energi dalam dirinya hingga membuatnya dapat menyamarkan diri dari pandangan manusia.

"Bagaimana kakimu? Apa itu sudah pulih?" Gavin memperhatikan kaki jenjang iblis magang.

"Hemm, hanya nyeri sedikit namun semuanya aman," jawabnya sambil sedikit mengelus betisnya.

Gavin terkekeh membuat Barra menolehnya heran, "Kakak kenapa?" tanyanya.

"Tidak. Aku hanya sedang membayangkan kejadian yang menimpamu itu. Bagaimana bisa kamu tertabrak mobil saat siang hari? Haha itu benar-benar aneh. Apa kamu sedang mabuk?" gavin mengoda juniornya.

"Aku tidak mungkin mabuk saat menjalankan tugas dibawah terik matahari," gerutunya. "Entahlah akupun heran dengan diriku sendiri. Aku mungkin hanya sedang kurang beruntung karena hari yang mendung."

Gavin masih saja terkekeh. "Lain kali, pastikan dulu energi dalam dirimu cukup. Jangan sampai kamu membahayakan dirimu sendiri hanya karena hal sepele."

"Hemm baiklah. Kamu tahu aku selalu berubah jadi lebih baik."

"Tentu. Namun aku juga tahu kalau kamu sangat ceroboh."

Barra terdiam, dia tidak dapat mengelak kalimat seniornya ini. Dia hanya tertawa ngeri karena dirinya yang selalu banyak masalah.

"Baiklah aku akan kembali ke kantor. Apa itu akan kamu titipkan?" Gavin menunjuk lembar surat hukuman di tangan Barra.

"Jika kamu tidak keberatan aku ingin menitipkannya untuk meminta stempel ketua mengenai seratus tugasku di tujuh bulan terakhir. Aku sudah meminta waktu tambahan tempo hari, dia bilang itu bisa dipertimbangkan jika aku memang sangat membutuhkannya. Ah menyusahkan sekali."

"Haha kamu ini. Mana mungkin ketua memberimu keringanan lagi setelah bulan lalu kamu diliburkan karena cuaca sedang ada penguncian kekuatan kejahatan dari Dewan Langit yang menebar kebaikan penuh ke dunia."

Barra berdecih. "Ehmm terserah saja. Intinya aku titip dan aku akan kembali ke bumi untuk menyelesaikan hukuman." Barra menyerahkan kertas itu pada Gavin dan segera meninggalkannya.

"Hey! Nanti malam aku akan menemuimu, kita minum, oke?" teriak Gavin. Barra hanya melambaikan tangannya tanda tidak setuju, namun seniornya itu tetap menganggapnya setuju dan bahkan telah merencanakan kunjungannya ke bumi.

Barra berjalan di bawah terik matahari. Kini dia mengenakan topi bundarnya yang hitam. Seperti pemeran mafia di film-film yang ia tonton di tv di rumah makan saat ia makan malam biasanya.

Dia sedang mencari sasaran. Manusia yang akan digodanya untuk melakukan sebuah kejahatan. Seorang preman untuk merampok, mempengaruhi alam bawah sadar seorang pria depresi untuk mengakhiri dirinya sendiri, juga membisikan kejahatan pada dua sejoli yang sedang berduaan.

Kejahatan, membuat dua orang saling cinta melakukan hal yang belum seharusnya akan memberinya poin lima. Cukup membuatnya senang karena dia hanya perlu mencari sembilan puluh lima kejahatan lagi.

Menyuruh manusia untuk merampok adalah poin satu. Merampok dan membunuh adalah poin 2 sama dengan bunuh diri. Menyuruh orang untuk menggugurkan kandungan karena itu berasal dari hubungan di luar nikah, adalah poin lima.

Poin tertinggi dari semua kejahatan yang dapat ia lakukan adalah, berhasil membuat sepasang suami istri bertengkar hebat hingga vercerai, maka dia akan mendapatkan poin sepuluh.

Barra berhasil melakukan semuanya di tahun sebelumnya, namun untuk tahun ini dia sedikit kesulitan terlebih dia hanya fokus dengan kejahatan sengan poin tertinggi hingga dia kehilangan kesempatan untuk menabung poin dari kejahatan kecil.

***