Jarak satu jengkal Hyun Ern masih tidak menyadari bahwa ada yang mengagumi kecantikannya. Sementara Justin langsung bertingkah. Ia berdiri tepat di depan wajah Hyun Ern, hingga akhirnya Ern menyadari sinar matahari sudah tidak terasa dan ada bayangan di depannya yang menghalangi. Ern membuka pelan kelopak matanya. Terlihat wajah Justin yang tersenyum sangat nakal sambil mengunyah permen karet di mulutnya.
"Hai." Sebuah suara terucap dari mulut justin. Hyun Ern masih tak percaya seseorang menyapanya dengan santai.
"Mengapa diam?" tanya Justin heran masih dengan mengunyah permen karetnya.
Hyun Ern segera menyadari. Ia mengibas satu arah di depan wajahnya.
"Eh tidak."
"tidak? tidak apa maksudmu?" justin kembali bertanya.
"Maksudku aku tidak diam," spontan Ern mengucapkan kalimatnya dan bermaksud pergi.
"Maaf aku tidak bisaa terlalu lama. Aku harus pergi sekarang," Ern melangkah cepat. Ia tak ingin di bully teman-temannya. Mungkin saja laki-laki tadi akan menipunya. Kemudian pasti akan segere membully habis habisan dirinya.
Menyadari gadis yang di lihatnya pergi Justin segera mengejarnya.
"Hei mengapa kau tidak sopan sekali?"
Pertanyaan yang terdengar oleh Ern membuat dirinya terhenti. Justin segera berdiri di depan Ern seperti menghadangnya.
"Mengapa pergi nona? Aku hanya ingin tahu namamu," kata Justin dengan nada santai. Mata hazel milik Justun berhasil membuat Ern menyadari betapa tampan pemilik mata itu.
"Aku ada urusan," ucap Ern setelah sebelumnya ia memperhatikan pakain pria di depannya. Menurutnya, pria di depannya ini adalah pria buruk. Pasti ia akan mendapat firasat buruk tentang pria ini. Pasti pria ini tak pernah pergi ke gereja.
"Apa? ada urusan?" tanya Justin dengan nada sedikit marah.
"Kau adalah gadis sombong yang tidak menghargaiku. Semua gadis disini terpesona akan ketampananku," ucapnya seraya memperlihatkan otot tangannya.
"Tapi kau malah meninggalkanku dengan tidak sopan," sambungnya dengan menatap Ern.
Ern melihat sekumpulan wanita yang biasa membullynya mendatangi mereka berdua. dengan cepat Ern segera meninggalkan pria pemilik mata hazel itu.
"Hei Justin! untuk apa kau mendekati cucu nenek sihir itu?" samar-samar Ern mendengar suara gadis gadis manja itu. Sebentar lagi mereka akan menceritakan semua tentangnya kepada pria itu. Malang sekali nasib Ern.
"Jadi Justin itu namanya," bisik Ern dalam hati.
***
Sial benar. Ban mobil Ern bocor. Sudah tak salah lagi. para gadis itu yang melakukannya. Sudah pasti. Akhirnya Ern memilih jalan kaki. Tak ada bus satupun. Cahaya senja mulai muncul di atas sana. Pertanda hari gelap akan datang. Ern masih tetap mengayunkan kakinya dengan tempo rendah.
"Pria itu," bisik Ern saat melihat pemilik mata hazel berjalan kaki tepat di depannya. Tapi masih jauh dari tempat Ern berpijak.
Ern memperlambat jalannya. Agar ia tak terlalu dekat dengan pria itu.
Hati Ern rasanya ingin selalu memperhatikan pria di ujung sana, yang namanya sudah ia ketahui saat dirinya mendengar gadis gadis memanggil pria itu dengan nama Justin. Nama yang keren untuk seorang pria yang bergaya bad boy.
Entah mengapa rasa bahagia kini muncul di hati Ern. Bagaimana tidak. Untuk pertama kalinya ia disapa oleh seorang pria muda yang tampan.
Ern membayangkan kejadian di perpus pagi tadi sambil menggeleng tak percaya. Senyum tipis kini muncul di balik wajah cantik Ern. Kedua mata Ern masih betah memndangi justin di ujung sana.
Justin berjalan dengan gaya swagger. Ia mengenakan celana ripped jeans dan kaos berwarna hitam. Kepala dengan rambut pirangnya di ikat melingkar oleh pita biru. Gayanya benar-benar keren. Jujur saja Ern sangat menyukai pria seperti ini.
Jalanan kota mulai padat. Orang-orang berlalu lalang. Mereka ingin cepat pulang ke rumah masing-masing. Sementara mobil mobilpun melaju dengan cepat. Terkadang ada yang menerobos lampu merah. Ern hanya menghembuskan nafas kesal. Mengapa sifat manusia tak bisa di kontrol.
"Huf ..." kata Ern sambil membenarkan ranselnya. Matanya kehilangan sosok Justin. segera kakinya mempercepat diri. Tubuh justin menembus keramaian orang, dengan susah payah mata Ern mencarinya. Syukurlah ia menemukan Justin. hatinya sangat lega.
Entah apa yang dirasakan hatinya saat ini. Tak di sangka. Bayangan tiba-tiba muncul pada benak Ern bahwa Justin akan terserempet mobil warna merah di belakangnya. Lalu dengan cepat Ern menoleh ke belakang. Tepat. Ada sebuah mobil merah dengan laju sedang.
Ern melakukan gerakan eflek tanpa memikirkan apapun. Ia berlari cepat sebelum mobil merah itu mengenai justin. Ern berlari dan memeluk justin dari belakang dan mobil itu hampir saja mengenai justin.
Whusssss!!!!
Orang-orang di sekeliling mereka berdua menjerit. Beberapa mengelus dadanya dan tersenyum kepada Ern.
Sementara Ern masih mengatur nafasnya. Tadi Ia lari begitu cepat. sementara justin menampakan wajah bingungnya.
"Mengapa gadis ini masih memelukku?" tanya justin dalam batinnya.
Ern baru tersadar bahwa ia masih memeluk justin. kedua tangan Ern dengan cepat melepas pelukannya
"Maafkan aku," ucap Ern kewalahan.
Mata hazel itu melihat wajah gadis di depannya. Justin kaget, ternyata itu adalah Ern. Gadis yang menurut teman temannya adalah gadis aneh. Gadis yang di sebut cucu nenek sihir menurut teman kelasnya.
"Kau!" Justin memandangi dari ujung sepatu Ern hingga ujung kepala. Menurutnya sama sekali tak ada hal yang aneh secara penampilan. Namun tentang ia bisa meramal hal bururk. Itu membuat justin penasaran.
Apalagi wajah manis Ern bisa membuat justin ingin menciumnya.
Ern sudah tahu mengapa justin bersikap demikian. Mungkin itu efek dari teman teman Ern yang membicarakan tentangnya. Ern menahan diri tentang keinginannya berteman dengan justin. menurutnya justin sama saja dengan teman lainnya. Dengan berat hati Ern berniat meninggalkan justin. Namun langkahnya terhenti saat jari-jari justin menggenggam lengannya. Bukannya menoleh Ern malah diam. Jantungnya berdekup dengan cepat. Lengan kecilnya di sentuh oleh seorang pria tampan bergaya bad boy. Justin berhasil memenuhi hati Ern. Tak ingin di anggap aneh oleh justin. ia segera menyadarkan diri.
"Ada masalah?" tanya Ern dengan suara lembutnya. Matanya sempat mencuri wajah milik justin. namun secepat mungkin ia menundukkan diri.
"Terimakasih atas bantuanmu." ungkap Justin seraya melepaskan lengan gadis manis itu. kini ia berusaha melihat wajah Ern.
"Ya tuhan! apa yang harus aku lakukan?" batin Ern bertanya. Ia tak bisa mengontrol jantungnya saat ini. Mendengar suara Justin yang begitu sexy rasanya aliran darahnya begitu cepat menjalar. Ern tahu Justin susah payah melihat wajahnya yang menunduk.
"Terimakasih. Sebaiknya aku pergi sekarang juga," ucap Ern dengan cepat melangkah pergi. Ia tak bisa mengontrol perasaannya saat ini. Ia juga sedikit canggung dengan justin. Maklum saja tak pernah sekalipun seorang pria mencuri hatinya. Kini justin telah mencuri hati Ern.