Luna merasa ada harapan mendapatkan hati Mark. Terlebih Mama Maya yang mendukung Luna mendekati Mark. Paras Luna yang cantik, menjadi modal utama untuk menaklukkan lelaki. Namun, Mark lelaki yang susah ditebak.
Beberapa hari setelah pertemuan di kedai kopi, Luna pun berencana pergi ke rumah Mark. Dia ingin mencari celah di hati Mark.
"Hari ini aku harus bisa bertemu dengan Mark!" ucap Luna memantapkan diri menemui Mark di rumahnya.
Sesampainya di depan rumah Mark, Luna menekan bel rumah megah itu setelah dipersilahkan masuk oleh satpam di gerbang. Rumah dua lantai dengan cat putih itu terlihat sangat sepi dari luar. Bahkan bel yang di tekan Luna pun seakan tidak bersuara. Terpaksa Luna mengetuk pintu itu berkali-kali.
"Shitt! Bisa bengkak tanganku kalau begini caranya!" Luna menggerutu dalam hati. Tangannya mulai memerah mengetuk pintu demi bisa bertemu dengan Mark.
Pintu pun akhirnya terbuka. Seorang lelaki setengah baya dengan wajah tampan menguap. Dia mengenakan celana pendek hitam dan kaos biru muda, membuka pintu itu.
"Eh, Luna. Cari Mark, ya?" sapa lelaki itu.
"Oh, iya, Om. Marknya ada?" Luna masih kaget melihat Om Justin yang terlihat masih muda dan segar seperti dahulu.
"Mark baru pergi. Sini masuk dulu. Tunggu di ruang tamu saja," kata Om Justin yang mempersilakan Luna masuk ke dalam rumah. Lelaki itu berjalan ke ruang tamu.
Luna pun mengikuti Om Justin ke ruang tamu. Sangat sepi keadaan di dalam rumah, entah ke mana penghuni rumah itu. Luna yang tadinya ingin menemui Mark, harus bersedih tak bertemu pujaan hatinya.
"Luna, mau minum apa? Om ambilkan, ya? Kebetulan Bibi baru cuti, Tante Maya sedang meeting dan Mark baru saja pergi. Om sendiri karena proses pemulihan dari rumah sakit," jelas Om Justin sambil melangkah ke dapur untuk mengambil minuman.
"Oh, iya, maaf Om, saya tidak ke rumah sakit saat Om sakit. Tidak usah repot-repot, Om," sahut Luna yang merasa tak enak karena lupa menengok papanya Mark.
Om Justin pun tersenyum dan tetap ke dapur membuat minum untuk Luna. Luna kagum akan Om Justin yang tidak berubah meski usia sudah lima puluh tahun lebih. Sejak dahulu, Om Justin menjadi idolanya Luna. Berbeda dengan papa-papa lainnya, Om Justin selalu menemani Mark saat ada kegiatan di luar sekolah saat Sekolah Dasar. Padahal Om Justin termasuk orang yang sibuk.
"Ini Luna, Om buatkan green tea ya, semoga kamu suka," ucap Om Justin yang hendak memberikan secangkir green tea kepada Luna, tetapi Luna gagal fokus hingga air green tea dalam cangkir membasahi dressnya.
"Aduuh." Luna yang kaget air green tea tumpah di dressnya yang hanya selutut dengan belahan dada terlihat ala-ala artis instagram itu pun menjerit.
"Maaf, Luna. Om tidak sengaja," ujar Om Justin yang bingung.
Keadaan sedikit panik, Om Justin meletakkan cangkir itu di meja dan mencoba membantu Luna membersihkan cairan hijau itu dari dressnya yang mulai menerawang karena basah. Namun, sepertinya Luna menjadi kesal dengan hal itu. Dressnya basah dan membuatnya risi.
"Aduh ... ini basah, Om. Gimana donk." Luna memegang tangan Om Justin yang sedang mengelap dress di bagian dadanya. Mereka saling memandang beberapa detik. Seakan dua orang itu tahu akan terjadi seperti apa yang mereka inginkan dalam waktu sekejap.
"Maaf, Luna. Bagaimana kalau pinjam dress Tante Maya dulu?" tanya Om Justin yang kemudian menarik tangan Luna untuk ke kamar.
"Kalau Tante Maya tidak marah, boleh, lah, Om. Luna malu, 'kan, nanti kelihatan terawang begini," sahut Luna yang seakan tak tahu maksud Om Justin.
"Luna pilih sendiri saja ya, Om antar ke kamar," lirih Om Justin meyakinkan jika hanya akan berganti dress saja.
"Ya, Om," jawab Luna singkat dan agak malu-malu.
Mereka berjalan menuju kamar di lantai dua. Justin merasa ada yang bergetar di dadanya. Entah sudah berapa lama dia tidak merasakan hal ini. Melihat wanita muda dan cantik di hadapannya, membuat jiwa kelakiannya terusik. Terlebih melihat dress bagian depan yang terlihat terawang karena terkena tumpahan minuman.
"Luna, pilih saja ya. Kamu mau yang mana," ucap Om Justin membuka lemari dengan tiga pintu yang berisi pakaian mewah dan trendi. Semua milik Tante Maya merk terbaik dan mahal.
"Wah, bagus semua, Om. Senang ya jadi Tante Maya." Luna sedikit menggoda Om Justin.
Entah memang sudah mendung atau perubahan cuaca secara cepat. Suara gemuruh mengagetkan mereka.
Jedeeeerrr!
"Aww!" teriak Luna terkejut sambil memeluk Om Justin. Luna memang takut dengan suara gemuruh dan petir.
Sontak Om Justin semakin berdebar merasakan dada kenyal milik Luna menempel di dada bidangnya. Baju Justin pun ikut basah. Dia semakin menegang. Menginginkan wanita muda itu.
"Ma-maaf Om. Luna kaget," ucap Luna sambil mendongak wajahnya ke arah wajah Om Justin. Masih dalam kondisi memeluk tubuh Om Justin. Hujan pun turun, membawa hawa dingin yang begitu saja menyeruak ke tubuh dua orang itu.
Bressss!
Bersamaan dengan beberapa petir yang menyambar, suasanya menjadi sangat dingin dan membuat mereka canggung. Om Justin mencoba mengendalikan diri, tetapi sesuatu di bawah Om Justin sudah menegang dan mengeras karena merespons pelukan Luna.
Luna pun merasakannya, sesuatu yang keras di bawah dan menempel di bagian kewanitaan Luna. Hanya terhalang pakaian tipis mereka. Luna pun memberanikan diri mencium bibir Om Justin. Entah apa yang Luna pikirkan, dia melakukan itu seperti wanita tak terhormat.
Bagaikan hujan di kemarau yang panjang, Om Justin justru menyambut ciuman Luna. Ciuman mereka semakin panas dan membuat Om Justin bergairah. Om Justin meletakkan tubuh Luna di ranjang. Menatap mata Luna dengan sendu. Membelai pipi halusnya.
"Luna, maaf Om sudah terlewat batas," bisik Om Justin menahan nafsunya. Takut jika Luna tak menginginkan hal itu, bisa jadi permasalahan jika pemaksaan.
"Om, cumbu Luna Om. Luna mau," pinta Luna di luar dugaan Om Justin.
Pas sekali! Bagaikan kejatuhan bulan. Om Justin mendapat lampu hijau dari Luna. Om Justin pun menggerayangi Luna sambil menciumnya. Perlahan namun pasti, dress dan dalaman yang Luna kenakan sudah dicopot dengan mudah oleh Om Justin.
Mereka pun memulai hubungan panas itu. Seakan tidak mau berhenti. Luna pun merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Ternyata benar gosip itu! Om Justin suka selingkuh dengan gadis muda! Kalau begini sekali tepuk dua tiga lalat kena! Hebat kau Luna!" batin Luna yang merasa ada jalan cepat mendapatkan Mark dengan memperalat Om Justin.
Luna menikmatinya dan merencanakan sesuatu. Om Justin yang dipenuhi nafsu birahi tak bisa berpikir jernih. Kali ini dia salah besar berselingkuh dengan teman Mark dan menidurinya di kamar itu. Ya, kamar milik Justin dan Maya.